Tiga Belass

10.9K 921 36
                                    

Shani kecewa. Tentu aja padahal dia udah sering kali bilang kalo ga mungkin dan ga pernah terlintas sedikitpun diotak Shani buat kaya gitu. Udah kesekian kalinya mereka ngebahas itu semua, tapi tetep aja Gracia meragukan itu.

"Harus kaya gimana lagi aku jelasin supaya kamu percaya sama aku, Gre?".

Shit. Air mata Shani terus terusan turun padahal udah beberapa kali dia ngusap kasar berharap supaya berhenti, tapi hasilnya nihil. Malah makin deres. Hidung dan juga matanya semakin merah ketika Shani berusaha buat berenti nangis.

"Ci.. Ga gini maksud aku, Ci". Gracia perlahan memajukan kakinya, berusaha meraih Shani yg semakin memundurkan langkahnya.

"Aku minta maaf". Kata Gracia lagi, masih berusaha meraih Shani, "Aku percaya sama kamu, please dengerin aku dulu". Pintanya memelas.

Shani menepis pelan jari Gracia yg hampir meraih lengannya, "Kamu ga percaya sama aku. Kalo kamu percaya, kamu ga akan bilang kaya tadi".

"Kamu salah paham Ci. Bukan itu maksud aku".

"Kamu bilang tadi capek kan? Maaf udah ganggu waktu kamu. Aku pulang". Pamit Shani sambil buru-buru masuk ke mobil.

Gracia masih berdiri disitu setelah kepergian Shani tadi. Otaknya mendadak blank, kakinya berat untuk ia gerakan. Kejadian tadi bener bener ngebuat Gracia ketakutan bukan main. Melihat Shani yg kecewa adalah penyesalan Gracia.

"Aku harus susul kamu Ci". Dengan begitu Gracia menggerakkan kakinya meskipun masih sedikit sulit.

Gracia berlari kedalam dengan tergesa-gesa, lalu segera meraih kunci mobil yg selalu diletakkan dimeja dekat TV. Ia juga mengabaikan teriakan Mamih nya yg bingung waktu liat anak perempuannya Buru Buru pergi.

"Kenapa deh si cici? Kok kaya orang takut ketinggalan bis mudik aja". Tanya Mamih nya masih melongok ke depan gerbang.

Gracia tidak ada waktu untuk sekedar menjawab pertanyaan Mamih nya. Dipikiran nya saat ini adalah bagaimana menjelaskan ke Shani kalau apa yg gadis itu pikirkan adalah kesalah pahaman saja. Gracia menyesali perbuatannya. Melihat Shani yg kecewa seperti tadi bener bener ngebuat nya amat merasa bersalah.

"Aku harus sampai rumah Ci Shani secepatnya". Gumam Gracia sambil sesekali memencet klakson mobilnya.

Gracia benar benar ngebut sore hari ini. Biasanya untuk sampai di kediaman Natio, gadis manis itu harus menghabiskan waktu sekitar 45 menit, tapi hari ini Gracia memecahkan rekor hanya dalam waktu 30 menit. Sesampainya disana, Gracia bingung karena mobil Shani tidak terlihat sama sekali. Ia memutuskan untuk memeriksa nya sendiri.

Setelah memencet bel, keluarlah Bi Iyam dengan sedikit berlari ketika melihat Sahabat anak majikannya tengah berdiri didepan gerbang. Dengan segera Bi Iyam membukakan pintu, mempersilakan Gracia masuk.

"Ci Shani nya ada kan, Bi?". Tanya Gracia sambil memperhatikan garasi. Tidak terlihat mobil Shani disana.

"Loh tadi kan pamit pergi ke rumah Non Gracia. Memangnya non ga ketemu?". Bi Iyam malah bingung.

"Kamu kemana sih ci?". Gumam Gracia sambil memijat pelipisnya pelan, "tadi katanya mau pulang Bi, makanya aku nyusul. Kalo gitu aku boleh tunggu didalem aja ga?". Kata Gracia sopan.

"Ya boleh dong Non. Hayu masuk Bibi anter ke dalem. Tapi dirumah lagi engga ada siapa siapa. Lagi pada pulang ke Jogja".

"Hah? Sejak kapan?". Tanya Gracia kaget karena tidak tahu kalau selama ini ternyata Shani cuma sendirian dirumah.

"Hmm udah 4 harian kalo ga salah Non". Jawab Bi Iyam berusaha mengingat ingat.

4 hari itu artinya Shani beneran sendiri. Dulu kalo dirumah Shani gada orang, Gracia lah yg selalu menemani Shani. Ia bahkan rela menginap supaya Shani engga kesepian.

RAPSODI ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang