DEDIKASI : BUAT SEMUA PEMBACA.
Terima kasih banyak atas partisipasi teman2 dan pembaca sekalian dalam cerita ini. Kaliaannn luarrr biasaa teman2.
Juga, kepada semua orang yang telah mendukung outline kisah ini semoga anda membaca bagian ini ya mbak yang namanya nggak bisa disebutkan wakakakkakakakka.
Ada yang nanya kok bisa Yahya? kenapa Indonesia Nusantara. Semua ini terespirasii, halah! inspirasi dari kisah nyata. Meski nggak 100%. Dan lucunya terjadinya justru didunia kampus biru halahhhh...bukan dunia putih abu-abu. Karena bagi saya, masa2 terindah justru saat masih kuliah. Disanalah saya mendapatkan kebebasan sekaligus tanggung jawab sepenuhnya dalam melakukan pilihan-pilihan dan bertemu orang2 hebat yang menjadi sahabat saya termasuk si 'INA' dan 'YAHYA' ini.
Dan spesial buat keluarga seseorang, sahabat yang telah tiada. Alm. F.A yang membaca ini. Akhirnya, kita tiba di bagian sesungguhnya. :) terima kasih sudah mau mengikuti watttpad saya dan menjadi pembaca setia serta rajin memberikan masukan buat kisah Yahya. Soriii baru bisa makasih sekarang, dalam rangka mengenang 3 tahunnya yang masuk tepat pukul 18.00 w.i.b dalam tradisi penanggalan jawa. Tanpa dia, beberapa bagian dalam kisah ini takkan pernah lengkap.
HUG N KISS.
Selamat membaca kawan
************************************************************************
" Ina tunggu dulu. Ibu mau bicara serius sama kamu"
Aku memutar tubuh lemah, menatap malas emak. " Ada apa lagi to mak? Ina capek" kataku lelah.
" Na. Kenapa kamu malah minta diantar nak Argas, itu namanya ndak sopan. Calonmu itu kan nak Yahya?" tanya emak mulai dengan gaya menginterogasi.
Astagaaa. Serius mau dibahas malam-malam begini.
" Emang kenapa sih mak. Yang ngajuin diri kak Argas kok bukan Ina yang minta-minta"
" Tapi Na, itu namanya ndak tahu adat. Calonmu siapa kamu perginya sama siapa" tukas emak ngotot.
" Makk. Kan Ina nggak berduaan doang sama kak Argas to. Ada emak dan bapak juga. Kenapa sih mesti diributin"
" Ina, ibumu benar. Wanita terhormat harus menjaga dirinya sebaik mungkin untuk menghindari omongan jelek. Terlebih kamu kan sudah dijodohkan dengan Yahya yang notabene adik si Argas" bapak mulai ikut-ikutan. Berdiri disamping emak.
Kusentuh dahiku, terasa sedikit panas. Aku benar-benar capek!
" Harus berapa kali Ina bilang kalau Ina nggak suka dan nggak akan pernah mau dijodohkan sama Yahya " tukasku dingin.
" Ina. Kamu bicara apa sih, semua sudah ditetapkan jangan seenaknya!" bapak marah.
Aku meradang. " Dan siapa yang membuat keputusan tanpa mempertanyakan dulu perasaan Ina. Ina juga punya hati Pak, Mak. Harusnya sebagai orang tua bapak dan emak nanya sama Ina. Bapak nggak tahu kan gimana kelakuan Yahya dulu waktu di SMA?!"
" Apa maksud kamu?" tanya bapak dan emak bersamaan tampak kaget.
Aku menghela nafas panjang dan keras seraya memejamkan mata. Kedua tanganku terkepal erat disamping badanku.
Mereka harus tahu, jika aku mau menyelesaikan ini semua.
" Ina kenal sama Yahya sudah sejak remaja, tapi kelakuan Yahya dulu nggak banget. Dia seorang pemuda yang suka menyakiti hati gadis-gadis dan mencampakkan mereka jika sudah bosan" kataku setenang mungkin sambil membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamarlah Daku, Kau Kutangkap
Lãng mạn" Emang sih si Yahya mapan, tamvan, tapi Emakkkk...Bunuh Ina aja deh kalausampe beneran dijodohin sama lelaki sotoy macam begituu. Yang ada hidup Ina tiap hari tersiksa jiwa raga, rohani jasmani kalau beneran kawin sama tuh orang!" - Ina , Indonesi...