27. Bujuk Rayu

6.1K 394 0
                                    

"Assalamualaikum. Orang kaya udah pulang!" ucap Rafa saat memasuki rumah.

Clara yang sedang membersihkan meja makan menyahut. "Nggak usah sombong. Itu semua cuma titipan Allah. Nanti kalo diambil lagi, nggak mungkin kan kamu ngomong 'orang miskin pulang!'. Bisa viral kamu nanti"

Rafa tertawa. Clara mengambil tangan kanan Rafa lalu diciumnya. Rafa menarik kepala Clara, dikecupnya kening bebas hambatan itu sangat lama.

"Masya Allah, indahnya dunia" celetuk Fatma. Dandy terkekeh, merangkul pundak sang istri.

Rafa yang mendengar suara dari arah belakang langsung menoleh. "Eh, ada Bunda. Ayah juga ada" cengir Rafa. Fatma menggeleng, menghampiri menantunya.

"Gimana kabarmu Fa?"

"Alhamdulillah baik, Bun. Apalagi sekarang ada bayi, nambah baik!" gurau Rafa. Keempat orang itu tertawa, hingga suara salam dari Keano menghentikan acara tawa mereka. Rafa menatap datar putranya itu. Semenjak kejadian 'itu', Rafa sedikit tidak 'melihat' Keano. Rasa kecewanya terlalu besar, membuat Rafa menjadikan Keano orang lain.

"Wa'alaikumsalam. Gimana, Bang?" tanya Clara. Clara sendiri bingung, gimana apanya ya? Emangnya Keano tadi ngapain?

"Abang mau ngomong serius" ujar Keano.

🧕🏻🧕🏻🧕🏻

"Mau ngomong apa?" kesal Rafa. Sudah 15 menit mereka berada di ruang keluarga, namun Keano tidak mengeluarkan suaranya.

Tarikan nafas yang sangat dalam terdengar, diikuti dengan hembusan nafas pelan. "Abang udah mutusin Laras" ujar Keano mantap.

Clara dan Rafa jelas saja terkejut. Sementara Fatma dan Dandy hanya sebagai penonton saja, mereka tidak ingin terlalu ikut campur.

"Kok bisa?"

"Ya bisa lah, Yah. Abang ajakin dia ke cafe terus putusin dia baik-baik. Udah" ujar Keano.

Rafa mendengus. "Saya tau, tapi kenapa bisa kamu mutusin cewek itu? Bukannya kamu bela dia kemaren? Dia kan yang lebih kamu pilih ketimbang Kiara, terus kenapa kamu putusin? Baru sadar kalo Kiara itu kembaran kamu?" Pertanyaan yang sangat banyak itu membuat kepala Keano sedikit pusing.

"Abang mutusin dia karena tadi Uti nasehatin Abang. Uti bener, Kiara yang bakalan ada sampe kapan pun. Sedangkan Laras, bisa aja dia selingkuh" jelas Keano. Fatma mengusap sudut matanya yang tidak berair. Ia merasa seperti orang yang paling berjasa sekarang.

"Segitu yakin kamu Kiara bakal selalu ada untuk kamu?" sinis Rafa. Clara menyenggol lengan suaminya itu, menyuruhnya agar tidak memojokkan Keano.

"Terus gimana?" tanya Clara.

"Tadi Abang udah temuin Kiara. Abang minta maaf sama dia, dan Kiara maafin Abang. Nggak kayak yang tua itu tuh" ujar Keano dengan suara lirih di akhir kalimat.

"Tua-tua gini juga Bapak lo ya!" sembur Rafa yang mendengar kalimat terakhir Keano.

"Terus gimana?"

"Abang bujuk Kiara buat pulang, tapi dia nggak mau. Kat-"

"Tuh kan! Kiara udah kecewa banget itu sama kamu, makanya dia nggak mau pulang! Coba aja kamu sadar dari awal, pasti nggak akan kayak gini" potong Rafa.

Keano menatap tajam Rafa. "Sssttt! Diem dulu makanya, dengerin penjelasan Abang! Udah tua juga! Kiara nggak mau pulang karena dia masih nyaman ada di sana. Dia bil-"

"Nah kan! Kiara udah nyaman di sana! Terus nanti kalo dia nggak mau pulang lagi gimana? Ini semua salah kamu, coba aja ka-"

"KIARA NGGAK MAU PULANG KARENA DIA SENENG JADI SULTAN DI SANA!" potong Keano. Geram dengan Rafa yang selalu memotong ucapannya.

Keempat orang itu menatap cengo ke arah Keano. Keano mengatur nafasnya. "Kiara nggak mau pulang karena dia seneng di sana. Seneng karena dia jadi sultan. Tau sendiri kan kekayaan keluarga Bagaskara semana? Dia bilang, kalo di sana dimanjain segala macem. Pokoknya dia jadi Ratu di sana!" ujar Keano.

"Abang minta bantuan Ayah. Bujuk Ara buat pulang lagi ke rumah ini. Abang janji, bakal jadi orang baik-baik. Nggak akan ngulangin kayak gini lagi" ujar Keano memohon.

Rafa menatap Keano yang sedang menatapnya juga. Sebenarnya ia juga mau membawa Kiara pulang lagi ke rumah ini, tapi kan Rafa yang bawa Kiara ke sana. Masa dia bujuk buat pulang lagi?

"Nanti Ayah pikirin lagi" ujar Rafa lalu melangkah pergi ke kamar. Saat pintu kamar sudah tertutup, Keano memekik kesenangan. Membuat dua orang yang sudah lansia itu memegang dada masing-masing.

🧕🏻🧕🏻🧕🏻

"Ayah pegel ya, sini Abang pijitin"

"Ayah mau kopi?"

"Banyak ya Yah kerjaannya? Sini Abang bantu"

"Ayah istirahat aja, biar Abang yang... yang apa ya Yah?"

Rafa memutar bola mata malas. Sedari tadi Keano terus mengikutinya. Menanyakan apa yang diinginkan dirinya. Rafa tau Keano sedang berusaha membujuknya, namun jahil dengan anak sendiri nggak apa-apa kan?

"Duduk, Bang!" titah Rafa. Mata Keano berbinar, pasti Ayahnya akan membawa Kiara pulang. Itulah yang ada di pikiran Keano sekarang.

Rafa menatap putranya itu. Alis tebal dam hidung mancung, sangat mirip dengan Rafa. Tangannya mengelus bahu Keano. Mukanya dibuat sesedih mungkin, guna mempermainkan perasaan Keano.

"Maaf, Ayah nggak bisa bawa Kiara pulang. Ayah takut, kejadian kemaren terulang lagi. Biarkan aja Kiara di rumah Bagaskara. Katanya dia seneng kan tinggal di sana? Ayah minta maaf ya?" ujar Rafa.

Bahu Keano merosot. Ia menatap lantai yang lebih indah dibandingkan wajah Ayahnya. Sudah berusaha membujuk, tau-tau hasilnya... Lebih baik Keano tidak membujuk sekalian tadi.

"Ya udah gapapa. Abang sadar di sini Abang yang salah. Biarlah daku menganggap ini sebagai hukuman" ujar Keano dramatis. Rafa mengangguk, menepuk bahu Keano dua kali lalu melangkah pergi.

Rafa membalikkan badannya, terlihat Keano dengan wajah sedih bercampur frustasi. Rafa terkikik geli lalu memasuki kamar. Biarlah, biarlah Keano merasakan kejahilan Ayahnya.

🧕🏻🧕🏻🧕🏻

Step Mom [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang