Sudah beberapa hari ini Jakarta selalu diguyur hujan dan menyebabkan beberapa jalanan tergenang banjir. Begitu pun jalan arah ke kampus tempat Shani berkuliah. Meskipun tidak dalam, tetap saja menyebabkan kemacetan ke arah sana.
Sambil mendengarkan musik dari radio mobil, Shani mengikuti irama beat yg menjadi temannya pagi ini. Meskipun diluar ramai, banyak klakson saling bersahutan, tetapi yg Shani rasakan malah kebalikan nya. Ia merasa kesepian didalam mobil, ia sendirian. Biasanya selalu ada Gracia disebelah nya yg mengoceh apapun lalu dengan senang hati Shani mendengarkan nya. Kebiasaan yg sejak beberapa hari ini sudah jarang mereka lakukan.
Shani menoleh ke kursi sebelahnya. Kosong. Tidak ada Gracia disana. Tidak ada suara berisik yg ditimbulkan gadis ceria itu pagi ini. Shani menghela nafas berat. Sudah beberapa hari mereka saling mendiamkan satu sama lain. Tidak ada ucapan selamat malam, selamat pagi, ataupun sekedar mengingatkan agar tidak lupa sarapan. Shani rindu tentu saja. Tapi amarah gadis itu masih belum sirna karena masalah beberapa hari lalu.
"Haaaaah kenapa sih pagi pagi selalu ujan?? Bikin bete tau ga sih". Dumel Shani sambil mencopot seatbelt nya dan bersiap siap lari menerobos hujan.
Sesampainya di lobi kampus, Shani berhenti sambil merapihkan rambutnya yg basah akibat terobosan tadi. Ia juga menepuk nepuk kemeja di bagian bahunya yg ditetesi air hujan. Shani memang jarang membawa payung. Biasanya selalu Gracia yg mengingatkan. Ah Gracia lagi. Hampir setiap yg Shani lakukan pasti selalu berhubungan dengan Gracia nya.
Gadis kalem itu kembali melangkah untuk segera sampai ke kelas. Celana jeans birunya sedikit basah, lalu atasan kaos warna putih yg ia balut dengan kemeja kotak-kotak kesayangan juga basah karena hujan tadi. Shani tidak perduli, yg penting ia tidak basah kuyup.
Matkul pertama dibarengi oleh hujan yg semakin deras membuat sebagian mahasiswa tidak konsen karena rasa kantuk yg menyerang. Begitupun dengan Shani. Gadis itu tidak terlalu mengikuti kelas karena sesekali pandangannya beralih ke luar jendela.
"Kangen Gracia". Katanya pelan seperti bisikan.
Ia sudah tidak fokus dengan kuliahnya pagi ini. Yg Shani inginkan hanya satu, yaitu menyelesaikan perkuliahan nya lalu segera pulang. Meskipun masih ada beberapa jam lagi.
"Shanii". Desy temen sekelasnya manggil tapi engga ada sahutan dari Shani.
"Sakit?". Tanya Desy begitu sampai di bangku Shani, "Diem aja abisan dari tadi. Kenapa sih?".
Shani menggeleng, "Gpp. Cuma ngantuk aja kok". Balasnya malas.
"Halah ngibul. Gue perhatiin dari kemarin lo kaya ada masalah berat banget. Kaya gada semangat nya gitu".
"Engga kok. Biasa aja".
"Kalo butuh apa apa, ngomong ya. Gue siap jadi pendengar setia". Kata Desy sambil menepuk pelan bahu Shani. Desy tau kalau Shani tidak suka dipaksa.
Shani hanya menganggukkan kepalanya menjawab omongan Desy barusan.
Setelah semuanya selesai, hujan yg sejak pagi tadi masih saja turun malahan bertambah deras. Sudah bisa dipastikan kalau banyak jalanan yg terendam banjir. Memikirkannya saja sudah membuat Shani pusing bukan main. Mau sampai kapan ia terjebak banjir diperjalanan pulang nanti.
"Deras banget sih". Gumamnya sambil berdiri, lalu tangannya menangkup tetesan hujan.
Rambutnya sedikit basah karena tiupan angin yg dibarengi oleh hujan, sepatu nya pun sudah basah sebagian terciprat air. Gadis itu ragu, ia harus menerobos hujan untuk sampai ke parkiran atau menunggu saja sampai hujan sedikit reda dan pastinya itu memakan waktu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPSODI ( END )
Fanfiction"Kalo bukan gue siapa lagi yg bakal tahan sama sikap cuek, dingin, angkuh yg lo punya coba?" "Iya Lo cantik. Lo Tinggi. Lo putih. Dan yg paling penting, lo itu tajir. Semua yg cewe cewe mau ada di elo. Everything". "Lo denger gue ngomong ga sih ci...