11. We Both F*cked Up

6.2K 356 34
                                    

Jalan raya praja Seoul nampak hingar seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jalan raya praja Seoul nampak hingar seperti biasanya. Hiruk-pikuk para pribumi perihal hari krusial mereka pegari begitu konteks. Sekelebat, Minji teringat akan profesi dan kewajibannya yang terpaksa ia tinggalkan akibat kecaman yang sang Ibu berikan. Minji masih belum menarik dirinya keluar dari kantor tempatnya berkarier, maupun menimbang-nimbang kembali tawaran gila dan juga menggiurkan dari calon kakak tirinya.

Sungguh, Minji masih terlalu gerun gelisah. Ia tidak tahu, keputusan mana yang harus ia ambil walau sudah terlihat dengan gamblang mana yang harus ia ambil, sih.

"Kau sudah makan?" Pertanyaan dari barinton berat itu berhasil meluruhkan lenggang yang membelenggu, impulsif sang gadis otomatis terlonjak dari dalam buaian anggainya. Menoleh, Minji menyahut apatis. "Apa perdulimu? Sudah, mengemudi saja yang benar. Aku jengah bersama denganmu terus, aku ingin ini cepat selesai." Tuturan yang menyenggak dari sang gadis tampaknya tidak membuat sang pria tampan yang kian tengah mengatur kendara, melakoni afeksi kalbunya—seperti yang seharusnya.

Jungkook. Pria tampan bersurai hitam legam dengan balutan jas Three-piece suit, memakai teknik layering yang pegari begitu klasik. Memutar stir mobil cekatan, Jungkook mengerling kearah sang gadis sekelebat sebelum kembali meluruskan atensinya. "Perihal pernikahan Ibu dan Ayah yang akan diadakan besok, kau sudah-"

"Ah, iya." Pungkas Minji, gadis cantik bersurai cokelat sebahu itu membasahkan bawah bibirnya. "Karena mereka akan berbulan madu jadi aku akan pindah ke apartement untuk sementara."

Jungkook mengerutkan pelipisnya, "Kau tidak bisa kembali ke apartementmu, bukan?"

Minji tergelak samar, "Tentu saja aku bisa." Menjeda sejenak, sang gadis melipat kedua lengannya didepan dada dengan congkak. "Memangnya siapa yang akan menahanku, huh? Ibuku kan tidak ada, begitupun Ayahmu. Jadi aku bebas." Lanjutnya yang spontan membuat Jungkook mengangkat salah satu alisnya keatas.

"Kau lupa ada aku, ya?"

Segera Minji menggeleng, "Tentu saja tidak."

"Lalu?"

"Aku hanya menganggap dirimu, doesn't exist honey." Jawaban yang Minji lonjarkan dengan lugas berhasil membuat Jungkook mendengus kasar—tidak percaya. Oh ayolah, dari berpuluh-puluh wanita diluar sana yang menginginkannya. Mengapa sulit sekali untuk mendapatkan dan meluruhkan yang satu ini?

"Aku akan memberitahu Ibumu." Kecam sang pria, Jungkook menolehkan wajahnya sekelebat sembari memacu jemarinya untuk memutar stir mobil memasuki sebuah wisma mewah dimana Minji akan mencoba berbagai macam gaun niscaya mengenakannya untuk menghandiri acara krusial besok.

Sang gadis mengerjap apatis, "Tunggu dulu, kau mengancamku?" Minji menaik-turunkan alisnya sebelum pada akhirnya melongo tatkala Jungkook menyahuti pertanyaannya dengan sebuah sengguk-kan sepadan.

"Tentu saja kau tidak bisa mengancamku, lagipula aku tidak takut jikalau kau mengancam dan-"

"Benarkah? Apa kau tidak khawatir.." Menjeda sejenak, Jungkook yang baru saja selesai memarkirkan mobilnya itu menoleh agar bersemuka dengan sang gadis. Menikainya vertikal, Jungkook menyilik wajah milik Minji lamat. "Jikalau Ibumu mengecam-mu lagi?"

Scandal Of The SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang