Chapter 11. Panah Asmara

846 144 113
                                    

Hehe :3

















.....

Seungmin sebagai seksie konsumsi sudah berjalan kesana kemari bolak balik membawa nampan, hampir seperti pelayan di rumah makan yang super sibuk sejak pagi. Dia baru saja selesai mengantarkan paket makanan kepada staff panggung dan sound system ketika Chan yang berdiri di teras sekretariat memanggil, "Widya! Makan dulu sayang!"

Pipi yang merah karena panas menjadi lebih panas. Bukan karena tersipu malu tapi kesal. Lihatlah semua tatapan mata yang langsung mengarah padanya disertai bisik-bisik tetangga. Seungmin berusaha hidup tenang dan damai tapi sepertinya dia salah sudah menjadikan Chan sebagai orang yang paling dekat.

Sekali lagi menahan keinginan untuk meledak, Seungmin menghampiri dengan wajah sedatar mungkin. Baru saja selesai membuka sepatu, Chan menarik tangannya dan membawanya ke dalam sekre, "Capek? Pangeran ambilin makannya ya?"

"Pelan-pelan ih."

Dan disinilah dia. Duduk diantara lingkaran teman-temannya tapi merasa ada yang tidak benar.

Chan dan Hyunjin masing-masing duduk disamping kiri kanannya, makan dengan nyaman. Tapi Felix dan Changbin terlihat menahan tawa sementara Bomin menutupinya sekuat tenaga.

"Kalian kenapa sih?" Tanyanya pada akhirnya.

Bomin tersenyum kecil, "Enggak kok."

Firasatnya mengatakan jika itu bukan jawaban yang sebenarnya jadi Seungmin hendak bertanya pada Hyunjin selaku yang paling mengerti dengan kelakuan Changbin dan Felix. Pertanyaanya sudah di ujung bibir tapi ketika matanya melihat keadaan box makanan si musim semi, Seungmin mengganti pertanyaan dengan cepat, "Gak suka pedes Rel?"

Hyunjin berhenti mengunyah. Pipinya masih menggembung ketika dia menoleh dan mengangguk.

Seungmin hanya ber-oh ria. Bihun yang menjadi pendamping nasi ini memang sedikit hangat--menurutnya yang pecinta pedas--karena ada taburan cabai, itupun cabai hijau yang tidak terasa pedasnya. Tapi eksistensi sayuran kecil itu diasingkan sedemikian rupa dan menjadi gundukan kecil di box makanan milik Hyunjin.

Memalingkan kepala ke arah yang lain, Seungmin melihat jika isi box makanan milik Chan setengahnya sudah hilang habis dimakan. Begitupun dengan cabai hijau.

"Pangeran suka pedes, banget. Tapi tenang beb, pangeran lebih suka sama kamu kok."

"Enggak nanya, sumpah."

"Jahad ih."

Seungmin diam dan memberi senyum tipis. Tampak tidak tulus.

"BWAHAHAHAHA WIDYA SEPEJ ANJIR!" Ketawa Changbin sepenuh hati.

"HAHAHA UDAHLAH TENANG AJA LUR!" Felix meninju lengan Hyunjin sambil ikut tertawa.

"A-apa sih Lix?" Balasnya gagap.

Chan menatap dua makhluk itu kemusuhan. Alasan mereka seperti itu karena ekspresi cemberut Hyunjin yang sepertinya merasa cemburu karena dia juga duduk disamping Seungmin. Dia mendengus, "Dasar tim hore."

Seungmin sudah tidak lagi berminat kenapa Changbin dan Felix tertawa atau apa yang sedang terjadi sekarang. Dia melanjutkan acara makan yang tertunda ketika telinganya mendengar suara Nancy dari kejauhan.

"Dami! Kamu tampil kan ya?"

Chan berbalik, "Yoi!"

Shuhua semangat, "AKU SIAP JADI PENONTON BAYARAN!"

Mengacungkan jempol, Chan menyetujui, "Harus atuh! Masa pangeran mau nyanyi tapi gak ditonton!"

Seungmin mengangkat kepala. Dia sama sekali tidak tahu, "Dami tampil?"

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang