04. Hadiah ulang tahunnya

27 9 1
                                    

Jakarta, 23 Maret 2025

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 23 Maret 2025


Seperti yang tertulis di halaman yang kemarin, aku memiliki janji dengan Renjun di taman dan itu bukanlah sesuatu yang biasa, dia sangat jarang membuat janji denganku jika bukan di sekolah tapi sepertinya suasana hatinya sedang berbeda saat ini terbukti selama akhir pekan ini dia selalu membuat janji bersamaku.

Oh dan tentu saja ini hari ulang tahunnya jadi pantas jika dia memiliki suasana hati yang bagus.

Tentang kemarin, aku sama sekali tidak minat untuk mengetahui arti dari kalimat yang ditulis Renjun, aku fikir dia yang harus memberitahuku langsung karena dia yang menulis itu meski sepertinya akan lebih mudah jika aku bertanya pada mbah google atau jika aku memiliki keberanian aku bisa bertanya pada mama dan baba saat aku bertemu mereka ketika sedang diminta ibu untuk membeli sesuatu ke toko sembako keluarga Renjun itu.

Aku bangun lebih pagi hari ini, tidak sabar untuk bertemu dengan pemuda itu nanti siang, padahal itu masih sangat lama dan ibu kini memandangku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena tingkahku yang kelewat bahagia, mungkin jika ayah sedang ada di rumah dia akan mengatakan jika aku bersikap seperti orang gila di depan gang yang biasa di ganggu oleh anak kecil yang sedang bermain, tapi untungnya ayah sudah pergi sejam yang lalu karena memiliki proyek baru.

Apakah menurut kalian aku harus berdandan? Atau aku harus mengenakan pakaian terbaikku? Tapi ini hanya janji biasa dengannya, bisakah aku bilang bahwa Renjun mengajakku kencan? Setidaknya karena kami pergi ke taman atau lebih tepatnya bertemu di taman dan tidak di rumahnya seperti biasa.

Oh ayolah Rhea kamu tidak boleh berfikir yang tidak-tidak, lagipula tidak mungkin jika pemuda Huang itu menyukaimu, apa yang dilihat dari dirimu yang tidak bersinar ini? Bahkan orang-orang tidak akan melihatmu dalam peredaran semu yang selalu kamu lakukan, meskipun jika nanti peredaranmu tak akan berkabut dengan jarak pandang yang bagus untuk melihatmu dan membuktikan bahwa kamu juga dapat bersinar seperti bintang lainnya tetap saja itu percuma, kamu dan Renjun hanya sebatas sahabat atau mungkin pemuda itu hanya menganggapmu teman dan tanpa nama seperti biasanya.

Hati dan fikiranku selalu berperang ketika membahas tentang hubunganku dan Renjun yang hanya sebatas teman ini, dan harusnya aku sadar diri setidaknya dia masih mau menjadi matahariku dan sedikit menghilangkan kabut yang selalu menghalangi jarak edarku tapi lagi-lagi hatiku selalu bertanya, bolehkah aku menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar sahabat atau seorang teman? Meski saat ini aku hanya memiliki satu dan itu hanya Renjun, pemuda yang selalu berjalan bersamaku dikala senja.

Ternyata hanya dengan membahas tentang Renjun aku jadi melupakan waktu yang sudah mulai siang ini, aku tidak ingin membuatnya menunggu dan lupakan tentang berdandan atau menggunakan pakaian terbaikku karena aku yakin jika aku melakukanya dia akan menatapku dengan tatapan aneh, jadi sudah aku putuskan aku akan berpenampilan seperti biasa dan setidaknya ini membuatku nyaman.

Diary Rhea 134340 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang