Chapter 7. Tumbang

942 155 74
                                    

Lets gidit :3














.....

Gerimis mengguyur Bandung pagi ini. Membawa kabut tipis dan meninggalkan sejuk untuk memulai hari.

Blam!

Wonpil masuk ke dalam rumah dengan kedua tangan yang membawa mangkuk bubur. Melihat belum ada siapa-siapa di meja makan, dia pergi ke kamar putranya.

Pintu tidak sepenuhnya tertutup, Wonpil mengetuknya pelan dan membukanya cukup lebar. Menghela napas untuk yang kesekian kalinya, dia bertanya lagi, "Yakin mau sekolah?"

"Hmm."

"Katanya enggak enak badan?" Tanyanya lagi.

Mengaitkan kancing sweater yang terakhir, Seungmin menatap ayahnya melalui pantulan cermin, "Enggak enak badan bukan berarti sakit. Widya bukan anak kecil, Ayah tenang aja."

Keras kepala adalah sifat yang dia wariskan, Wonpil sendiri menyadari hal itu. Jadi tidak perlu lagi untuknya membujuk terlalu banyak karena hasilnya akan tetap sama.

Sepeninggalan ayahnya yang kembali ke dapur, Seungmin memeriksa ulang buku pelajaran yang akan dibawa. Mengingat hari ini adalah hari Senin, itu berarti waktunya les fisika. Beruntung, ibunya mengirim permen coklat khas arab tempo hari jadi dia mengambil beberapa.

"Kasih Dami juga gak ya? ...Bawa aja deh."

Memikirkan teman sebangku yang biasa membuatnya lelah tapi berubah menjadi khawatir seperti kemarin membuatnya cukup terhibur. Dia harus memberi Chan hadiah untuk itu dan memutuskan untuk membawa beberapa lagi permen coklat untuk dibagi.

Terdapat peraturan untuk tidak menggunakan pakaian hangat kecuali mendapat surat ijin dari guru piket karena sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdapat peraturan untuk tidak menggunakan pakaian hangat kecuali mendapat surat ijin dari guru piket karena sakit. Tapi karena Seungmin merasa dirinya tidak benar-benar sakit, dia menanggalkan sweater dan memasukannya ke dalam tas.

Chan belum datang. Tapi Seungmin yakin jika orang itu akan menunjukkan diri setelah bel masuk berbunyi.

Neng nong neng neng~
Neng nong neng neng~

Benar saja, Chan datang beberapa saat kemudian. Sambil mengunyah cakue, dia mendudukkan diri dan menyapa dengan aura yang terlalu cerah seperti biasanya, "Gud moning bebebku~"

"Hmm."

"Mau gak? Masih anget, cocok nih dimakan pagi-pagi." Katanya sambil menawarkan seplastik gorengan(?) itu.

Tergiur dengan harumnya, Seungmin membawa sepotong cakue bertabur bumbu asin dan pedas, "Mm~ enak."

Chan menepuk dadanya bangga, "Siapa dulu dong yang ngebumbuin? Pangeran Damiano orangnya!"

"Bukan itu." Seungmin memasukkan satu potong lagi ke dalam mulutnya, "Enak soalnya gratisan."

"Ingin pangeran berkata anjing tapi masih pagi, kumaha atuh? (gimana dong?)"

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang