"FAJARRRR!"
Senja segera bangkit dari tempat tidur saat merasa tubuhnya bisa ia gerakkan kembali dengan leluasa. Keringat yang sudah mengucur deras dari dahinya dan napas yang tersengal membuat kedua orang yang menatap cemas Senja segera menghampiri Senja.
"CACA!"
"CA?!"Sahut Fajar dan Senja bersamaan membuat Senja menengok kanan kirinya yang sudah terdapat mereka berdua. Ia segera memijat pelipisnya saat nyeri kepala yang masih tersisa menyerangnya.
"Gue bawain obat ya?" Tawar Aska.
"Gue panggil dokter ya Ca?" Tawar Fajar.Bukannya merasa lebih baik, Senja menggeram pelan mendengar perkataan mereka yang justru membuatnya makin sakit kepala karena nada mereka yang seperti bertanding untuk menjadi yang pertama untuk didengar oleh Senja.
"Diem! Gue mau sendiri plis!" Putus Senja melihat mereka bergantian, mungkin membiarkan dirinya sendiri akan membuat semuanya adil untuk Fajar dan Aska.
Fajar menggertak giginya kesal sambil menatap Aska tajam, menyalahkan keberadaan Aska yang membuat Senja terusik, "Bilang dulu, lo inget apa tentang gue?" Tanya Fajar sebelum ia benar benar keluar dari UKS, ia penasaran kenapa Senja menyebut namanya jika kalau bukan melihat masa depannya.
Mendengar pertanyaan yang sangat aneh, Aska segera mengernyit pelan, "Lo punya urusan apa sama Senja hm?" Tanya tidak santai Aska yang mendorong pelan bahu Fajar, hingga Fajar mundur beberapa langkah ke belakang.
"Aska," Lerai Senja yang mulai resah karena keberadaan mereka berdua yang selalu saja bertengkar setiap bertemu satu sama lain.
Fajar yang masih saja menghiraukan ucapan Aska, mulai menatap Senja untuk meminta penjelasan, "Gue cuman liat masa depan lo aja, t-tapi gue udah lupa. Maaf," Lirihnya dengan nada lesu. Mungkin Fajar akan mengira jika ia sedih karena tidak mengingat masa depan untuk beberapa jam namun ini adalah satu satunya jalan agar Fajar tidak curiga jika ia bisa melihat yang 'lain' juga.
Senja tidak peduli Aska mendengar atau tidak karena Aska akan percuma mendengarkan perbincangan mereka saat tidak tau topik apa yang sedang mereka bahas. Just make it sense.
"I'm fine, gue terima karena lo lagi kurang fit,"
Aska diam sejenak mendengarkan perbincangan mereka berdua. Tangannya tanpa kendali mengepal saat perasaan aneh menyeruak, bibirnya kelu hanya untuk bicara saja. Merasa ini mimpi, Aska mencubit tangannya kecil hingga ia meringis pelan.
Tidak! Ini bukan mimpi, Aska segera melihat Senja yang tengah menjelaskan sesuatu ke Fajar. Tatapan rindu seketika tersirat di mata iris coklatnya, ini bukan saatnya. Ia perlu sedikit bersabar menunggu waktu yang pas.
Apa bener ini lo 'Senja'?
"Fajar lo ada di-Eh?"
"Senja?" Panggil Michelle yang tidak menyadari ada Senja dan Aska juga. Ia kira Fajar sedang terluka, makanya ia bergegas ke sini.
Aska menatap datar Michelle seperti tidak menginginkan orang asing datang ke UKS terlalu cepat, ia hanya berpikir mereka akan menyusahkan Senja karena sibuk melemparkan pertanyaan pertanyaan tidak jelas.
Fajar beranjak berdiri dan menghampiri Michelle, "Kenapa Chel?" Tanyanya.
"Di luar aja gimana?" Tawar Michelle saat mengetahui Senja tengah terbaru di tempat tidur, rasanya sangat tidak etik kalau bicara disini karena bisa bisa Senja terusik nanti.
Fajar mengangguk setuju dan pergi duluan tanpa menjawab. Matanya yang menangkap sosok Sasha yang sudah berdiri untuk meminta persetujuan Fajar agar bisa menjenguk Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN LASHIT
Teen FictionSinopsis- Didalam kehampaan yang menyelimutinya, tak ada sesuatu yang dapat dicapai olehnya. Mereka hanya dapat melihat kekosongan hitam tidak berarti sedang menutup kedua matanya erat seakan akan enggan menunjukkan betapa indahnya dunia yang sedang...