Lelaki itu duduk di sana. Memakai atasan vest coklat, hem berkerah lengan panjang merah tua, plus celana jeans gelap. Memandangku dongkol dan nggak menyentuh kue bolu coklat susu yang disajikan dihadapannya. Keterlaluan banget sih orang satu itu menyia-nyiakan makanan. Berbeda sekali dari Kakaknya.
Astagaaa…. Haruskah kubilang kalau Kak Argas keliatan keren banget memakai tiga setelan biru tua. Rambutnya klimis rapi, dan terlihat tambah ganteng karena sedang mengunyah kue bolu buatan Emak.
“ Nah ini dia yang ditunggu akhirnya keluar juga” Kak Argas berdiri dari duduknya ketika aku menghampiri mereka bersama Bapak.
“ Bagaimana kabarnya Nak Argas” sapa Bapak ramah. Menjabat tangan yang diulurkan Kak Argas.
“ Baik Om. Om Cipto sendiri” jawab Argas. Lalu melirik adiknya yang tampaknya ogah-ogahan.
“ Aduh sopan banget ya, ada orang tuanya bukannya bangun menyalami malah asyik-asyikan mainan tablet” sindirku tajam.
Yahya mendongak, jelas dia merasa tertantang pada ucapanku. Memasang senyum paling ‘mengerikan’ buat bapak, langsung meraih tangan Kak Argas dan menjabat bapak.
“ Kabar Yahya juga baik Om. Wah Om Cipto makin ganteng aja sih, tambah seger juga” rayu Yahya.
“ Hah? Seger? Maksudmu Om tambah gemuk gitu” lalu Bapak menoleh padaku. “ Na, beneran bapak sekarang gendutan”
Aku nggak bisa menahan tawaku sampai tersembur muncrat ke mana-mana, ehhh. Kak Argas juga sama saja, menggigit bibir bawahnya saking berusaha menahan geli. Yahya sendiri si biang kerok malah melongo mengetahui niat baiknya justru menjadi boomerang.
“ Bapak sih kebanyakan makan kue. Makasih ya Ya, udah mau jujur sama bapak. Soalnya selama ini nggak ada yang berani ngasih tahu” celetukku seraya merangkul bahu bapak, meski harus sedikit berjinjit secara aku kan pendek.
Yahya langsung menggaruk kepala, padahal aku tahu nggak gatal. Dia menatapku tajam akhirnya mengerti aku sedang mengerjainya.
“ Yah….Bapak diet deh kalau gitu mulai sekarang” rengek bapak manja.
“ Emm, anu Pak, maksud Yahya tadi bukan mengejek. Suer deh. Soalnya lama nggak ketemu jadi bapak terlihat lebih sehatan gitu dari terakhir Yahya lihat”
“ Walah! Calon anak mantu apik iki. Sangat memperhatikan calon mertuanya” ujar bapak sambil menepuk bahu Yahya yang kupikir agak kekerasan.
Yahya tersenyum sumringah, aku mencibirnya kesal. Untung aku nggak harus menghadapi si biang onar itu lama-lama, soalnya Emak muncul bersama satu kotak kardus berukuran besar.
“ Ah Tante, biar saya bantu” Kak Argas dengan sigap melesat mendekati Emak. Mengambil kardus tersebut dari beliau dan memegangnya menggunakan kedua tangannya.
Ya Tuhan, benar kan pilihan Ina nggak bakal salah. Keren banget tuh Kak Argas, Emak saaja sampai speechless karena ditolongin lelaki segentle Kak Argas. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana indahnya rumah tanggaku kelak kalau bersuamikan Kak Ar….
“ Na! Ina!” Bapak menggoyangkan bahuku, membuatku kaget.
“ Jangan melongo terus kenapa. Itu diajakin ngobrol Nak Argas” celetuk Mama.
Mataku beralih kepada Kak Argas, senyumnya mengembang indah di wajah sempurnanya. Astaga…jantungku kelonjotan nih.
“ Iya Kak…” ujarku, sengaja melembutkan suara.
“ Ina nanti malam datang kan ke acara ulang tahun Mama? Harus datang loh sudah diundang juga kan sekeluarga. Apalagi keluarga Ina nanti jadi tamu khusus” kata Kak Argas.
“ Hadehhh….yakin mau Ina dateng. Tapi, mau pakai apa? Sarung dijadiin rok? Orang Miss. Premaniverse macam dia mana bisa pakai rok dan sepatu hak tinggi ” ejek Yahya terang-terangan.
Dia bahkan nggak merasa malu mengucapkannya dihadapan Emak dan Bapak. Aseemmm bener nih laki satu. Bibirnya belum pernah dibawa ke kethog magic kayaknya!
“ Biarin saja saya dibilang preman, yang jelas semasa sekolah dulu banyak cowok mau dan ngantri jadi kekasih saya tanpa perlu tiap hari nepungin muka dan jontorin bibir ( Jontor, alias bengkak karena terluka dan berwarna merah. Bahasa slang untuk istilah menyindir wanita dengan make up terlalu berlebihan) Daripada situ, seorang LEJADI alias lelaki jomblo abadi” balasku tak kalah sengaknya.
Yahya menggeram. Dia maju beberapa langkah hingga kami kini berhadapan. “ Baiklah, gimana kalau kita taruhan kalau situ bisa dandan layaknya princess dalam dongeng saya bakal kabulin semua permintaan situ”
“ Boleh. Dan kalau saya kalah, saya bakal melakukan keinginan situ tapi sekali aja ya” aku berkacak pinggang. Menghadapi tantangannya penuh keberanian.
“ Yahya ingat tempat” tukas Kak Argas mengingatkan.
“ Ina, jangan kasar ah sama calonmu” Emak memperingatkanku.
“ DEAL!” kataku dan Yahya bersamaan.
Sepasang manik mata kami sempat bersitegang cukup lama hingga bapak menarikku ke belakang. Mungkin merasa ngeri kalau-kalau anaknya mendadak berubah menjadi macan dan melompati calon mantu kesayangannya itu untuk mencakar-cakar mukanya yang pas-pasan.
Beruntung hal tersebut nggak terjadi. Kak Argas langsung berpamitan pulang sambil menarik Yahya yang dipenuhi aura persaingan. Sedangkan aku melenggang meninggalkan ruang tunggu konsumen dan menarik lengan Karina. Anak itu sejak tadi bersembunyi diantara kulkas untuk melihat serunya pertengkaran sahabatnya ini dengan musuh lamanya juga.
“ Ina…apa-apaan sih kamu kok narik-narik aku” pekiknya panik.
Aku nggak menjawab protesnya. Setengah berteriak, berkata pada Emak. “ Mak. Ina off ya, mau nyalon buat acara ntar malem. Dan Karina aku culik dulu!”
Emak dan bapak bersorak girang waktu mendengar anak perempuannya ini akhirnya berlaku seperti wanita normal lainnya saat mau pergi ke pesta. Perawatan. Tapi Karina rupanya berpikir lain.
“ Tuhan, tolong percepat siksaan buat hambamu ini” doa Karina khusyuk.
Asem juga nih anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamarlah Daku, Kau Kutangkap
Romance" Emang sih si Yahya mapan, tamvan, tapi Emakkkk...Bunuh Ina aja deh kalausampe beneran dijodohin sama lelaki sotoy macam begituu. Yang ada hidup Ina tiap hari tersiksa jiwa raga, rohani jasmani kalau beneran kawin sama tuh orang!" - Ina , Indonesi...