BAB 13

1.3K 201 108
                                    

"Jangan puas dengan hubungan yang tidak akan membuatmu menjadi dirimu sendiri" (Oprah Winfrey)
.
.
.

Aku ingin menertawai diriku sendiri begitu memahami jika tak ada satu pun perihal mudah, tidak terkecuali soal cinta. Di mana aku selalu berpikir bahwa ini adalah antara aku dan dia. Aku sangat mencintainya, menginginkannya setiap kali jarum jam berdetak, resah kala harus terpisah walau hanya sesaat. Meski aku yang selalu dengan tiba-tiba meminta kami untuk tidak bertemu. Tapi kulakukan agar bisa lebih serius mengejar harapan, menuju hidup damai bersama.

Tak jarang aku melamun seperti orang gila. Ketika pagi menjelang, maka dia akan memberiku ciuman selamat pagi yang hangat, lalu dia memasak dan menyuapi aku kapan pun kumau. Hingga di sore harinya dia menyambut kepulanganku dengan senyuman juga pelukan. Bercerita banyak hal, tertawa, berbagi kemesraan, terasa begitu indah. Namun kini mataku terbuka, dapat kulihat segalanya mulai menjadi sesuatu yang mustahil bagi diriku.

Semua salahku, aku terlalu egois. Sedari awal aku memang sendirian, tak punya apa-apa bukanlah masalah, aku cukup puas dengan hidupku sekarang tanpa perlu melibatkan orang lain demi peningkatan semu. Sementara dia dikelilingi banyak orang dan memiliki segalanya. Secara tak sadar aku pun menariknya perlahan ke dalam tingkat rendah kehidupan, melupakan bahwa kami berbeda. Hingga kupahami kenyataan ini jauh lebih menyakitkan dari sebuah penolakan, satu-persatu kepingan asa hancur meninggalkanku dalam keputusasaan nyaris.
Hinata... maaf karena terlalu mencintaimu.

-----

Seminggu setelah peristiwa tempo hari, keduanya sama-sama diam membisu. Tak ada panggilan juga pesan masuk, tanpa temu muka, hanya kerinduan sunyi yang menemani.

Naru menyibukkan diri dengan bekerja penuh waktu di kelab. Padahal niat semula hanya sampai dia bisa menyelesaikan ujian akhir di kampus. Malahan Yahiku meminta dirinya langsung untuk melanjutkan shift tersebut dengan upah tetap, tidak ada pengurangan. Faktanya mereka tidak sedang kekurangan anggota di tempat itu.

"Semuanya siap? Aku tidak ingin kita membuka celah untuk setengah kata keluhan sekalipun. Kudengar lidah orang-orang di kalangan mereka lebih buruk dari lidah kaum jalanan. Tidak usah banyak bicara, jangan coba-coba menggoda mereka jika tak siap reputasi kalian bahkan kita semua hancur. Cukup dengan pelayanan sigap dan senyuman. Lebih dari itu kalian akan tahu sendiri akibatnya. Aku tidak mau ikut campur juga tidak berharap nama kita di sini tercoreng gara-gara kelalaian, setidaknya sudah kuberi peringatan." tatkala Yahiku mengumumkan semua peraturan tadi, baik Naru atau pun Konohamaru tampak diam mendengarkan. Melainkan mereka mengambil banyak botol anggur dan minuman keras lainnya, lalu dimasukkan ke dalam peti es. "Naruto, mana gadis yang kau bilang? Setengah jam lagi kalian harus sudah berangkat ke hotel, kenapa dia belum juga muncul?" Yahiku kembali menimpali, hingga Naru langsung mengamatinya.

"Dia pasti datang. Mungkin sebentar lagi." Jawab Naru seadanya, kemudian lelaki itu bergeser ke belakang untuk berkemas diri. Dan di belakang Konohamaru menyusul langkahnya, setelah yakin bahwa semua minuman yang perlu dibawa ada di peti es.

Di sebelah wastafel, Naru bersandar pada dinding berlapis keramik. Lebih semenit terdiam, dia mengambil sesuatu dari saku celananya; sebuah kotak beledu berisi cincin emas permata.

"Kau mau melamar kekasihmu?" suara Konohamaru memecah renungan lelaki itu. Gelengan kepala oleh Naru justru membuatnya bingung. "Jadi buat apa? Aku sudah tahu, di tv juga banyak yang begitu. Kau tidak usah malu padaku." katanya lagi dan kali ini Naru menanggapi lewat tawa paksa.

To be Lovesick ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang