Selamat Membaca
Raina terbangun lebih dulu, gadis itu menoleh ke arah Putra yang tengah tertidur menghadapnya dengan memeluk guling erat. Senyuman lebar dia berikan kepada suaminya itu.
Tangannya terulur mengusap lembut rambut lelaki itu. Raina masih asyik menatap wajah Putra, sebelum suara tangis Caca terdengar.
“Ma-ma... ma-ma...”
Raina beranjak duduk, dan menatap ke arah Caca yang sudah duduk di keranjang bayinya. Dia hendak bangkit dari ranjang, namun kembali mengurungkannya.
Raina kembali berbaring, dan mengecup lembut dahi Putra, sebelum bangkit dan meraih Caca ke dalam gendongannya. Lalu, keduanya berjalan keluar dengan sesekali bercanda.
Raina tidak menyadari jika Putra telah bangun lebih dulu darinya. Lelaki itu memilih kembali tidur dengan semakin mengeratkan pelukannya kepada guling, dengan senyuman tipis di bibirnya.
***
“Jadi, Umi dirawatnya di rumah sakit tempat Abang kerja?” tanya Raina ketika dia dan Putra tengah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke rumah sakit.
“Iya, saya sudah pernah bilang kan dengan kamu.” Putra tetap fokus dengan jalanan di depannya.
“Ini nanti Abang ikut jenguk, kan?”
“Iya, saya juga sudah pernah mengatakan itu tadi pagi dengan kamu."
“Tapi, Abang nanti nggak boleh pergi sampai aku selesai jenguk Umi, ya? Abang udah janji, lho.”
“Iya, Raina. Saya tidak akan meninggalkan kamu di ruangan rawat Ibunya Bayu sendiri.”
“Abang sayang enggak sama aku?”
“Iya, saya-”
Putra berhenti berucap, dan menoleh cepat ke arah Raina yang tengah menatapnya jail. Lelaki itu berdecak, dan kembali menatap ke jalanan begitu menyadari jika Raina tengah mengerjainya.
“Iya apa suamiku? Diterusin dong kalau ngomong,” ujar Raina sembari terkikik geli.
Putra hanya diam, dan terus fokus dengan jalanan di depannya. Hal yang membuat Raina tidak bisa berhenti tertawa.
“Ah, nggak asyik, nih. Suami aku ternyata gengsian,” katanya sambil menoel-noel pelan lengan Putra.
“Raina,” panggil Putra dengan nada memperingatkan, sembari meraih jemari gadis itu.
Saat berada di lampu merah, Putra menoleh ke arah Raina, dan menatap istrinya itu dengan tegas. Dia sudah hendak memarahi gadis itu. Tapi, ketika melihat Raina yang malah menatapnya dengan senyuman lebarnya, membuat lelaki itu termenung.
Raina terus tersenyum, dan mengecup tangan Putra yang menggenggam tangannya, hingga membuat lelaki itu terkejut, dan melepas genggamannya begitu saja.
Putra berdeham pelan, dan kembali melanjutkan mengemudi saat lampu sudah berganti warna. Entah kenapa suasana di mobil tiba-tiba saja terasa panas, padahal AC mobil sudah menyala sedari tadi.
“Kenapa Abang?” tanya Raina sengaja ketika melihat Putra yang tampak salah tingkah. “Dadanya deg-degan ya, habis pegang-pegang aku?”
Sedang Putra hanya bisa menatap istrinya itu dengan lirikan sinis. Hal yang membuat Raina tertawa geli.
Gadis itu mengulurkan tangannya, sebelum berucap. “Mau pegang lagi, enggak? Pegang yang lain juga boleh. Ini dari ujung rambut sampai ujung jari-jari kaki aku, semuanya udah di stempel hak miliknya Putra Anggoro. Aku kasih tahu, barang kali Abang lupa.”
![](https://img.wattpad.com/cover/252735037-288-k450279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
RomanceAnggoro series 2. Menikah dengan lelaki yang masih terbayang-bayang oleh masa lalunya, tidaklah mudah. Ada hati yang harus siap dikorbankan kapan pun, karena luka akan datang setiap harinya. Sebenarnya, sudah kodratnya, jika kalian mencintai, maka s...