Malam ini, setelah melaksanakan Shalat Isya, Clara dan Rafa bergegas untuk keluar lagi. Seperti yang diucapkan Rafa tadi, malam ini mereka akan pergi ke rumah Adi. Clara sangat excited, ia juga tadi sempat membeli makanan kesukaan Kiara. Rafa menggelengkan kepalanya, Clara bertingkah seperti Kiara tinggal di pedalaman, yang hanya ada hutan.
"Ayo, Mas! Nanti keburu malem!" ujar Clara greget. Daritadi Rafa mondar-mandir tidak jelas. Kan jadi mengulur waktu.
"Sabar, aku lupa taro kunci mobil di mana" ujar Rafa. Ia kembali lagi masuk ke dalam rumah. Clara menghentakkan kakinya, menyusul sang suami masuk.
"Kalo cuma mondar-mandir doang nggak akan ketemu! Nih" ujar Clara memberikan kunci mobil. Padahal kunci mobil itu ada di belakang pintu, di tempat biasanya. Tapi Rafa.. ah sudahlah!
"Ayo cepetan!" ujar Clara setengah berlari menuju mobil.
"Jangan lari-lari! Inget lagi bunting!" peringat Rafa. Clara memelankan langkahnya, ia berjalan seperti biasa.
"Ayo, Mas!"
"Allahu Akbar! Sabar Cla" Rafa jadi gupek sendiri mendengar Clara yang terburu-buru. Mengunci pintu saja ia sampai kebalik, seharusnya ke kiri ini malah ke kanan.
"Udah ayo" ujar Rafa saat sudah duduk tenang di kursi pengemudi. Ia berdoa dalam hati, semoga perjalanan tidak mengalami hal-hal yang membahayakan nyawa.
Perjalanan memakan waktu 45 menit, kini mobil Rafa sudah berada di depan gerbang yang menjulang tinggi. Sekarang, Clara malah seperti orang ketakutan. Clara takut.. takut mengganggu Adi malam-malam datang bertamu. Yaa.. walaupun belum tengah malam sebenarnya.
"Mas, kita pulang aja yuk" pinta Clara.
"Lah! Gimana? Ini kita udah sampe lho. Tinggal masuk" bingung Rafa. Awas aja kalo ini kemauan anaknya yang berada dalam kandungan. Benar-benar Rafa blacklist dari daftar warisan.
"Aku takut" cicit Clara. Rafa mengerutkan keningnya. "Takut kenapa?" tanyanya.
"Takut ganggu Pak Adi" jawab Clara.
Rafa terkekeh, lalu mengelus kepala Clara. "Sayang, dengerin aku. Ayah nggak akan marah, kan kita ke sini buat jenguk Kiara. Lagian aku juga tadi udah bilang sama Ayah kalo mau ke sini" ujar Rafa. Clara menghela nafas lega mendengar kalimat terakhir Rafa.
"Mau masuk?" tanya Rafa. Clara mengangguk.
Tiiinn tiiinn
Sudah berulang kali Rafa meng-klakson mobilnya, namun tak ada tanda-tanda jika gerbang akan dibuka. Biasanya, paling tidak hanya 1 orang satpam berjaga di gerbang.
"Duh, kok nggak dibuka-buka ini" gumam Rafa. Ia segera keluar dari mobil, berinisiatif membuka gerbang sendiri.
"PAK!" panggil Rafa pada satpam yang tengah berkumpul di pondok dekat gerbang. Salah satu satpam menghampiri Rafa.
"Mas Rafa, ya?"
Rafa mengangguk, lantas bertanya. "Dari tadi saya klakson kok nggak dibuka-buka?"
"Ohh, Mas Rafa ndak liat tulisan di samping gerbang, yo? Sekarang, kalau mau masuk harus pencet bel dulu, Mas. Nanti bel-nya nyambung ke pondok itu sama kamar Pak Adi" jelas Pak Satpam.
"Kok gitu?"
"Kata Pak Adi, sekarang kan di rumah ini ada Non Kiara. Jadi penjagaan di rumah ini semakin diperketat, Mas. Buat jaga-jaga aja, siapa tau ada hal yang tidak diinginkan" jelas Pak Satpam itu lagi. Rafa mengangguk, lalu kembali ke mobil.
"Gimana, Mas?" tanya Clara saat Rafa sudah duduk di kursinya.
"Penjagaan di rumah ini diperketat, karena ada Kiara di sini. Buat jaga-jaga" ujar Rafa hanya menjelaskan intinya saja. Clara manggut-manggut, lalu menyuruh Rafa untuk cepat memasuki rumah.
🧕🏻🧕🏻🧕🏻
"Wa'alaikumsalam, sendiri aja?" tanya Adi. Clara menyalimi tangan Adi lalu menggeleng pelan. "Enggak, Pak. Sama Mas Rafa, tapi masih di luar" jelas Clara.
Adi yang melihat Clara selalu menunduk, membuka suara. "Jangan takut, saya nggak gigit. Saya bukan orangtua seperti di luaran sana, yang membenci istri kedua dari menantu karena istri pertama sudah meninggal. Tapi kalo istri kedua karena selingkuhan, ya saya juga marah" ujar Adi. Clara tertawa canggung.
"Assalamualaikum" ucap Rafa. Ia membawa seluruh belanjaan untuk Kiara.
"Allahu Akbar, Kiara mau buka warung di sini?" tanya Adi saat melihat barang bawaan yang dibawa Rafa.
Clara tertawa. "Nggak Pak, ini saya cuma bawain makanan kesukaan Kiara aja" ujar Clara.
Adi mengangguk. "Oh iya, itu Kiara lagi di kamarnya. Saya nggak tau lagi ngapain, ketawa terus daritadi. Lagi telponan kali ya?" ujar Adi.
"Oh, iya Pak" Clara menoleh ke belakang, menatap Rafa. Rafa mengangguk. "Kita naik ke atas dulu, Yah" pamit Rafa. Adi mengangguk, lantas kedua pasutri itu menaiki tangga menuju kamar Sinta yang beralih menjadi kamar Kiara.
Tok tok tok
"Eh bentar dulu ya, ada yang ketok pintu" Terdengar suara Kiara dari dalam.
"Iya nanti aku telpon lagi, dadah. Assalamualaikum" Clara dan Rafa berpandangan. Sejak kapan Kiara memanggil temannya dengan sebutan aku-kamu?
Ceklek
"Kenapa, Bi- EH YA ALLAH, BUNDAAA!" Kiara langsung menghambur ke pelukan Clara. Rafa meringis, anaknya kejepit nggak ya kira-kira?
"Aku siapa~, aku siapa~" senandung Rafa. Kiara melepaskan pelukannya dan beralih menatap Rafa yang sedang melihat atap rumah.
"Loh, emangnya supir udah dibolehin masuk sama Kakek?" tanya Kiara bercanda. Rafa berdecak, ia menghampiri putrinya lalu memeluk erat. Jujur, Rafa juga rindu dengan anaknya yang satu ini. Rumah tuh, jadi kerasa sepi gitu semenjak Kiara pindah.
"Ayah kangeeeeeeeennn" ujar Rafa lebay.Kiara melepaskan pelukannya, ia menatap Rafa garang.
"Ayah kok jadi bencong gini, sih?" tanya Kiara tanpa dosa. Rafa menatap anaknya tak percaya.
Apa tadi katanya?
Bencong?
"Ihh, kok kamyu tempe sih? Akika kan jadi malyuu" ujar Rafa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
(Ihh, kok kamu tau sih? Aku kan jadi malu)
Clara mengalihkan pandangannya ke arah lukisan yang berada tepat di samping pintu kamar. "Jangan sampe, nak. Jangan sampe" batin Clara.
Sementara Kiara juga mengikuti Ayahnya. "Aww, ya ampyun. Eh iya, itu begimana. Ada berita apose? Mak Uyun katanya lagi tekdung ya?" tanya Kiara.
(Aww, ya ampun. Eh iya, itu gimana. Ada berita apa? Mak Uyun katanya lagi hamil ya?)
Rafa mengangguk. "Iya, Jeng. Ya ampyun, dia tekdung sama siapa yaa? Secara kan, dia jendes. Atau jali-jali, tekdung sama duren, alias duda keren. Hahahaha!"
(Iya, Jeng. Ya ampun, dia hamil sapa siapa ya? Secara kan, dia janda. Atau jangan-jangan, hamil sama duren, alias duda keren. Hahahaha!)
"Si Mpok Lita gimane tuch kabarnya? Udah dapet berondos ali-"
"STOP!" Suara Clara menghentikan ucapan Kiara. Ayah dan anak itu menatap ke arah Clara yang sudah mengeluarkan tanduk.
"Akika kan jadi pengen ikutan" ujar Clara. Alhasil, ketiganya terbahak. Melupakan Adi yang sedang asik memakan jajanan milik Kiara.
"Ya ampyun, ini tuh endul banget ceunah rasanya" ujar Adi.
🧕🏻🧕🏻🧕🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom [END]
Teen FictionMenjadi Ibu sambung merupakan tantangan tersendiri bagi Clara. Mengasuh dua anak yang berbeda lima tahun dibawahnya bukanlah hal mudah. Apalagi, kedua anak sambungnya belum menerima dirinya. Apakah suatu saat nanti, ia akan diterima atau malah diusi...