"Makanya kalau lagi kesel sama diri sendiri usahaiin jangan ngelukain diri lo sendiri. Udah tau jiwa lo lagi kacau, lo malah nyari sakit kalau gini caranya!" Oceh Fajar sambil mengobati ulang tangan Senja akibat cakarannya sendiri.
Senja mendengus kesal saat Fajar mengomelinya saat Senja dalam mood tidak ingin melakukan apa apa. Dilihatnya Fajar yang tengah sibuk berkutat dengan tangan kirinya, setelah ia lihat lihat entah dorongan darimana Senja berpikir jika perawakan tubuh Fajar yang tinggi tegap itu mirip seperti perawakan Tuannya.
Tiba tiba saja bertanya tanpa kontribusi dulu dengan dirinya, "Orangtua lo dimana Fa?" Tanyanya membuat Senja segera menutup mulutnya sendiri.
Gerakan Fajar yang berhenti membuat Senja menyadari jika pertanyaanya ini sudah menyenggol privasi Fajar, "Maaf gue gak sengaja, gak usah dijawab juga karena gue juga masih inget peraturan kelima lo. Lanjutin aja obatin tangan gue, lupain yang tadi gue tanyain ke l-"
"Gue juga gak tau," Jawab Fajar yang sebenarnya.
Fajar segera menyudahi mengobatin tangan Senja dan menyimpannya kembali ke kotak P3K. Setelah menyimpan dengan baik, Fajar segera duduk diseberang Senja sambil menatap ke arah lain.
"Gue sama Faja juga sama kayak lo, gak tau rasanya gimana kasih sayang orangtua, kita yang gak tau gimana rasanya kebersamaan keluarga. Maka dari itu gue cenderung tertutup sama orang asing," Jelasnya dengan nada yang berbeda dari biasanya. Yang biasanya tegas dan datar dengan cepat beralih sedikit melow?
"Gak usah dijawab Fa, peratu-"
"Gue hapus mulai.sekarang," Tegasnya dengan menekan 2 kata terakhir membuat Senja kicep di tempat.
"Gue ditinggal gitu aja di rumah yang sampai sekarang masih kita tempatin. Mau lo percaya atau gak, gue yang di umur 12 tahun dan Faja yang masih bayi tiba tiba aja kita udah ada disana, dan bodohnya gue gak inget sama sekali siapa yang udah pindahin gue sama Faja ke rumah sekarang," Ya, sampai sekarang pun Fajar masih mempertanyai dimana asli tempatnya tinggal, namun karena ia memiliki adik yang harus selalu ia perhatikan dan menjaga membuat berangsur angsur mencoba menerima lapang dada kemalangan hidupnya yang sangat memberatkannya sampai sekarang.
"Lo inget masa lalu lo Fa?" Tanya Senja saat merasa kondisi mereka sama persis yang pernah berada di titik terendah dalam hidup mereka masing masing.
"Ya, samar samar. Karena dulu gue kecil cenderung tertutup meskipun sama orangtua gue sendiri," Ujar Fajar sambil mengedikkan bahu acuh. Sepertinya Fajar sudah merasa biasa saja dengan keadaanya sekarang, berbeda dengan Senja yang masih saja memikirkan hal hal buruk. Ck, Senja jadi malu ketika menganggap hidupnya sangat buruk padahal ada orang lain yang lebih buruk lagi darinya.
"Kenapa lo jadi terbuka?" Tanya Senja saat tingkah laku Fajar tiba tiba menjadi perhatian padanya.
"Karena lo disini harus lindungin gue jadi gue bertanggung jawab akan keberadaan lo disamping gue,"
***
Seperti biasa sehabis pulang sekolah, semua orang orang berbondong-bondong menjadi yang pertama untuk keluar dari penjara mengerikan. Tapi itu tidak berlaku oleh Senja yang terlihat santai keluar paling terakhir dari kelasnya.
Saat ingin menghampiri Fajar untuk ikut pulang bersama, Senja malah melihat Fajar yang masih belum siap dengan motornya.
Merasa penasaran akhirnya Senja mendekat ke arah Fajar, "Kenapa motor lo Fa?" Tanya Senja yang masih belum tau masalahnya.
"Gak liat?" Ketua Fajar sambil menunjuk dirinya yang tidak berhasil berhasil menyalakan motornya.
Senja mendengus kasar saat merasa sifat ketus Fajar kembali lagi dengan cepat, "Ya santai kali, gue aja nanyanya santai," Ujar Senja.
Berkali kali Fajar mencoba pun hasilnya tetap nihil, motornya sama sekali tidak bisa menyala. Sepertinya mereka berdua harus naik bus mau tidak mau kalau tidak ingin kelelahan berjalan sepanjang 20km.
Saat ingin mengajak Senja pergi ke haltes bus, suara bariton membuat Fajar mengurungkan niatnya.
"Lo gak pulang Ca?" Tanya Aska yang tidak biasanya bersama dengan kedua ekornya yang selalu membuntutinya kemana mana.
Senja melirik Fajar sebentar, terlihat guratan raut wajah yang mulai mengeras. Sepertinya pertanyaan tidak berguna dari Aska membuat Fajar kembali mendidih.
"Ini mau pulang, gue duluan," Pamit Senja setelah melihat tatapan tajam yang dilontarkan oleh Fajar.
Dengan cepat Senja melangkahkan kakinya menuju Fajar namun cekalan Aska yang mendadak membuatnya berhenti.
"E-eh?"
"Pulang sama gue aja daripada pulang sama yang punya motor butut kayak tetangga depan," Ajak Aska tidak mau kalah. Enak saja! Dirinya yang suka duluan, kenapa malah Fajar yang malah dipilih? Tidak semudah itu Aska melepaskan Senja, lihat saja!
Senja melirik sebentar tangan Aska yang sedang mencekal tangannya, dengan kikuk Senja perlahan menyingkirkan tangan Aska. "Lepas ya, gunung api nanti menyerang kalau lo masih batu," Bisik Senja dengan berbicara saat mulutnya tersenyum menampilkan barusan gigi putihnya agar Fajar tidak menyadari jika Senja sedang memberi saran kepada Aska.
Senja yang berganti melihat Fajar, meneguk salivanya kasar. Bodoh! Seharusnya ia langsung saja pergi tanpa pamit kepada Aska, haishhhh!
Fajar mengetatkan rahangnya saat melihat tangan Aska dengan sengaja menyentuh kulit tangan Senja, entah kenapa Fajar merasa tidak suka untuk keberapa kalinya ia melihat Senja dekat dengan Aska.
"Lepas," Titah Fajar dengan suara baritonnya. Tangannya mencekal tangan Aska hingga membuat tangan mereka seperti bercabang 3.
Merasa dirinya dipanggil, Aska menatap Senja remeh dengan mengangkat alis satu dan tersenyum miring, "Kalau gue gak mau?" Tantangan yang membuat Senja memutar bola malas. Aska selalu saja mengompori suatu masalah membuat Senja gemas untuk melakban mulut lemas Aska.
"Mati lo!" Gertak Fajar yang sekarang tangannya berpindah ke kerah Aska, mencengkram kuat kerah Aska yang masih santai dan tidak terbawa emosi.
"Belum waktunya tuh," Jawabnya membuat Senja sudah berkomat kamit merutuki kelakuan terlalu santai Aska. Memang apa apa yang berlebihan memang tidak selamanya bagus, Ck!
Kini suasana mulai terasa sengit, mereka yang sama sama tidak ingin mengalah membuat Senja yang melihat semakin geram. Tidak bisakah mereka berdamai?
"Udah Fa, Ka. Mending gini deh, sekarang gue pulang sama Fajar te-"
"Gak! Yakali gue biarin lo pulang sama Fa-"
PLETAK
"Diem dulu bego! Gue belum selesai ngomong, lo malah main potong potong aja!" Omel Senja menyentil dahi Aska kencang.
Setelah puas menatap tajam Aska, Senja segera melanjutkan kembali pembicaraan yang terpotong oleh Aska tadi. "Kapan kapan kalau gue mau, gue pulang sama lo. Impas kan? Sekarang bubar, gue mau pulang!" Usir halus Senja yang sudah melangkah ke depan meninggalkan Mereka berdua. Masa bodoh kalau mereka ingin baku hantam, ia tidak akan bertanggung jawab.
"FAJAR RAXELLION! DALAM HITUNGAN KETIGA KALAU LO GAK KESINI, GUE BAKAR RUMAH LO BIAR SEKALIAN TINGGAL DI AMPERAN JALAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN LASHIT
Ficção AdolescenteSinopsis- Didalam kehampaan yang menyelimutinya, tak ada sesuatu yang dapat dicapai olehnya. Mereka hanya dapat melihat kekosongan hitam tidak berarti sedang menutup kedua matanya erat seakan akan enggan menunjukkan betapa indahnya dunia yang sedang...