ASSALAMUALAIKUM!
SELAMAT SIANG DUNIA ORANGE!
GIMANA-GIMANA, CERITA INI MASIH ADA DI LIBRARY KALIAN KAN? KALO ADA FIX KALIAN PEMBACA SEJATI!
H a p p y • R e a d i n g!
"Bundaaaa~" panggil Kiara. Clara yang sedang memasak di dapur, menyahut.
"Nih Bun, ada paket" ujar Kiara sembari menaruh kotak dengan lapisan bubble wrap.
"Dari siapa?"
"Nggak tau, tadi akang paketnya cuma bilang "misi paket" doang" jawab Kiara.
Clara mengangguk. Ia mematikan kompor lalu membawa paket ke ruang tengah.
"Paket apa ya? Kayaknya Bunda nggak pesen apa-apa" ujar Clara sembari membuka bubble wrap dengan gunting. Kiara menggedikan bahu acuh dan kembali memainkan hp-nya.
"AAAAAAAAAAAA!" teriak Clara saat melihat isi paket.
"AAAA, KENAPA?!" tanya Kiara yang ikutan teriak. Ia mengambil kotak itu lalu dibukanya.
"AAAAAAAAA! I-ITU APA?" tanya Kiara gemetar. Kedua perempuan itu saling memeluk satu sama lain.
"Kenapa?! Ada apa?!" tanya Keano dan Rafa yang sedang menuruni tangga. Keano mengambil kotak yang tergeletak terbalik.
"Astaghfirullah" ucap Keano. Ia langsung membuang kotak itu ke tempat sampah depan rumah.
"Apa isinya Ken?" tanya Rafa. Kini ia sedang menenangkan istrinya.
Keano bertingkah seperti tikus lalu menggorok lehernya menggunakan tangan. Bermaksud bahwa isi dari kotak itu adalah bangkai tikus dengan leher yang hampir putus.
Rafa mengangguk. Dengan cepat ia menggendong Clara ala bridal style menuju kamar.
Keano menatap adiknya yang gemetar dengan pandangan kosong. Kiara juga menatap Abangnya.
"Jangan berharap lebih!" ujar Keano berlalu meninggalkan Kiara yang masih gemetar.
"B-bang, j-jangan tinggalin g-gue" ujar Kiara terbata-bata. Ini pertama kalinya ia melihat bangkai tikus dengan darah secara langsung. Biasanya, hanya imajinasi saja jika ia sedang membawa cerita tentang psikopat.
Keano berbalik dan dengan cepat pula ia menggendong Adiknya, layaknya Koala.
🧕🏻🧕🏻🧕🏻
Tok tok tok
"Permisi"
"Permisi, Assalamualaikum!"
Rafa, Clara, Keano dan Kiara saling tatap. Siapa yang bertamu di jam 10 malam seperti ini? Keempat orang itu hompipa, menentukan siapa yang akan membuka pintu.
Sudah 10 kali mereka hompipa, 10 kali juga mereka serempak. Keano berdecak, lantas bangkit dan berjalan menuju pintu. Ingin tau, siapa yang bertamu di jam segini.
Dengan tongkat kasti di tangan kanan dan langkah mengendap-endap, Keano membuka kunci pintu. Saat pintu terbuka, tongkat kasti yang Keano bawa tadi terjatuh. Menimbulkan suara nyaring hingga ketiga orang yang masih di dalam ber-istighfar kaget.
"B-bunda" lirih Keano. Wanita yang menjadi "tamu" itu tersenyum. Air mata Keano luruh, senyuman itu persis sekali dengan senyuman Sinta.
"Apa kabar anak Bunda?" tanya Saras. Yap, wanita yang bertamu di jam 10 malam ini adalah Saras, mantan Rafa.
"Siapa Ke— Saras?" ujar Rafa. Kiara menggeser tubuh Keano dan saat itu juga tubuh Kiara menegang.
"B-bunda?" Kiara memegang kepalanya. Nggak! Pasti ini halusinasi.
"Apa kabar sayang?" tanya Saras pada Kiara. Kiara menggeleng sambil berjalan mundur.
"Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Rafa dingin. Keano dan Kiara menatap Rafa, seolah ingin bertanya namun masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Yah?" Rafa tak menjawab. Ia berada di pintu dengan tangan yang bertumpu pada gagang pintu.
"Saya tanya, mau apa kamu ke sini?!" nada bicara Rafa naik satu oktaf. Saras tersenyum, tangannya mengelus lengan Rafa yang langsung ditepis.
"Kamu kok gitu sih, Mas? Jangan-jangan, kamu beneran cinta sama Clara ya? Kan aku udah bilang, kamu jangan sampe cinta sama Clara" ujar Saras. Rafa berdecih. Clara bingung, wanita di depan pintu itu memang seperti Sinta. Tapi apa mungkin? Bukannya Sinta sudah meninggal? Ingatan Clara kembali pada cerita yang pernah ia baca. Dimana seorang istri yang meninggal mendapatkan ciuman dari sang suami lalu kembali hidup.
"Kamu jangan mengada-ada, Saras! Lebih baik kamu pulang, keluarga saya mau istirahat" usir Rafa. Saat pintu ingin ditutup, Saras menahannya dengan memasukkan salah satu kaki ke dalam, sehingga kakinya terjepit.
"Pulang sekarang atau pintu saya tutup paksa?" tanya Rafa. Saras tersenyum, yang malah membuat Rafa jijik. Dengan kencang, Rafa mendorong pintu hingga menimbulkan bunyi "krek". Tapi tenang, pintunya tidak tertutup rapat kok.
"Akhh!" Terdengar rintihan dari Saras. Clara melebarkan matanya.
"Mas, itu anak orang—"
"Iya aku tau itu anak orang bukan anak monyet" sela Rafa. Clara berdecak lalu menatap satu kaki Saras yang berada di pintu. Clara ingin tertawa sekarang, entah kenapa akhir-akhir ini humor Clara sangat rendah. Mendengar suara lalat terbang saja ia ngakak.
"Mas.." ujar Clara menahan tawa. Rafa menoleh.
"Kenapa?"
"Itu.. BHAHAHAHA" tawa Clara menggelegar. Tangannya menunjuk kaki Saras yang terjepit pintu. Kiara dan Keano yang tadinya bingung, kini ikut tertawa karena melihat Clara ngakak. Alhasil, Ibu dan kedua anak itu terbahak melihat kaki Saras.
Rafa membuka pintu, dan terdengar lagi rintihan dari Saras. Wajah wanita itu memerah menahan sakit.
"Kan udah saya bilang, mending kamu pulang gih sana" usir Rafa. Saras berdecak, untuk bangun saja ia tidak bisa.
"Jangan harap saya mau bantu kamu berdiri terus nganterin kamu pulang" ujar Rafa.
"Terus aku pulangnya gimana? Kan kaki aku tadi kamu jepit. Apa aku minep si—"
"Nggak ada, nggak ada! Enak aja mau minep sini. Berani bayar berapa kamu? Lagian, kamar udah penuh semua! Kamu mau tidur mana? Gudang? Kalo gudang gapapa, masih ada space kosong" ujar Rafa. Dengan terpaksa, Saras mengesot dari teras rumah hingga pagar. Rafa serta istri dan kedua anaknya hanya menatap Saras, tanpa ada niatan untuk membantu sama sekali.
"Hati-hati di jalan!" teriak Clara.
"Diam kamu!"
"Loh, bukannya bersyukur istri saya masih perhatian sama kamu!" sembur Rafa. Lalu ia menutup pintu dengan kasar lalu menguncinya.
🧕🏻🧕🏻🧕🏻
Ada yang ngerasa beda? Iyaa, aku ubah nama Salsa jadi Kiara. Soalnya kan, Keano sama Salsa kembar. Tapi namanya kok kayak kurang dapet gitu. Makanya aku ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom [END]
Teen FictionMenjadi Ibu sambung merupakan tantangan tersendiri bagi Clara. Mengasuh dua anak yang berbeda lima tahun dibawahnya bukanlah hal mudah. Apalagi, kedua anak sambungnya belum menerima dirinya. Apakah suatu saat nanti, ia akan diterima atau malah diusi...