Chapter 12. Katanya

765 145 115
                                    

Hmm, kenapa rasanya agak sedikit gloomy













.....

Katanya, waktu terasa berjalan cepat ketika kita melewati hari dengan keseriusan. Dan itulah yang tengah dirasakan oleh Seungmin.

Rasanya baru kemarin menjalani masa orientasi murid baru tapi sekarang dia sudah berdiri di rentang waktu yang biasanya bertanggung jawab sebagai tersangka utama yang membuat hampir semua murid stres. Ulangan tengah semester.

"Aa~ buka mulutnya."

Nasi dan sayur lodeh menjadi menu. Wonpil persis duduk di samping, menyuapi putra kesayangan yang tengah serius belajar untuk ulangan hari ini.

"Mapel apa dulu?"

"Fisika."

Wonpil membawa sendok lagi, Seungmin membuka mulutnya secara otomatis. Menerima asupan makanan yang akan menjadi bahan bakarnya untuk menyapa deretan angka dan rumus untuk memulai hari.

"Kamu gak ngerasa keteteran?"

Sambil menguyah dan mempelajari kembali materi yang lalu, dia menjawab, "Enggak. Widya justru ngerasa tertata kalo jadwalnya padet."

"Katanya abis ulangan ada pekan olahraga? Kamu jadi apa?"

Seungmin mengangguk. Kali ini sambil menghapal rumus, "Iya, tapi cuma tiga hari. Habis remedial."

Seminggu dipakai untuk ulangan dan semua ekstrakulikuler diliburkan. Minggu berikutnya khususnya hari Senin sampai Rabu dikhususkan untuk mereka yang perbaikan sementara Kamis sampai Jumat adalah waktunya pekan olahraga.

Awalnya osis berniat menyelenggarakan acara olahraga ini lebih lama tapi pihak sekolah menolak. Dan sudah jauh-jauh hari juga mereka--osis--sudah rapat dan merancang acara serapih mungkin.

"Widya jadi seksi kesehatan, bareng sama Lilix."

"Lilix? Oh yang campuran itu?"

"Heem."

Wonpil mengerti jika Seungmin sedang berusaha menghapal. Jadi dia hanya menyuapi tanpa bertanya lebih banyak.

Bersamaan dengan itu, Minho masuk ke rumah. Wonpil melihatnya dan merasa tidak keberatan karena dia sendiri yang mengatakan supaya pemuda itu menganggap rumahnya sebagai rumah sendiri.

Dengan isyarat mata, kepala keluarga Halimawan menunjuk makanan sarapan putranya seolah bertanya 'mau ikut sarapan?'

Minho juga tidak bodoh. Namun dia menolak dengan gelengan kepala dan senyum kecil.

Kemudian dengan interaksi tanpa suara yang dua orang itu lakukan, entah bagaimana caranya Wonpil sudah ada di halaman menyirami tanaman sementara Minho menggantikan untuk menyuapi Seungmin.

Yang disuapi anehnya tidak menyadari dan masih tenggelam dalam buku fisika. Merasa baik itu perut maupun isi kepalanya sudah penuh, Seungmin menutup mulut dengan telapak tangan, "Kenyang."

Meminum susu coklat sampai habis, Seungmin berdiri dari kursi dan hendak membawa peralatan bekas makannya. Tapi terhenti saat melihat orang yang duduk disampingnya ternyata bukan ayahnya.

"...Aris kapan datang?"

Minho mengambil dodol dari dalam toples, sambil menjawab malas, "Dari tadi."

Sejak kejadian menginap waktu itu, Minho selalu menyempatkan waktu untuk ke rumah Seungmin. Entah itu pagi siang sore atau malam, ada urusan penting atau sekedar nongkrong tidak jelas.

Selama waktu itu juga, hubungan di antara keduanya berkembang ke arah yang lebih baik. Dalam konteks Seungmin yang tidak lagi canggung atau Minho yang terlalu beku. Semuanya mencair perlahan namun pasti, tidak ada yang dipaksakan atau karena terpaksa.

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang