Happy reading!
"Ayah.." Aku melangkah lebih cepat. Melihat Ayah membawa koper besar. Air mataku mengalir di pipiku. Apa yang terjadi pada Ayah dan Ibu. Mengapa Ayah yang pergi, Aku berusaha menahan lengan Ayahku agar tidak pergi. Di keluarga Aku paling dekat dengan Ayah.
Ayahku menepis tanganku yang berusaha menahan lengannya.
Sakit.
Mengapa Ayahku tiba-tiba berubah. Wajahnya memerah seperti menahan amarah. Menatapku dengan tatapan dingin. Sangat menusuk.
"Ayah.."
"Diam." Aku memejamkan mataku secara perlahan. Baru pertama kali Ayah membentak. Aku salah apa sehingga Ayah seperti ini.
Aku menatap Ayah heran, "Apa salahku? Ayah mau kemana?"
Ayahku tidak menjawab. Hanya menatapku secara intens. Ayah langsung pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Tubuhku melemas dan jatuh di lantai.
Cinta pertama telah meninggalkan anaknya.
Aku merasa sesak nafas. Menepuk dadaku secara pelan. Aku menangisi kepergian Ayahku.
Maafkan aku, Ayah. Batinku pelan. Aku tidak tahu salahku apa.
Delapan tahun kemudian.
Namaku Deriva Oktavia. Panggilanku adalah Deva. Sejak Ayah meninggalkan rumah. Aku lebih pendiam dan dingin. Usiaku sudah delapan belas tahun. Aku memang tidak dekat dengan ibu apalagi Kakakku, Devano. Ia ikut dengan Ayahku.
Cinta pertama seorang putri adalah Ayah.
Aku semakin liar di sekolah. Pergaulanku menjadi bebas dan liar. Suka balap motor dan ikut taruhan.
Di sekolah, aku datang dengan angkuh. Tidak peduli cibiran dari anak-anak. Lagipula aku telah lulus sekarang. Kehadiranku telah membuat pusat perhatian. Apalagi aku datang ke pesta prom night di sekolah. Merayakan kelulusan sekolah kelas dua belas.
Aku tidak risih mengenakan pakaian terbuka. Sudah terbiasa dan tidak peduli tatapan sekitarnya.
Brak!
Seorang salah satu siswi tidak sengaja menabrak ku. Sehingga aku menatap dress milikku sudah basah.
Oh God!
"SIAL! Kamu gak punya mata hah?!" Aku mencengkeram dagu dengan kuat. Aku sangat marah salah satu siswi telah mengusik ketenangan ku.
"Ma-maaf, Kak. Aku tidak sengaja." Ucapnya terbata. Suaranya sangat bergetar dan gugur. Aku menyeringai lebar. Mengerjai adik kelas tidak masalah bagiku.
"Berlututlah jika kamu ingin aku memaafkan kamu." Bisikku pelan. Aku memandang sekitarnya telah memandang kita. Matanya melotot.
"Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
KOLEKSI CERITA PENDEK - ONESHOOT
Cerita PendekCerita ini hanya pendek. Tiap part judul berbeda.