Chapter 10. Mabar My Heart

929 144 88
                                    

Ini kayanya bakal panjang deh :D
Legoww








.....

"Sekian rapat hari ini, terima kasih buat waktunya, hati-hati di jalan." Tutup Mina.

Seperti biasa ketika rapat berakhir, Seungmin menghampiri bagian keuangan alias bendahara, "Reza, ini Widya mau bayar."

Renjun mendongak, tangannya menengadah, "Wokeh."

Uang kertas dengan nominal 2000 diterima, wakil bendahara itu membubuhkan tanda ceklis dibuku tebal, "Sip, udah aku tulis ya."

Selesai dengan urusannya, Seungmin berpamitan dengan pengurus osis lain yang masih tinggal di sekretariat meski waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore.

Di teras, Felix dan Haechan membawa tumpukan kertas. Bisa Seungmin lihat bagaimana mereka mulai kehilangan energi. Dengan penuh simpati, Seungmin mengepalkan tangan dan meninju ke udara namun tidak berlebihan, "Semangat kalian."

Keduanya hanya mengangguk. Seungmin bertanya, "Kalian pulang naik angkot? Ati-ati ini bawaan kertasnya banyak."

Felix mengangguk tapi Haechan menggeleng, "Aku nebeng sama Badriah."

Kebetulan, Nancy selesai memakai sepatu dan memberi kode pada Haechan, "Herdi hayu pulang."

"Kita duluan ya geng, semangat buat acara pertama kita."

Mereka kemudian pergi bersamaan dengan Bomin yang keluar dari dalam sekre, dia merapatkan jaket sambil celingak celinguk, "Dami mana Wid?"

Seungmin mengangkat bahu tanda tidak tahu, "Di dalem gak ada Bud?"

"Enggak ada, tadi aku liat dia udah keluar kok."

Sejujurnya, Seungmin merasa jika hari ini kehidupannya berjalan terlalu lancar. Tidak ada Chan yang selalu bising atau sekedar nemplok alias doyan skinship. Perilakunya juga sangat tenang sampai-sampai Seungmin berpikir jika Chan kemasukan sesuatu.

Tapi sangat jarang atau mungkin tidak ada dalam ingatannya kalau Chan tidak pernah pergi tanpa pamit. Bisa dibilang, kejadian saat ini cukup mengejutkannya.

"Oh, enggak tau juga Bud."

"Maaf nunggu, ayo kita pulang~" Kata Hyunjin sambil memakai sepatu.

Seungmin menunggu Hyunjin selesai kemudian berpamitan pada Bomin dan berjalan pulang. Tidak berdua, ada Felix juga. Total tiga orang.

Kenapa harus dengan mereka? Seungmin hanya sedang tidak ingin berjalan seorang diri.

"Wid."

"Hm?"

"Kamu sama Dami lagi marahan?" Tanya Hyunjin.

"Enggak." Seungmin menggeleng, "Biasa aja."

Meski tampak lelah dengan mata panda yang tebal, Felix masih ingin ikut dalam obrolan, "Kayanya aku tau kemana dia. Paling ngumpul sama Heejin."

Seperti teringat sesuatu, Hyunjin mengangguk kecil, "Oh iya bener. Waktu istirahat juga kayanya Farrel liat Dami bawa Heejin pergi deh."

"Kemana?" Tanya Seungmin.

"Enggak tau."

"Paling lagi haus belaian makanya dia samperin satu-satu pacarnya." Kata Felix malas.

"Hmm, Widya juga ada pikiran kaya gitu. Soalnya kemaren aku liat dia bawa dua cewek tapi gak tau juga sih. Bukan urusan Widya ini."

"Tenang aja Wid." Felix menggandeng salah satu tangannya pada Seungmin, "Kalo kamu ngerasa kesepian, cari aja kita."

Felix melirik Hyunjin, pemuda jangkung itu memperhatikan gandengan tangan mereka sebelum memalingkan muka. Felix terkikik geli dan semakin merapatkan diri pada Seungmin.

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang