08. What The Hell

3.8K 342 71
                                    

Pancaran karisma pria itu cukup kuat, bak sebuah radiasi kimia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pancaran karisma pria itu cukup kuat, bak sebuah radiasi kimia. Pesonanya cukup memadai—membuat jantung Minji berdebar kencang dan tubuhnya memberi respons dengan cara yang belum pernah dialaminya. Sepersekon, Minji meratifikasi adirajanya untuk mengangkasa, dipenuhi khayalan sensual dan berbahaya. Sementara afeksi anggainya terpadati oleh sebuah gelora afeksi yang memabukkan, sang gadis parak melakoni dorongan vitalitasnya.

Oh astaga, pria ini seksi sekali.

Alih-alih bertanya bagaimana pria itu bisa mendeteksi keberadaannya. Senyampang sang gadis mendengus, "Apa yang kau lakukan?" Mengangkat salah satu alisnya keatas, gadis cantik bersurai cokelat sebahu itu mengulas roman sengitnya. Mati-matian ia berusaha untuk tidak terpikat kedalam sandungan buai sang pria yang nampak begitu memsona.

"Minji, kau mabuk." Balas sang pria melantai prosais, ekpresinya begitu repang dan menjemukan. "Ayo kita pulang." Imbuhnya, penuh penekanan.

Menggapai lengan sang gadis seraya mencekalnya. Secepat itu pula gadis cantik bersurai cokelat sebahu yang berada dihadapannya menampik kasar. Menikai vertikal kearah sang pria, gadis tersebut nampak begitu pelik. Bahkan aroma alcohol menyerbak terhirup tegas dari dalam mulutnya—tatkala sang gadis membuka celah bibirnya guna berujar.

"Aku tidak ingin pulang!" Gadis tersebut kembali meraih cangkir minumannya, mereguknya konkret. "Untuk apa pula aku pulang bersama denganmu ke graha besar dan norak itu! Aku tidak mau!" Tolaknya, lugas. Ia kembali meletakkan cangkir yang sebelumnya ia apit keatas parasan dingklik. Melangkah oleng, gadis cantik bak porselen itu hampir saja mencium parasan marmer jika sang pria tidak segera merengkuh tubuhnya.

"Lepaskan aku, dasar pria cabul!" Rontanya sembari menghantam dada bidang sang pria menggunakan kedua tangannya, "Jeon Jungkook bedebah! Kubilang lepaskan!" Pekiknya riuh.

Beruntungnya mereka kian tengah berada ditempat yang berperan gaduh. Alhasil pekikan sang gadis pun teredam oleh bisingnya lantunan musik. "Jika kau tidak melepaskanku maka aku tidak akan segan-segan untuk menendang kejantananmu lagi seperti-psst!"

Pria tampan bersurai hitam legam dengan balutan jas mahal berjenis Arcilo Blazer Casual Siocled itu segera membekap mulut sang gadis, menutupnya rapat-rapat. Jungkook mengerling tajam berusaha memperingati sang gadis agar tidak kelepasan, "Hentikan ucapanmu itu atau aku yang akan membuatmu tidak bisa berjalan." Ancamnya, tepat dibalik rungu sang gadis.

"Mmphh! Mmphh!"

Ah, sia-sia saja Jungkook berusaha mengecamnya, gadis itu mabuk.

Mendesah singkat, Jungkook yang masih membekap mulut sang gadis menolehkan wajahnya sepintas guna menikai kearah gadis lainnya yang merupakan karib dari gadis yang berada didalam dekapannya. "Maaf, kurasa ia terlalu mabuk. Dan itu pasti akan merepotkanmu nantinya, jadi biar aku saja yang membawanya pulang ya?"

Tidak ada resistansi maupun penyangkalan dari gadis tersebut. Barangkali ia mengetahui bahwa Jungkook adalah calon keluarga dari sang karib, pun bisa jadi itulah alasan mengapa gadis bersurai hitam legam itu melenggut dan dengan mudahnya memperbolehkan sang pria untuk membawa karibnya merenggang angkat kaki dari dalam zona wisma hiburan malam tersebut.

Scandal Of The SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang