Bagian 4

3.3K 223 6
                                    

💎Happy reading💎

Pagi ini Lia terlambat bangun tidur. Tadi malam gadis itu begadang untuk mengerjakan tugasnya karena sebentar lagi libur panjangnya akan usai. Sekolahnya memang selalu memberi tugas tahunan untuk dikerjakan saat libur panjang, peraturan yang melelahkan, bahkan Lia merasa percuma saja libur sekolah. Karena bagaimanapun juga ia tak dapat menikmati libur tanpa belajar, saat libur ia tetap harus mengerjakan tugas yang sialnya sangat banyak.

Setelah lama melamun di atas ranjangnya, gadis itu buru-buru mandi kala mengingat ia harus menyapu rumah. Ia mulai membersihkan sisa-sisa mimpi semalam yang masih melekat dalam pikiran. Ia bahkan hanya butuh waktu sekitar lima belas menit saja untuk mandi, tidak seperti perempuan kebanyakan yang akan menghabiskan waktu satu jam bahkan lebih, hanya sekedar untuk mandi.

Setelah selesai mandi, seperti biasa, gadis itu buru-buru melaksanakan tugasnya, menyapu seluruh lantai ruangan. Pergerakannya terhenti kala mata hitam miliknya tertuju pada kertas berwarna merah yang terselip di dekat kaki sofa. Karena rasa penasarannya, gadis itu berjongkok hanya sekedar memastikan benda apa itu.

"Widih ... duit," gumam Lia dan hampir meloncat kegirangan.

"100 ribu, 200 ribu ... 500 ribu! Anjir! OTW kaya, nih gue! Ini, nih yang dinamakan rejeki anak soleha!" teriaknya, tapi tidak kencang karena ia takut nanti Adrian mendengarnya dan malah meminta separuh uang yang Lia temukan. Untuk Rega, abangnya yang nomor dua, Lia tak takut kalau teriakannya akan didengar oleh Rega. Bukan karena Rega orang yang tak menyukai uang, tapi karena Rega memang sudah kembali bekerja dan Lia pastikan ia tak akan pulang dalam waktu yang cukup lama.

Setelahnya gadis itu buru-buru menyelesaikan ritual menyapu, yang kata Lia, sih gerakannya itu-itu saja, tak ada perubahan gerakan yang signifikan. Tentu saja, memangnya bagaimana lagi cara menyapu? Tak mungkin pula ia memutar-mutar sapu dan melambung tinggi sapu, hanya sekedar untuk merubah gerakannya yang itu-itu saja 'kan?

Niatnya setelah ini ia akan ke toko baju. Menggunakan uang yang baru saja ia temukan untuk menambah koleksi bajunya di lemari.

Saat gadis itu benar-benar meninggalkan rumah, ia malah membawa motor Adrian yang kuncinya ia curi diam-diam dari kamar abangnya.

☆☆☆

Lia, gadis itu tak menyukai keramaian, rasanya bernapas saja susah jika ia berenang di antara dalamnya lautan manusia. Untunglah di toko tempat Lia memilih untuk membeli baju, tidak begitu banyak pengunjung, entah memang selalu begini atau Lia hanya kebetulan mendapati toko ini dalam keadaan tak begitu ramai. Hingga ia bisa memilih baju-baju yang ia suka dengan leluasa, tanpa harus berdesak-desakan dengan para manusia lainnya.

Udara yang panas membuat Lia ingin cepat-cepat kembali ke rumah, menghayati nikmatnya rebahan sambil main ponsel. Jadi, gadis itu memutuskan untuk menyudahi belanjanya sampai di situ, beberapa pakaian sudah ia dapatkan, tentu pakaian yang tak terlalu mahal karena ia bukan dari kelurga kaya raya yang bisa seenaknya membeli baju yang disuka. Kebetulan uang gadis itu masih sisa sepuluh ribu, jadi uang itu ia pergunakan untuk membeli martabak manis favoritnya.

Akhirnya Lia pulang dengan menenteng satu kresek berisi baju dan satu kresek berisi martabak manis. Kalau sudah seperti ini Lia merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Karena memikirkan bagaimana nikmatnya menyantap martabak manis yang dipadu dengan segelas susu coklat, memikirkannya saja sudah membuat Lia mabuk.

Sampai pada saat ia baru menginjakkan kaki di teras rumah, kedatangan gadis itu langsung disambut oleh Adrian. Lia jadi berpikir kalau Adrian pasti mencium aroma martabak manis yang ia bawa.

"Eh, Dek! Dari mana lo, Dek?" tanya Adrian.

"Dari toko sepatu! Beli baju, soalnya sandal adek putus," jawab Lia sekenanya.

Crazy Brother [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang