"Kalo aku bilang, aku sayang kamu. Apa artinya sekarang kita udah resmi pasangan?". Tanya gracia.
Shani yang awalnya tengah fokus menyetir langsung menginjak rem mendadak dan menyebabkan tubuhnya dan juga gracia terdorong kedepan. Dibelakang bunyi klakson bersahutan karena mobil mobil dibelakang nya hampir saja saling bertabrakan.
"Ci shani hati hati ih bawa mobilnya".
"Iya iya maaf gre".
Shani tidak menggubris omongan gracia, tapi ia malah menanyakan apa maksud gracia tadi.
"Tadi kamu bilang apa, gre?".
Gracia ditanya kaya gitu malah salting dan berakhir pada saling liat liatan. Karena gracia gatahan diliatin sedemikian rupa sama shani, gadis itu memutuskan pandangannya terlebih dulu. Ia meminta shani buat melanjutkan perjalanan pulangnya.
"Kita pulang dulu aja ya? Nanti kalau udah sampai dirumah, kita bahas lagi. Gimana?".
"Oke". Shani setuju dan ia kembali menginjak gas nya kali ini shani sedikit mengebut untuk segera sampai dirumah.
Yup. Karena shani ngebut, ia hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai dirumah Gracia. Shani memang sudah lama tidak mampir kesini maka dari itu gadis pendiam kesayangan gracia ikut turun dan masuk kedalam.
Ternyata rumah gracia kosong. Mamih sama papih nya pergi ke rumah saudara mereka, dan kemungkinan baru pulang nanti malam.
Disinilah shani sekarang. Di kamar gracia yang serba ungu mulai dari cat tembok nya, lalu seprei nya pun sama. Kamar bernuansa ungu yang shani rindukan.
"Jadi apa yang kamu mau omongin tadi di mobil, gre?". Shani gamau buang buang waktu karena ini masalah serius menurutnya.
Gracia yang tadinya mau ganti baju jadi mengurungkan niatnya dan memilih duduk di sebelah shani. Ia menatap shani, yang mungkin akan menjadi shani-nya nanti. Asique.
"Aku bingung mau mulainya dari mana". Gracia menggaruk kepalanya yang tiba tiba terasa gatal.
"Yaudah pelan pelan aja, aku tungguin". Balas shani pengertian.
"Jadi gini, aku suka ngerasa deg degan kalo kita berduaan kaya gini nih. Suhu badan aku tiba tiba jadi panas kalo kamu udah tatap aku kaya sekarang. Dan yang lebih anehnya lagi...".
"Iya? Apa yang aneh?".
"Disini", gracia membawa tangan shani ke atas dadanya, tepat di bagian jantungnya ia menempelkan tangan itu, "disini suka berisik banget kalau aku ada dideket kamu, kalau kamu lagi ngomong sama aku, apalagi kalau kamu senyumin aku. Didalem sini mungkin kalau ci shani bisa denger, suaranya bergemuruh ga karuan". Kata gracia pelan, namun sarat arti.
"Aku gatau apa itu yang kamu rasain juga waktu kamu pertama kali punya perasaan buat aku, aku selalu mikirin kamu setiap saat, ci".
Shani tidak bisa berkata-kata mendengar penuturan dari gracia. Dadanya juga sama berisiknya, mungkin ini yang gracia rasakan sekarang. Perlahan tapi pasti, senyum itu mengembang dengan sendirinya. Ia mengelus pelan kening gracia. Gadis yang diusap itu hanya menikmati sentuhan yang tengah ia rasakan.
"Kamu tahu ga gre apa yang aku rasain pertama kali waktu aku sadar kalau aku sayang kamu?".
"Hal yang pertama kali aku rasain itu, disini", sekarang gantian shani yang menempelkan tangan gracia didadanya, persis seperti yang gracia tadi lakuin ke shani, "disini juga berisik banget. Gabisa mau pelan pelan aja detaknya. Malahan kalau aku mau tidur, aku sampai mohon mohon supaya jangan terlalu berisik hehehe". Jelas shani, dan itu sukses membuat gracia tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPSODI ( END )
Fanfiction"Kalo bukan gue siapa lagi yg bakal tahan sama sikap cuek, dingin, angkuh yg lo punya coba?" "Iya Lo cantik. Lo Tinggi. Lo putih. Dan yg paling penting, lo itu tajir. Semua yg cewe cewe mau ada di elo. Everything". "Lo denger gue ngomong ga sih ci...