dua puluh

158 15 0
                                    

Flashback On

Suara kicau burung yang pertama kali Xian dengar. Kelopak mata nan indah itu secara perlahan terbuka. Selalu seperti ini. Ia seperti terbiasa bangun dari tidur tanpa alarm.

Matanya bergulir dan memandang sosok pria gagah juga tampan yang sepertinya masih tertidur pulas. Xian memandang wajah bak dewa yunani itu dengan lamat-lamat. Pikirannya berkecamuk namun matanya tetap memandang pria yang betah memeluk dirinya saat tidur.

Park Chanyeol.

Nama yang tak pernah Baixian tahu. Nama yang asing di telinganya kala ia berumur 17 tahun.

Kembali.

Pikirannya kembali melayang jauh. Mata sipitnya menyendu kala memorinya memutar kilas balik selama dirinya hidup. Ia ingat dengan papanya. Ia ingat dengan kakaknya. Pun dia ia ingat dengan mamanya.

Ia tak pernah menyangka dirinya berakhir seperti ini. Hidup dibawah sang penguasa. Matahari menyinari jendela kamar mewah yang ia tempati saat ini. Sama sekali tak membuat Xian berhenti dari pikirannya yang melambung jauh.

6 tahun. Dirinya berakhir dijual oleh wanita yang ia sebut mama. Menjadi budak para penguasa membuat jiwanya mati. Hingga dimana memorinya berputar kala Park Chanyeol membelinya dengan memaksa.

Xian mengingat semuanya. Selalu mengingat semuanya. Hingga rasanya ia ingin mati. Siapa yang mau bertahan di posisinya. Xian rasa tidak ada yang mau.

"Jangan memikirkan sesuatu yang buruk honey"

Suara husky itu membuat Xian menoleh.

"T-tidak..aku tidak memikirkan sesuatu"

"Kalau begitu kau berbohong padaku honey"

Xian menggeleng pelan. Tersenyum lembut pada Chanyeol yang juga tengah menatapnya dengan senyuman tipis.

"Maaf..maafkan aku..sungguh..maafkan aku" Chanyeol menatap dalam Baixian dengan sebuah rasa penyesalan yang amat besar.

Xian kembali menggeleng. "Tak..jangan katakan itu...jangan Emyr.."

Telapak tangan Chanyeol menyentuh pipi halus Baixian dengan begitu hati-hati. Sambil terus berkata 'maaf'.

"Kumohon..jangan seperti itu. A-aku..aku sudah memaafkanmu. Kumohon, jangan lagi berkata seperti itu" ucap Xian yang juga menyentuh pipi Chanyeol dengan lembut.

Kedua mata Chanyeol memejam merasakan elusan lembut di pipinya.

"Kau sudah berubah. Dan aku berterimakasih sekali. Kau sudi menerimaku di rumahmu"

"Aku sama sekali tidak suka kata-kata itu honey. Kau akan selalu berada disini. Di rumah ini. Bersamaku. Selalu disampingku" ucap Chanyeol yang telah membuka matanya dan kembali menatap sosok si mungil dengan tatapan yang begitu mendalam.

"Aku berjanji, aku akan menikahimu satu minggu ke depan. Aku akan mengurus semuanya agar benar-benar terselesaikan. Dan kau bisa lebih nyaman hidup bersamaku Xian" lanjut Chanyeol yang masih menatap sepasang mata sipit dengan tatapan penuh damba.

Senyum manis Baixian benar-benar membuat seorang Park Chanyeol semakin melemah. Tidak hanya lemah hatinya, jiwanya pun entah sudah melayang kemana. Padahal Baixian hanya menampilkan senyumnya saja tapi rasanya membuat Chanyeol bermandikan susu di telaga surga.

Indah.

Menyejukkan.

Menenangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anathema - ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang