Chapter 38. It's all good now...?

689 104 51
                                    

Psst, banyak lompatan waktu













.....

"Samlekum~"

"Waalaikumsalam." Mina mendongak dan melihat seorang remaja masuk ke dapurnya, "Eh si cakep lagi gabut ya? Makanya main ke sini."

Menampilkan deretan gigi putih nan rapi, Jeongin mengangguk ringan, "Di depan motor siapa Tan? Kayanya ada tamu tapi gak ada siapa-siapa tuh di ruang tamu."

"Oh itu temennya Widya, mereka dateng pas sebelum duhur. Sekarang lagi ada di kamar." Balas Mina sambil menata toples isi makanan ringan di atas nampan.

Tidak sulit untuk menyimpulkan siapa teman yang dimaksud karena Jeongin yakin, itu tidak jauh dari Jisung juga Felix. Kenyataannya, dia dan dua orang tadi sudah beberapa kali bertukar kata sebelum pada akhirnya menjadi teman walaupun dia tidak terlalu sering berkumpul bersama mereka.

Karena ingin bergabung bersama tiga serangkai, sekalian saja Jeongin membawa nampan isi makanan itu ke kamar Seungmin.

Dengan maksud ingin memberi kejutan akan kedatangannya, langkah kaki itu dibuat seringan mungkin. Sampai di depan pintu yang dipoles dengan warna coklat, telinganya dibawa untuk menempel cukup dekat dengan pintu, dan suara seseorang yang sedang berbicara sayup-sayup terdengar.

Jeongin berpikir: 'Kayanya lagi nonton film tapi volumenya kecil. Baguslah, pas aku tiba-tiba masuk, mereka pasti kaget. Kkkk.'

Niat jahil sudah terkumpul, saatnya eksekusi. Satu tangannya digunakan untuk membawa nampan sementara tangan lainnya bertengger di gagang pintu. Menghitung mundur dalam hati, dia menarik gagang pintu secara tiba-tiba dan menerobos masuk. Dengan perasaan gembira, dia berseru, "DOR! HAYOLOH KAGET GAK---"

Gembira itu hilang, berganti dengan kebingungan. Ini masih sore tapi ruangan tampak gelap, setelah ditelusuri ternyata gorden ditutup rapat juga lampu yang sengaja dimatikan. Lalu dari mana datangnya setitik cahaya kuning ini? Oh ternyata itu berasal dari nyala lilin kecil.

Tapi kemudian dia semakin bingung. Lilin itu dikelilingi tiga manusia yang duduk secara melingkar, menghasilkan bayangan yang besar di dinding juga aura yang ambigu. Dia tidak bisa menahan diri dari keraguan dan keingintahuannya, "Emm...ngepet?"

"..."

"..."

"..."

"Lagi ngepet?"

"..."

"..."

"..."

Felix melambaikan tangan, memberi instruksi dengan suara rendah, "Sini masuk, tutup pintunya."

Menurut, Jeongin masuk ke dalam dan menutup pintu menggunakan kakinya. Secara sadar, Felix dan Jisung memberi ruang untuknya bergabung dalam lingkaran.

Setelah bergabung, Jeongin tidak bodoh untuk meyakini kalau kakak-kakak ini benar-benar melakukan kegiatan mistis. Setelah bertatap muka lebih dekat, dia bisa melihat gurat emosi yang kompleks di wajah mereka semua. Terutama Seungmin, dia yang paling kacau dengan matanya yang terlihat sembab.

"Kak Wiwi kenapa?" Tanyanya pelan.

Sebagai seseorang yang sedang kacau hati dan pikiran, kalimat tanya yang sederhana itu bagaikan bom yang mematikan. Meski sudah menahan diri, Seungmin tumpah dalam tangis lagi. Di sisi kiri dan kanannya, Jisung menyerahkan tisu yang baru sementara Felix mengusap pelan punggungnya.

Setelah gundukan tisu membumbung cukup tinggi, Seungmin menjadi lebih tenang. Hanya beberapa kali menyeka ingus yang masih saja bandel ingin turun, sisanya aman terkendali.

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang