07. Renjun pergi

39 9 1
                                    

Jakarta, 22 April 2025

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 22 April 2025


22 April 2025, yang tercatat sebagai Hari Bumi namun dalam catatanku ini dimana hari Matahari meninggalkan bintang redup seperti 134340.

Ya, Huang Renjun memutuskan untuk pergi tanpa kalimat penghantar yang baik, tidak dengan salam perpisahan atau dengan permintaan maaf tapi Renjun hanya pergi tanpa suara.

Untuk pertama kalinya goresan pena yang kutekan diatas buku bersih yang akan usang tercampur derai air mata yang entah datang karena apa, merasa dihianati dan merasa ditinggalkan, keputusan Huang Renjun untuk menghilang meninggalkan luka yang dalam.

Hari itu dimana aku dengan bodohnya kembali melewati rumah Renjun dengan sengaja, seperti biasa mencoba mencuri-curi pandang keantara celah pintu rumahnya yang terbuka, namun hari itu tidak ada pintu terbuka barang sedikitpun bahkan toko mamapun tutup sejak kemarin dan aku baru menyadarinya.

Aku takut jika Renjun akhirnya dikirim kembali ke China oleh baba karena hadiahku yang terlalu spesial, sejak terakhir kali aku bertemu baba rasanya tidak pernah berjalan dengan lancar lagi dan jangan lupakan saat terakhir kali aku bertemu dengannya dengan kata rindu dibawah senja bersamannya yang kudapatkan hanya senyum tipis yang tak pernah ku tahu maknanya hingga kini.

Huang Renjun kamu meninggalkan cerita yang sedang berduka dalam luka yang dalam. Renjun kenapa lebih memilih pergi ketimbang menyelesaikan goresan penaku dengan tangan yang semakin bergetar? Bodohnya isak tangisku pecah mengingat betapa naifkan aku selama ini.

Ternyata Mike benar, jika baba memang toleran untuk mencari sekutu tapi tidak dengan pendampingmu Renjun.

"Rhea, ibu gak akan nyalahin kamu tentang ini tapi seharusnya kamu ngerti kalau babanya Renjun gak akan suka nak"

"Renjun tidak akan pergi lama, ibu tahu itu tapi ibu pesan untuk sementara waktu tolong jaga jarak dulu dengan dia"

Wejangan ibu terus terekam dikepalaku. Ibu bilang Renjun sekeluarga sedang pulang ke kampung halamannya untuk mengunjungi kakak Renjun satu-satunya entah apa alasan pastinya tapi aku tahu jika itu hanya sekedar pengalihan saja, mungkin mereka memang benar kembali ke China untuk sementara waktu tapi aku yakin salah satu alasanya adalah al-qur'an yang kini masih berada ditangan Renjun.

Dan untuk pesan ibu, harusnya ibu juga tahu tanpa aku menjaga jarak dengan pemuda itu, Renjun sudah terlebih dulu pergi tanpa pamit seperti hari ini karena dia lebih memilih untuk menghindar tanpa bicara, memilih untuk menyelesaikan semuanya tanpa meminta pendapat, Huang Renjun selalu merasa masalah yang dia buat harus dia yang menyelesaikannya, sampai dia lupa bahwa disini aku juga ikut terjalin dalam hubungan merah di atas putih yang terlarang.

Jelas hari ini tak akan sama seperti hari biasanya dengan Renjun dan senja yang selalu menyapa, sekarang aku kembali pada atensi seperti semula tanpa pemuda yang biasanya menarikku paksa untuk berbaur dengan bintang yang lain.

Diary Rhea 134340 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang