delapan

250 22 4
                                    

Sehun malam ini sedang bersantai di dalam balkon kamar apartemennya. Setelah berpamitan pada Chanyeol di kantor, Sehun memutuskan untuk langsung kembali ke apartemennya sekedar melepas penat. Ia sedang bingung saat ini. Bisa-bisanya dia menjanjikan sebuah pertemuan perdana disaat ia sendiri tak tahu kapan pekerjaannya di negara orang ini selesai. Sepertinya benar kata Guan, ia sendiri terlalu terburu-buru.

Sambil melihat lampu-lampu dari rumah penduduk desa dibawah sana. Tidak lupa suara deburan ombak dan angin pantai yang membuat siapapun itu yang merasakannya langsung rileks seketika. Sengaja Sehun membuat apartemen atas kepemilikannya sendiri di daerah dekat pantai Hua Hin.

Jika sudah malam hari seperti ini, suasana di daerah pantai Hua Hin begitu menyenangkan dan juga menyejukkan. Semilir angin pantainya tidak henti-hentinya menyapu wajah tegas Sehun sedari tadi. Matanya tidak lepas sejak tadi dari pemandangan hamparan pantai dari balkon apartemennya. Alasannya klasik ia membangun apartemennya sendiri dekat dengan daerah pantai. Ia ingin merasakan pemandangan yang sejuk. Ya ia selalu begitu jika ditanya.

Memikirkan jauh kedepan tentang ide spontannya mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya dengan seseorang. Seseorang yang jauh disana. Yang bahkan jika dilihat, dirinyalah yang begitu maju paling depan untuk seseorang yang baru saja dikenal tidak sengaja tempo hari. Dipikir-pikir ia begitu terburu-buru juga. Tapi persetan dengan itu, ia sudah terlanjur jatuh dengan pesona anak itu.

Anak yang polos dan mungil. Yang sepertinya pas untuk ia rengkuh dengan tangan berototnya. Sehun sendiri juga bertanya-tanya sejak tadi mengapa ia begitu gemas dengan anak itu. Ayolah, ini tidak lucu batinnya selalu mengatakan seperti itu. Bagaimana bisa setiap saat hanya wajah mungil itu yang terlihat di matanya. Bahkan diantara pekerjaannya, diantara dirinya yang banyak digemari wanita dan laki-laki cantik diluar sana mengapa hanya anak itu yang terpikirkan olehnya.

Sehun sendiri tak habis pikir. Apa yang ditularkan anak mungil itu padanya sehingga ia begitu nampak seperti orang bodoh akhir-akhir ini. Tapi entah kenapa Sehun menyukai sensasinya. Sehun sangat menyukai bagaimana ia yang seperti menggebu-gebu dengan anak mungil yang bernama Byun Baekhyun itu. Semuanya terjadi begitu saja, pikirnya.

Asik dengan lamunannya suara nada dering telepon menginterupsi kegiatan Sehun sekarang ini. Ponsel Sehun yang sejak tadi ada digenggaman tangannya bergetar juga berbunyi tanda ada sambungan telepon yang masuk. Sehun mengernyit heran siapa yang berani menganggu waktunya sekarang. Saat dlihat di layar ponsel tipisnya, tertera nama orang yang sedang dipikirkan sejak tadi oleh Sehun.

Sehun sempat terkejut sendiri dan terpaku sejenak sambil menatap lamat-lamat nama dari pemilik nomor telepon yang sengaja ia simpan secara sepihak itu. Ternyata benar nama pemilik dari nomor asli yang ia ambil secara sepihak itu saat ini sedang meneleponnya. Senyum tipis tersemat di wajah Sehun saat ini. Sambil satu jempol tangannya menyentuh layar tipis itu lalu menggeser gambar ikon yang berwarna hijau lalu ia sengaja menunggu suara dari kejauhan itu dulu yang menyapa indera pendengarannya.

"Ekhem! Umm..ha..lo?" Suara lembut dan ringan itu sekarang berhasil menyapa telinga Sehun yang sudah menantinya sejak tadi.

"Halo? Um..ini an..da?" Kalimat tanya yang penuh dengan keraguan itu sekarang semakin membuat Sehun lebih mengangkat ujung bibirnya keatas.

"Ya..it's me Baekhyun" jawaban Sehun sesaat sebelumnya menjilat bibirnya gemas sambil tetap mempertahankan senyum tipisnya sejak tadi untuk seseorang yang sekarang meneleponnya.

Tak tahukah kau Sehun? Jawabanmu itu justru membuat seseorang disana yaitu Baekhyun kebingungan. Karena suara itu seperti suara seseorang yang pertama kali ia dengar dari sambungan telepon juga. Tapi Baekhyun ingat, dia belum sempat menanyakan nama orang itu. Bingung juga terkejut karena kenapa dengan orang yang sama.

Anathema - ChanbaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang