Part VII

14.7K 1.8K 16
                                    

[Konichiwaa minna san:3
Bagaimana kabarnya nih Kalo Ry Chan baik kalian bagaimana?
Yosh wakkata. ]
•••
Note: Up sesuai mood ya minna...
          : Romannya nanti pas  Chillia besar hwrh.
        : Makasih lho kalian mau baca karya aku yang masih pemula ini,
     : Mohon Ry chan dibantu untuk lebih baik lagi yaa, ditunggu kritik apa yang kurang dalam penulisan atau pengejaannya ya:3
    :Happy Reading :D

••••~

"Tuan muda apa yang kalian LAKUKAN!" Leon menekan kata 'Lakukan' kepada Kak Cadis juga Albert, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa leon sedang marah.

Ya aku juga marah! bagaimana mereka bisa berbuat begitu denganku hiks!

Aku melihat kedua bocah itu hanya diam kaku tapi aku melihat kedua tangan mereka terkepal erat.

"Maaf." Cicit Cadis menatap mata hijau Leon.

"Leon--"

Leon menatap ku dengan teduh.

"--jangan malah sama kakak." Lihat lah aku masih membela kalian, padahal aku sangat kesal dengan kalian berdua huh.

"Tapi tuan muda sudah membuat nona menang--" Aku cepat-cepat memotong ucapan Leon dengan wajah polos, iya polos  ...

"Chillia sudah tidak menangis lagi tuh.." Aku mengucapkan itu sambil menyeka air mataku.

"Chillia." Gumam Leon, tunggu tumben sekali dia hanya memangil namaku tanpa nona? Astaga apa lagi ini.

"Leon." Suara pria yang kukenalin mendekat mau main tebak-tebakan? Yah benar itu Duke Verillion, Ayahku.

Dia menatap ku lalu beralih menatap Leon dengan tatapan 'Itu anakku kenapa kamu mengendongnya hah!?' Seperti itu eh kok aku bisa mengatakan seperti itu sih.

Verillion berjalan semakin mendekat lalu mengambil alih tubuh mungilku. Hei tau kah bahwa tubuhku seperti barang yang dioper kesana sini! ASAL KALIAN TAHU UMURKU SUDAH 29 TAHUN! Tapi tubuh ini baru 4 tahun hiks menyebalkan.

"Mohon Hukum kami berdua Ayah." Seru Cadis juga Albert bersamaan yang membuatku melongo.

Aku melihat Ayahku yang terdiam menatap kedua kakakku dengan wajah datar.

"Apa yang kalian perbuat?" Tanya Ayahku dengan nada dingin kek kamu hahah.

"Kami membuat Chillia menangis ayah." Jawab Albert menunduk sedangkan Cadis menatap langsung kemanik mata ayah.

"Kal--" Aku memotong ucapan ayahku dengan wajah memohon.

"Papa jangan hukum kakak." Ucapku dengan menatap manik matanya.

"Aku enggak apa-apa, Chillia baik-baik saja kok" Lanjutku dengan senyuman manis.

Duke Verillion menatapku dengan alis mengekerut tidak setuju.

"Chillia mohon papa." Cicitku hampir menangis lagi, hei cuman formalitas ya biar kelihatan seperti benaran hahaha.

"Huft baik." Putus papaku dan tiba-tiba semuanya gelap saat Duke Verillion mengecup kepalaku lembut yang membuatku membeku lalu semuanya gelap.

[Verillion POV]

Aku mengecup ujung kepala putriku lalu kulihat ia mulai terlelap.

Ya sihirku berhasil membuatnya tertidur, karna aku akan menghukum kedua putraku itu.

Padahal putriku sudah memohon agar aku tidak menghukum kedua putraku itu dan aku sudah menyetujuinya namun itu hanya kebohongan kecil.

"Kami menungu hukuman dari mu ayah." Ujar Putra ketigaku Albert.

Aku menatap mereka datar dan menganggkat sebelah tanganku keudara dan membuat sebuah ruangan.

"Hukuman pertama kalian ada didalam sana." Ucapku dingin dan kulihat mereka masuk tanpa ragu. Hei putra-putraku memiliki tanggung jawab yang besar sepertiku.

Mereka memasuki ruangan itu dan langsung terduduk bukan tapi hanya Albert yang terduduk dengan nafas tersengal-sengal sedangkan Cadis hanya memegang dadanya.

"Hukuman pertama kalian adalah ketakutan terbesar kalian." Ucapku menatap mereka yang sedang mengatur nafas lalu beralih kearah putri kecilku yang tertidur.

"Tidur lah yang damai sayang."

[Cadis POV]

Aku mulai memasuki ruangan yang dibuat oleh ayahku sebagai hukuman pertama kami.

Kami tidak pernah membenci ayah kami bila menghukum kami karna kami tau itu untuk kebaikan kami serta agar kami bertanggung jawab dalam melakukan hal.

Aku memegang dadaku yang mulai terasa sesak, aku melihat Albert yang sudah terduduk lemas dengan nafas tersengal-sengal.

Uh ini sangat menyakitkan, aku mulai menutup mataku perlahan.

•••

Aku memembuka mata ku melihat pemandangan yang begitu familliar diingatanku.

Aku melihat seseorang gadis dengan senyuman manis dibibirnya tengah berteriak kearahku. "KAK CADIS AYO KEMARI~".

Aku tertegun dia mengenalku? dia siapa? tunggu mata biru emesty nya, dan rambut pirangnya, jangan-jangan---

"Kak Cadis kenapa diam saja sih, ayo main sama Chillia." Ucap gadis kecil itu adikku.

"Chillia." Ucapku Lirih, yang dijawab dengan senyuman manis.

Kenapa? kenapa hukumanku seperti ini? apa maksudnya itu? ketakutan terbesarku Chillia? kenapa? BAGAIMANA BISA HAH?!!

Nafasku mengebu-gebu menahan amarahku.

Lalu langit tiba-tiba berubah menjadi merah darah aku menatap wajah Chillia yang sedang tersenyum namun tiba-tiba ada yang menusuk nya dengan sihir yang membuatku tertegun.

"U-uhuk Kak Cadis baik uhuk baik saja heheh uhuk s-syukurlah~" Chillia mengucapkan kata-kata itu dengan terbatuk darah, aku mengangkat kedua tanganku kearah pipi pucatnya dengan gemetaran.

"Chillia, Chillia, kamu pasti baik-baik saja." Ucapku dengan mengeluarkan sihir penyembuh namun semuanya nihil aku tidak bisa mengeluarkan sihirku sendiri.

Aku melihat tubuhnya mulai menghilang dengan senyuman sayu.

Tidak ini pasti bohong! Dia adikku tidak mungkin tiada! PASTI INI HANYA ILUSI!

"Hiks tidak mungkin." Aku terduduk lemas sambil menangis.

TBC...

Aku dauble up nih haha...
Gimana chapter ini?
Baguskah? semoga hihihi ...
Ada typo kh? Tandain yaa...

Terima kasih lho jangan lupa tinggalkan jejak ya semuanya..

Domo Arigatō

See you next Time
Ry Chan.

I'm sweet villainess [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang