"Hahhh! Capek gue, berdua sama Faja cuman dijadiin nyamuk," Gumam Senja menatap langit langit kamarnya yang bernuansa hitam lebih tepatnya kamar salah satu milik Fajar.
Gimana tidak mau jenuh selama perjalanan pulang? Mereka sibuk berbicara satu sama lain seperti melupakan keberadaan Senja dan Faja. Faja saja meracau pelan dan mendumel kepadanya yang lebih kesalnya Fajar tidak mendengar dumelan Faja yang sengaja dikeraskan.
Saat ingin membenarkan posisi kepalanya, Senja merasakan ada sesuatu mengganjal. Ia segera meraba bawah bantalnya dan mendapati buku harian yang ia jumpai kemarin.
"Oiya gue lupa ngelanjutin bacanya," Ujarnya menepuk dahinya pelan.
Saat ingin membuka halaman yang kemarin terakhir ia pernah buka, tiba tiba saja halaman itu sudah kosong sekosongnya. Tidak ada bekas tulisan maupun bercak bercak yang pernah ia temui saat membaca halaman ini, membuat Senja mengernyit kebingungan
"Kenapa hilang? Perasaan gue baca kemarin ada tulisannya," Ujarnya yang sekarang sudah berperang dengan pikirannya. Ia sangat ingat jika ia kemarin membaca bagian halaman ini.
Seperti takdir yang mengijinkannya untuk mengetahui sesuatu yang hilang, sepoi angin malam masuk ke dalam kamar membuat halaman selanjutnya terbuka.
Dan satu kejutan ia temui lagi, tulisan berbeda kembali muncul. Ia serius dengan mata kepalanya sendiri jika buku harian itu cuman ditulis satu halaman saja.
23 September 1863
Sesuatu buruk terjadi, semua hancur perasaan kami hancur ketika harus menerima kepahitan tiba tiba ini. Mereka yang seharusnya bisa menjadi nama baik keluarga kami malah mereka sendiri yang mencoreng nama keluarga. Semua cercaan dan hardikan orang orang membuat kami semua harus angkat kaki dari sini.
"Apa ada orang yang pernah liat buku harian ini? Dari letak penyimpanan juga buktiin kalau ada orang sebelum gue pernah buka ini buku terus ditaruh di tempat yang gak semestinya," Ujar Senja dengan kerutan di dahinya.
Ada beberapa pertanyaan yang menghinggapi dirinya yang sangat mengganjal sekarang, Kenapa tulisan di dalam buku ini hilang dan datang sendiri? Kenapa harus ia yang melihat bukannya Fajar yang selaku pemiliki rumah? Apa Fajar tau keberadaan buku aneh ini? Dan satu lagi pertanyaan besar yang menghinggapinya, Kenapa tahun yang ada di buku ini sudah sangat lama dan apa kaitannya ini berhubungan oleh sesuatu?
"ARGHHHH! Kenapa jadi rumit gini?!" Jeritnya seraya mengacak acak rambutnya bingung dan melempar buku itu ke sembarang arah, kenapa masalah seperti ini malah datang kepadanya saat satu tugasnya saja belum usai?
Tunggu! Senja sepertinya sekilas mengingat ketika Tuannya mengatakan jika ia harus menjalankan tugas, entah itu satu atau lebih dari satu? Apa ini juga termasuk tugas yang harus ia selesaikan di masa 'ini'?
"Kenapa harus gue? Semua jadi rumit. Gue yang harus apa? Siapa orang yang bakal gue coba hindarin dari Fajar? Lagi, teka teki buku sama foto sialan ini," Monolog Senja yang mulai mengambil foto usang itu.
Gara gara asal usul gue yang gak jelas, semua masalah dateng sedikit demi sedikit. Sialnya gue malah anggap remeh semua itu
Foto yang berada ditangannya sampai teremas membuat bentuknya tidak mulus kembali saking gusarnya yang mulai menguasai dirinya. Kini tatapan berkabut, menandakan ia mulai muak dan resah, muak dengan kehidupan yang tidak menentu dan resah ketika ia malah terbelenggu dengan masa lalu yang tidak pernah ada habisnya, "KENAPA GUE HARUS DATENG KESINI?! KENAPA?! KENAPA MASALAH YANG BELUM TERPECAHKAN SELALU BERDATANGAN KE GUE, KENAPAAAA?! KENAPA SEMUA JADI RUMIT, MISTERIUS GINI! GUE MUAKKKKK SEMUAK MUAKNYAA! AAARGGGHHHHH!" Jeritnya yang sudah hilang kendali. Seperti sudah memiliki banyak tekanan, belum lagi cobaan yang kian berdatangan. Belum malangkah ia hidup tanpa adanya kasi sayang orangtua? Belum cukup ia tidak ingat masa lalunya? Belum cukup kemampuan yang membuatnya makin tersiksa? Kenapa harus dia, kenapa harus Senja yang harus nerima kepahitan dalam hidupnyaaa,cepat beritahu Senja yang sudah sangat bodoh ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN LASHIT
Teen FictionSinopsis- Didalam kehampaan yang menyelimutinya, tak ada sesuatu yang dapat dicapai olehnya. Mereka hanya dapat melihat kekosongan hitam tidak berarti sedang menutup kedua matanya erat seakan akan enggan menunjukkan betapa indahnya dunia yang sedang...