Sepulang dari Mall, Eliza mengantarkan Kiara untuk pulang. Dan di sinilah mereka berada, di ruang tamu rumah Rafa.
"Maaf ya Mbak kalo Ara tadi ngerepotin" ujar Clara. Tangannya mengelus rambut Kiara yang sudah mengantuk.
"Ahh, gapapa kok Cla. Aku juga seneng hari ini, bisa jalan-jalan sama Ara" ujar Eliza.
"Ya udah, aku pulang dulu ya? Kapan-kapan main kesini lagi. Assalamualaikum" setelahnya tubuh Eliza menghilang di balik pintu. Kiara berjalan menaiki tangga, tubuhnya sangat lelah hari ini. Ia ingin berpacaran dengan kasurnya.
Setelah mengantarkan Kiara pulang, Eliza bergegas menuju rumahnya. Tak hanya Kiara, Eliza juga lelah. Tak butuh waktu lama, Eliza sampai di kediamannya. Memasukkan mobil ke garasi dan menguncinya sudah Eliza lakukan. Kakinya melangkah menuju pintu rumah. Tubuh Eliza mematung seketika saat melihat sosok yang ia temukan di Mall tadi sedang duduk di kursi teras.
Sinta.
"S-sinta" panggil Eliza. Sosok itu berdiri menghampiri Eliza yang sudah keringat dingin. Meskipun Sinta sahabatnya, tapi ya serem juga kalo harus ketemu roh-nya.
"Bisa kita berbicara di dalam?" tanya perempuan itu. Eliza mengangguk. Dengan cepat, ia mencari kunci rumah yang berada di dalam tas. Tangannya bergetar saat kunci rumah yang ia cari tidak ketemu-ketemu.
Eliza menepuk jidatnya. "Astagaa, kan kuncinya aku taruh di pot bunga" rutuknya. Ia berjalan menuju pot bunga dekat kursi teras tadi.
"Ketemu!" serunya. Tak pakai lama, pintu terbuka dengan lebar. Eliza menyuruh perempuan itu untuk masuk.
Keduanya duduk di sofa ruang tamu. Eliza menatap lekat perempuan itu.
"K-kamu.."
"Maaf jika saya mengganggu malam-malam seperti ini. Saya Saras Adelina Baskara, kembaran Sinta" ujar Saras. Eliza menggeleng, setahunya Sinta tidak mempunyai kembaran. Sinta anak tunggal di keluarganya. Lalu, mengapa perempuan di depannya mirip sekali dengan Sinta?
"Bukan! Sinta anak tunggal di keluarganya!" bantah Eliza.
"Dengarkan penjelasan saya dulu, Mbak. Saya Saras, kembaran Sinta. Kami lahir pada 19 April 1987. Dulu, saat kami berdua lahir, saya harus diserahkan kepada Bibi saya, Bi Seruni. Saya diserahkan karena saat itu kondisi ekonomi keluarga sedang turun. Saat saya umur 16 tahun, saya sekolah di SMA Darmawangsa. Namun pada saat itu, Bi Seruni meminta saya untuk tidak bersekolah di sana. Saya menuruti permintaan beliau. Dan pada tanggal 18 Juli 2019, saya mengetahui semuanya. Saya mengetahui identitas saya sebenarnya. Waktu itu, Bi Seruni mendapat telpon. Saya melihat beliau menangis setelah telpon itu selesai. Saya bertanya kepada beliau. Bi Seruni mengajak saya ke kamarnya, ia mengambil album foto. Dan ya.. beliau menunjukkan kepada saya foto dua anak kembar. Pada saat itu saya bingung, kenapa beliau menunjukkan foto itu. Beliau menjelaskan jika saya bukanlah anak kandung mereka, saya adalah anak kandung dari Kakak beliau. Yaitu Bu Sekar" Saras mengambil nafas setelah menjelaskan semuanya. Eliza masih tidak mengerti, kenapa Saras menghampirinya.
"Lalu, kenapa kamu menghampiri saya?" tanya Eliza.
Saras menggeleng. "Saya hanya ingin bertemu dengan sahabat Kakak saya" ujarnya. Eliza masih nggak mudeng, darimana Saras tau kalo dia sahabat Sinta?
"Saya bertanya kepada Bi Seruni, semua hal tentang Kakak saya. Dan sosok yang kamu lihat di Mall tadi, itu adalah saya" ujar Saras seperti mengetahui pikiran Eliza. Ini aneh! Maksudnya, ini sangat aneh bagi Eliza. Tadi Saras bilang, kalau ia mengetahui tentang dirinya pada tanggal 18 Juli 2019. Itu.. adalah hari dimana Sinta meninggal. Sebenarnya bukan itu yang bikin Eliza bingung. Logika saja, jika Saras sudah mengetahui ia mempunyai kembaran dan kembarannya meninggal saat itu, kenapa Saras tidak hadir?
"Kamu tau identitas kamu tanggal 18 Juli 2019, dan otomatis kamu tau kalau hari itu Sinta meninggal, kan?" tanya Eliza. Saras mengangguk membenarkan.
"Lalu, kenapa kamu nggak dateng ke pemakaman kembaran kamu?"
Saras gelagapan, membuat Eliza semakin bingung. Lebih tepatnya curiga. "Kamu bohongin saya?" tanya Eliza. Ya kan bisa aja, muka mereka mirip terus Saras ngaku-ngaku kembaran Sinta. Tapi jika dipikir-pikir, darimana Saras tau hari lahir Sinta, SMA Darmawangsa dan hari kematian Sinta.
Saras menggeleng. "Sumpah demi Tuhan, Mbak! Saya nggak bohong! Kalau Mbak nggak percaya, Mbak bisa lihat tanda di lengan saya" ujar Saras. Lengan bajunya digulung, sehingga memperlihatkan tanda lahir yang sangat mirip dengan milik Sinta.
Eliza mengangguk. "Jadi tujuan kamu menemui saya, apa?"
"Saya ingin bertemu dengan keponakan saya" ujar Saras.
"Saya akan memberitahu keberadaan keponakan kamu seminggu lagi" ujar Eliza membuat Saras murka.
"Kenapa harus seminggu lagi?! Saya Tante-nya! Saya berhak melihat keponakan saya!" teriaknya sambil menunjuk-nunjuk muka Eliza. Eliza hanya menatap tenang perempuan di hadapannya. Dengan sikapnya seperti itu, membuat kecurigaan Eliza semakin bertambah.
"Jika kamu mau bertemu dengan keponakan kamu, tunggu seminggu lagi. Kalau tidak, ya sudah itu terserah kamu" ujar Eliza santai. Saras kembali duduk di sofa dengan perasaan dongkol.
"Baik, saya tunggu seminggu lagi. Tapi jika Mbak nggak mau memberitahu saya, siap-siap tinggal di balik jeruji besi" ujarnya menyeringai lalu berjalan keluar rumah.
Setelah perempuan yang mengaku sebagai kembaran Sinta pergi, Eliza menghela nafasnya. Ia akan mencari tahu semuanya besok.
🧕🏻🧕🏻🧕🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Mom [END]
Novela JuvenilMenjadi Ibu sambung merupakan tantangan tersendiri bagi Clara. Mengasuh dua anak yang berbeda lima tahun dibawahnya bukanlah hal mudah. Apalagi, kedua anak sambungnya belum menerima dirinya. Apakah suatu saat nanti, ia akan diterima atau malah diusi...