Back to Hogwarts

4K 248 4
                                    

Disclaimer: I do not own Harry Potter or any of it's ideas, themes, characters, books, movies, images, etc.

SOAP OPERA

.

.

.

Hermione tidak pernah menyangka hanya dengan melampiaskan nafsu dan seluruh rasa frustasinya dalam satu malam akan membawanya pada masalah yang rumit.

~~~

"I'm sorry"

"You don't have to"

"But I—"

"It's not like that was your first time"

"But it was your first time. And I think I over did it"

"It's fine. Now, can you be a gentleman and carry me to the bathroom?"

~~~

Hermione yakin, setelah perang berakhir, kewarasannya sudah harus dipertanyakan. Orang tuanya, teman-temannya, Voldemort, Horcrux, Bellatrix, status darah, kematian, siksaan yang bertubi-tubi memenuhi kepalanya dengan kegelapan. Mati rasa. Hermione senang semua telah berakhir, tapi efek jangka panjang yang harus dideritanya, apakah sepadan?

Terbangun di tengah malam karena otaknya terus memutar kejadian pilu yang sama berulangkali seperti kaset rusak. Atau memang otaknya sudah rusak? Bukan Voldemort ataupun Pelahap Maut (Death Eater) yang mampu membunuhnya. INSOMNIA. Penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhnya. Tak ada yang bisa dia lakukan setelah terbangun dari mimpi buruknya. Tubuhnya lelah, tapi otaknya tidak mau berkompromi untuk berhenti bekerja.

Namun dengan bodoh dirinya kembali ke Hogwarts. Ya, dengan bodohnya Hermione melemparkan diri pada api. Hanya karena kalimat bodoh yang pernah dia baca di buku motivasi yang dimiliki ayahnya, 'Hadapi rasa takutmu. Jangan biarkan rasa takut membayangimu!', terpaku jelas di kepalanya, bahkan tanda seru di akhir kalimatnya.

Mencoba membodohi diri sendiri dengan berpikir rasa takutnya akan hilang dengan menghadapinya seperti seorang Gryffindor sejati. Nyatanya, dia salah. Hah, 'The Brightest Witch of Her Age', katanya. Memalukan. Seharusnya dia sadar, bekas luka ditangan kirinya sudah cukup mengingatkannya akan trauma. Kenapa dia masih bersikeras kembali?

Mengulang tahun ketujuhnya di Hogwarts, Hermione ditunjuk sebagai 'Head Girl' dengan Draco Malfoy sebagai 'Head Boy' pasangannya. Hah, lucu. Hahaha, menertawakan nasib. Sepertinya Hermione memang sudah tidak waras. Hermione hanya tersenyum pasrah, bahkan ketika Draco mengulurkan tangannya pada Hermione untuk meminta maaf atas kejadian masa lalu dan berharap bisa bekerjasama dengannya. Opera sabun macam apa ini?

Soap OperaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang