Aku memperhatikan dari dalam rumah ketika mobil Ina dan keluarganya melaju pergi meninggalkan tempat tinggalku. Hatiku meradang melihat Argas menawarkan diri mengantarkan mereka dan diterima begitu saja oleh Ina dengan tatapan berseri-seri. Dasar perempuan plin-plan! Ngakunya punya prinsip tapi sama orang ganteng nggak pandang bulu di sosor juga!
Papa yang berpapasan denganku menegurku seketika. " Ya, kenapa kamu nggak antar Ina dan keluarganya saja tadi. Kamu kan tunangan Ina bukannya Argas"
Aku mendecih. " Tunangan? Itu kan cuma di atas hitam putih dan dimata orang-orang saja pa. Pada faktanya hubungan kami lebih mirip musuh!"
" Yahya, jaga ucapanmu. Beliau ini papamu. Dan apa-apaan kamu. Bisa-bisanya menyebut hal sesuci pertunangan sebuah ikatan awal sedemikian rendahnya!" bentak Mama emosi.
Sejak kapan juga beliau ada dibelakangku??
" Memang begitu kan faktanya Ma! Aku dan Ina cuma korban, kami nggak saling cinta. Tadi kami terpaksa berpura-pura didepan umum bersikap manis demi nama baik keluarga. Harusnya mama dan papa sadar ini bukan era Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih lagi. Yahya punya kebebasan untuk memilih pasangan sendiri!" aku maju dan bersitegang didepan mama.
Kedua tanganku terkepal erat disamping badan. Tindakanku membuat ibu kandungku melotot. Seumur hidup belum pernah kulihat mama sampai tampak semarah ini padaku.
" Sadar kamu Nak! Semua yang kami lakukan demi kebaikanmu sendiri"
" Bukan ma. Itu semua demi ego mama dan papa. Kalian memaksa kami menikah karena orang tua kami berteman. Kalau memang hanya demi sebuah ikatan penyatuan persahabatan. Nikahkan saja Ina dengan Argas, kupikir mereka lebih pantas!"
Akhirnya, isi hatiku keluar juga.
Mama terlihat mulai megap-megap, kakinya mundur beberapa langkah dan papa buru-buru melesat untuk menopang beliau.
Tapi, aku masih belum selesai sampai di sini. Mama dan papa harus tahu sebelum keduanya melakukan kesalahan terlampau jauh dalam masalah perjodohan ini.
"Body oke, rupa cakep sih. Tapi beneran aja dong ma, masa Yahya harus merit sama Miss. Premanniverse abad ini sih! Mana nama panjangnya antik lagi. Diluar sana masih banyak kok ikan asin yang doyan dengan Yahya. Mendingan Yahya pindah KK aja deh kalau masih dipaksa juga!"
" CAHYA CHAERUL ARMAND!" papa menghardikku. Wajah beliau memerah.
Suasana hening seketika. Kulihat mama mulai menangis dan papa memeluknya. Kuraup wajahku dengan tangan karena frustasi. Ya Tuhan, berat sekali meyakinkan mereka mengenai persoalan ini.
" Baiklah kalau kamu memang mau membatalkan pertunangan ini" akhirnya mama angkat bicara.
Suaranya serak, tangisnya memenuhi pipinya. Jujur, aku sakit dan tak tega melihat ibu kandungku seperti ini. Aku merasa berdosa dan sangat durhaka sekali. Tapi apa boleh buat, demi kebaikan masa depan semua orang.
" Tapi..." kataku.
" Langkahi dulu mayat mama dan berhenti jadi anak mama selamanya!!" jerit mama sambil menudingku. Lalu bergegas pergi meninggalkanku bersama papa menuju kamarnya dengan membawa seluruh kemarahannya.
Aku langsung melemas ditempat.
Sudah kuduga, pada akhirnya aku bakal kalah.
Ya Tuhan. Nggak tahukah orang tuaku apa yang kuperbuat juga demi kebaikan Ina. Aku nggak bisa melihatnya menderita karena terpaksa menikahiku kelak.
Lebih baik aku hilang saja nyemplung di sawah!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamarlah Daku, Kau Kutangkap
Romantizm" Emang sih si Yahya mapan, tamvan, tapi Emakkkk...Bunuh Ina aja deh kalausampe beneran dijodohin sama lelaki sotoy macam begituu. Yang ada hidup Ina tiap hari tersiksa jiwa raga, rohani jasmani kalau beneran kawin sama tuh orang!" - Ina , Indonesi...