"Aluna..."
Tubuh Aluna berputar dan menghadap seseorang yang resmi menjadi suaminya.
"Ya, Dion."
Dion mendekati Aluna. Memegang jemari Aluna. Mengecup dengan lembut. Melihat Aluna tersenyum padanya. Membuat hati terasa bergetar.
"Masih sakit?" Dion bertanya keadaan Aluna setelah melakukan malam pertama dengan istrinya.
Mereka telah resmi menjadi sepasang suami-istri. Aluna merasa malu dan pipinya merona saat Dion menanyakan keadaan itu.
"Maaf ya." Dion merasa bersalah.
"Bukan salahmu." Aluna langsung memeluk tubuh suaminya. "Aku milikmu." Bisik Aluna.
"Kenapa kamu di balkon?." Tanya Dion. Dia terbangun dan tidak melihat istrinya disampingnya. Merasa panik. Saat terbangun, matanya menyipit ketika melihat Aluna di balkon.
Disana Aluna berdiri dengan pakaian kemeja atasan miliknya. Pakaian itu terlihat kebesaran. Aluna menikmati angin luar.
"Enggak dingin?." Tangan Dion mengusap punggung istrinya yang dibalut kemejanya.
Aluna menggeleng. "Udah hangat. Soalnya aku peluk kamu."
Dion tersenyum mendengar ucapan Aluna.
"Aku panik saat kamu enggak ada di sampingku." Lirih Dion. Dia benar-benar panik. Tapi dia merasa lega ternyata istrinya hanya menikmati angin di balkon.
"Sudah pukul 4 pagi." Ucap Dion.
Aluna melepaskan pelukan dari Dion dan menatap dengan lembut. "Aku kebangun jam 3. Aku haus banget. Untungnya ada minum di meja." Tangannya menelusuri wajah tampan itu.
Dion memenjam matanya. Menikmati sentuhan istrinya dengan lembut.
"Kamu tampan." Puji Aluna. Dion terkekeh.
"Aku memang tampan." Mata Dion masih tertutup. "Kamu cantik."
"Oh ya?." Mata Aluna menyipit. Bahkan Dion masih menutup matanya.
Dion mengangguk. Matanya terbuka. "Di mataku. Kamu sangat cantik."
Aluna tersenyum. "I love you, Dion." Aluna memeluk Dion dengan erat. Merasakan kasih sayang dan cinta dari Dion.
Dion membalas dengan erat. Senyuman tidak pernah pudar.
----
"Hati-hati ya sayang."
Dion mengangguk dan mengecup kening istrinya sebelum berangkat kerja. Dion masuk kedalam mobil. Dia melihat Aluna berdiri di depan pintu utama.
"Bye sayang." Dion membukakan kaca mobil dan melambaikan tangan saat di mobil.
Aluna juga melambaikan tangannya.
Ekspresi berubah menjadi datar setelah mobil milik Dion menghilang. Dia menelepon seseorang.
"Bawa berkas itu ke ruang pribadi saya. Sekarang!"
"Baik, Bu."
Aluna langsung masuk kedalam dan menuju ke ruangan pribadi nya.
Sudah 10 menit, Seseorang sudah datang dan membawa berkas yang diinginkan oleh Aluna.
"Ada informasi lainnya?" Tanya Aluna sembari membuka berkas dan membaca dengan teliti.
"Saya mendapatkan informasi dari anak buah saya. Nyonya Siska sedang ingin harta dari Tuan Andre. Jadi dia memerintahkan seseorang untuk membunuh Nyonya Andre."
Aluna hanya biasa saja saat mendengar ucapan dari Tian. Dia hanya menatap Tian dengan sinis.
"Saya sudah memerintahkan anak buah saya." Aluna tersenyum mendengar ucapan dari Tian.
"Bagus. Sekarang kamu boleh pergi."
"Baik, Bu. Permisi." Tian langsung meninggalkan ruang pribadi Aluna.
Aluna hanya berdiri didekat jendela sembari minum teh hangat. Pikirannya masih kacau. Dia memikirkan kejadian ibunya tergeletak di lantai.
Dia sudah menduga ibu tirinya pelakunya.
Aluna sudah memerintahkan Tian untuk melakukan sesuatu apa yang dia inginkan.
Ponsel milik Aluna bergetar dan mendapatkan pesan dari kakeknya.
"Datanglah kerumah kakek. Semua orang menunggu mu."
Aluna menyunggingkan senyumnya. Inilah saatnya.
---
Aluna tidak menyangka mendapatkan warisan saham dari kakeknya saat datang dirumahnya. Bahkan ibu tirinya tidak terima pernyataan dari kakeknya.
Kini Aluna berada di ruang pribadi kakeknya. Karena ada keributan setelah kabar dirinya mendapatkan warisan saham.
Aluna berdiri didepan kaca. Diluar kaca ada pemandangan kota.
"Aluna.." Aluna mendengar namanya dipanggil dan berbalik badan.
"Ayah.." Aluna tersenyum. "Apa kabar?" Sejak meninggalnya ibunya sudah jarang ketemu dengan Ayahnya. Karena ayahnya menikah dengan perempuan gila harta.
"Baik, Lun. Mainlah kerumah Ayah." Aluna langsung mundur ketika Ayahnya mendekati dirinya. "Nak.." Ayah sedih.
"Maaf, Ayah. Aku nggak bisa."
Ayah Aluna mengangguk. Dia paham putrinya tidak pernah merestui pernikahan dengan istri barunya.
"Jadi?" Ayah Aluna menatap putrinya.
Aluna mengangguk dan menjelaskan semuanya.
"Nggak mungkin, Lun." Aluna tertawa kecil melihat ayahnya tidak terima kalau Istrinya pembunuh.
Ayahnya terlihat frustasi.
"Kamu bohong kan?" Kedua tangannya mencengkram pundak Aluna. Dia melihat matanya tidak ada kebohongan. "Ada bukti?"
Aluna menatap ayahnya. "Ada."
Aluna langsung mengambil flashdisk dari tasnya. Lalu membuka laptop dan menyalakan video bukti.
Aluna tidak tahan melihat itu. Air matanya mengalir di pipinya.
"A-apa.." Ayahnya berlutut di lantai setelah melihat video itu. Merasa dihantam badai petir. Ternyata istrinya yang membunuh Ibu Aluna. Kepalanya mendongak ke atas dan menatap Aluna. "Lun.."
"Sudah?" Ayahnya ingin menangis melihat Aluna selama ini terlihat tertekan setelah kehilangan ibunya. "Sebaiknya Ayah pergi dari sini." Aluna tersenyum.
Aluna melihat Ayahnya pergi dari hadapannya. Dia menelpon seseorang.
"Lakukan sekarang, Tian." Perintah Aluna langsung menutup telepon.
Aluna mendekati kaca besar dan memandangi kota disana. Tiba-tiba ada kedua tangan yang merengkuh pinggang dari belakang.
"Sayang.." bisik Dion sambil mengecup leher Aluna.
"Hmm.." Aluna menikmati kecupan manis dari Dion.
Mata Aluna melihat kedatangan mobil polisi datang didepan rumah kakeknya. Terlihat beberapa polisi menangkap ibu tirinya. Bibirnya terangkat dan merasa puas melihat.
"Seneng?" Bisik Dion.
Aluna berbalik badan dan mencium bibir suaminya. Kedua tangannya mengalungkan di leher Dion.
"I love you.." bisik Dion setelah berciuman dengan istrinya.
"I love you too.." Aluna tersenyum.
Akhirnya mereka hidup bahagia.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOLEKSI CERITA PENDEK - ONESHOOT
KurzgeschichtenCerita ini hanya pendek. Tiap part judul berbeda.