2. YAHYA (B)

4.8K 393 22
                                    

            “ Jadi, kalian sudah kenal sejak SMU?” tanya Kak Argas, tepat sewaktu Pelayan menghidangkan kue lumpur kelapa gula jawa sebagai hidangan penutup.

       Pertanyaannya membuatku nggak jadi menyuap kue lumpur ke dalam mulut. Leherku terdongak, mataku tanpa sengaja bertemu kedua iris Ina. Bibirnya cemberut, wajahnya ditekuk, benar-benar menyebalkan.

       “ Nggak” jawab kami bersamaan. Terdengar ketus.

       “ Oh ya” satu alis Kak Argas terangkat naik. Dia tampak kurang percaya pada jawaban kami. “ Aneh sekali, kupikir waktu SMU kalian pasti sama-sama populer” tukasnya. Lalu menyendok kue lumpur miliknya masuk ke dalam mulut.

       “ Kak Argas kok bisa tahu sih kalau Ina dulu terkenal waktu remaja?” tanya Ina. Menggenitkan suaranya. Lebih mirip kambing bengek menurutku.

       “ Kamu cantik mana mungkin gadis cantik tidak terkenal” jawab Kak Argas. Menuding Ina dengan sendoknya.

       Ucapan Kakakku barusan langsung membuat mata Ina berbinar seperti menemukan harta karun. Dan kedua orang tuanya nyengir lebar. Cukup sudah. Aku membanting sendok dan meletakkan kedua tangan di atas meja. Tindakanku mengejutkan semua orang dimeja ini.

       “ Ya! Dia memang cantik, saking cantiknya suka mematah hatikan banyak pria. Dia juga suka menyuruh pemuda yang menyukainya untuk mengerjakan pe-ernya, menggarapkan soal-soal ujiannya” ujarku sinis.

        Ina mendelik padaku, wajahnya memerah karena kaget pada tuduhan palsuku barusan.

        “ Ina itu benar?! Jadi selama ini kamu jadi juara kelas  karena usaha orang lain”

        Ina menyilangkan kedua tangan didepan muka. Menoleh memandang Ayahnya. “ Itu nggak bener Be. Suer deh semua nilai Ina karena usaha dan kerja keras Ina sendiri!”  bantahnya jengkel.

        “ Tapi barusan saja Cahya bilang”

        “ Aduh Mak! Anak Emak itu Ina atau Cahya sih!” balas Ina kesal. “ Itu pasti gossip disebarkan sama orang yang sirik padaku!” Ina menoleh. Menatap penuh permusuhan tepat dihadapan mukaku.

      “ Ehem. Tante pikir juga begitu sih” ujar Mama.

       Mamaku ikut membelanya?! Astaga, anak Mama aku atau Ina sih.

       “ Atau jangan-jangan, kamu salah satu pria yang pernah aku tolak ya Cahya. Kalau benar, aku betul-betulll minta maaf. Saat itu kita kan masih muda, aku nggak mau pacaran dulu. Sori yang” Ina meletakkan kedua tangan didepan dada. Ekspresi wajahnya seperti orang mau menghadiri pemakaman.

       Astaga! Dia bersandiwara lagi.

      “ Oh jadi begitu toh. Kamu dulu cemburu sama Ina makanya termakan omongan orang lain” Papa memalingkan wajahnya padaku dan bertanya dengan polos.

       “ Yang bener aja. Mana sudi aku naksir Miss.Premanniverse macam dia!” kugelengkan kepalaku kuat-kuat. Sial, kesal sekali aku.

        “ Hei. Siapa yang preman! Dasar domba berbulu serigala, doyannya merayu cewek-cewek setelah itu mencampakkannya. Masih inget nggak Lisa si anak cheerleaders yang kamu buat nangis dilapangan basket, dia temanku tahu. Dasar playboy gejayan! ( Gejayan : Nama daerah di Yogjakarta)”  Ina memajukan badannya. Akhirnya wajah aslinya terbongkar juga.

        “ Apa kamu bilang. Sebelum ngomong tuh cari dulu faktanya! Aku nggak pernah ya ngasih harapan sama siapapun, cewek-cewe aja yang suka nempel-nempel ganjen!”

Lamarlah Daku, Kau KutangkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang