2. YAHYA (A)

5K 373 34
                                    

Kaaaakkk....kaaakkkk..

Aku kok merasa ada kumpulan gagak terbang diatas kepalaku ya barusan. Aneh. Padahal aku sedang berada disebuah restauran bagus, makan malam bersama keluargaku ( baca:dipaksa!) Dan ternyata endingnya aku dijebak. Mama Papa niat banget mau menjodohkan aku bersama perempuan yang nggakkan pernah bisa kulupakan sampai jadi arwah sekalipun.

Indonesia Nusantara, alias Ina.

Oke,dari namanya saja sudah aneh kan. Nasionalis sih, tapi unik saja.

Oh, kembali lagi ke topik. Si Ina teman SMU ku, kalau bisa dibilang teman mengingat sejarah diantara kami berdua tertoreh tinta terlalu hitam saat memakai seragam putih abu-abu dulu.

Akhirnya setelah sekian lama, tujuh atau delapan tahun aku lupa, kami tak bertemu dan harus berjumpa dalam kondisi seperti ini.

DIJODOHKAN?!!

Astagaa.

Mana Ina pakai acara amnesia, bilang nggak mengenalku hanya untuk mengejekku habis-habisan didepan orang tuaku. Puncaknya saat dia dengan segala kenorakannya memperkenalkan diri sebagai calon istri sewaktu bertemu Argas Banar Armand alias kakak kandungku.

Garis bawahi plus huruf tebal sekali lagi. Memperkanalkan dirinya sebagai calon istri didepan Argas!!!

Dengan pedenya tanpa tedeng aling-aling.

Aku cuma bisa tutup muka.Jengkel sekaligus kesal.

Harus kuakui kak Argas memang jauh lebih populer dariku. Dia tampan, cerdas, berwibawa, dan pastinya pewaris utama perusahaan keluarga. Tapi please deh,harus ya Ina senorak itu.

Dan sekarang, Ina seperti cewe gatel-gatel. Menggenggam jabatan tangan kak Argas berlama-lama. Benar-benar nggak bisa dibiarkan nih.

" Ehem!" aku berdeham keras.

Seketika sihir melongo yang ditebarkan Ina akibat kelakuan ajaibnya langsung menguar ke udara. Mama,papaku, Tante Arin dan Om Cipto, nama orang tua Ina mengerjap sambil saling pandang. Mirip orang-orang linglung setelah terbebas dari kutukan cruciatus.

Kak Argas dan Ina juga langsung melepaskan jabatan mereka. Baguslah!

" Eh. Ina sayang salah paham, Argas itu putra sulung Tante dan....."

" Oh kakak kandungnya Cahya" Ina memotong ucapan Mamaku, menoleh memandang kami melalui bahunya.

Dia bahkan tak lupa memanggil nama formalku bukan panggilan!

" Bagus dong, selama masih anak Tante Indri nggak masalah kan" Ina mengembalikan fokusnya pada kak Argas. Dia jelas-jelas terpesona.

" Hah?" papa melotot saking kagetnya mendengar ucapan Ina.

" Ina. Balik sini ke tempat dudukmu. Jangan malu-maluin gitu ah!" Tante Arin berdiri dan harus menggeret Ina agar mau kembali ke kursinya, itupun sambil bersungut-sungut.

Aduh! Tobat deh aku!

Kak Argas tampak geli sekali melihat semua kejadian ini. Dia berjalan memutar dan duduk persis disamping kiri papa kami lalu melonggarkan dasinya.

" Jadi dia calon Istri Yahya?" tanya Kak Argas.

Papa mengangguk lemah. Sepertinya masih kaget karena kejadian barusan.

" Menarik" celetuk kak Argas, memberikan senyum penuh arti ke arah Ina.

Papa dan suwer, aku sendiri sampai terkejut melihat reaksi kak Argas. Sangat jarang seorang Argas Banar Armand tertarik pada sesuatu selain urusan perusahaan. Dan ini kepada seorang wanita.

Calonku pula!

Papa sudah membuka mulut, bersiap mengatakan sesuatu. Untungnya pelayan keburu datang dan menyajikan semua pesanan kami.

Ina tiba-tiba berdiri. Dia bersikap sopan dengan mengambilkan nasi serta makanan secara bergilir untuk melayani Ayah, dan Ibunya, lalu Mama dan Papa. Kemudian kak Argas duluan!

Hei! Kan dia mau dijodohkan denganku kenapa malah melayani kakakku. Menyebalkan sekali!

" Wah, Ina pengertian sekali ya. Peka, juga punya sopan santun. Mbak Arin,Mas Cipto, memang ndak salah lo menjadi anakmu" puji Mama. Lagi-lagi terlalu berlebihan.

" Tentu saja Tante,apa sih yang nggak buat...." Ina menatap lurus-lurus ke arah Kak Argas.

" Kak Argas calon Ina"

Byurrr!!

Om Cipto tanpa sengaja menumpahkan air putih ke atas meja.

Papaku tersedak.

Mamaku melotot.

" Ina!" pekik Tante Arin.

Dan terakhir Kak Argas. Sendok berisi makanan yang siap masuk ke mulutnya sampai berhenti di udara. Bola matanya membeliak, dia melongo persis seperti orang kehilangan jiwa sesaat.

Lalu. Meski cuma sedetik aku melihatnya. Ina tersenyum licik untukku.

Sialan! Rupanya dia sengaja mengerjaiku dengan semua ini.

Tante Arin menarik Ina kedekatnya, membisikkan sesuatu tapi jelas beliau merasa kesal terhadap tingkah putrinya.

Aku mengeram kesal. Tanganku menarik wakul nasi,mengambil sebanyak-banyaknya dan mengisinya ke atas piringku hingga penuh. Aku terus menatap Ina penuh permusuhan, wanita itu menyadarinya,melemparkan pandangan jahat terang-terangan. Dasar nggak dewasa sama sekali!

Aksi perang mata kami terus berlanjut sementara tanganku meraih piring makanan apapun yang ada untuk dimasukkan ke dalam piringku. Setelah merasa cukup, kuambil sesuap besar nasi dan lauk.

" Ehm Yahya..." panggilan Papa dan Kak Argas bersamaan membuatku menoleh ke arah mereka.

" Apa?" tanyaku dengan mulut penuh. Sedikit membentak.

" Itu...anu..."

Nyeshhhhh....

" Gyaaaa!!pedassh!!" jeritku. Meraih air putih terdekat dan menegaknya.

" Tadi aku baru mau bilang" celetuk kak Argas dibarengi helaan nafas berat.

Kalau ada istilah lidah terbakar dineraka, pasti kondisiku sekarang salah satu contohnya.

Brengsek! Sejak kapan aku cuma mengambil sambel, bukannya lauk!!!

Lamarlah Daku, Kau KutangkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang