04. I Knew You Were Trouble

4.4K 413 39
                                    

Puluhan pelita cublik yang terpampang disetiap sudut membuat Minji tak tahan untuk tidak mengedarkan pandangannya keseantero restaurant glamor tersebut, dengan warna putih dan emas yang mendominasi semakin menambahkan kesan mahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puluhan pelita cublik yang terpampang disetiap sudut membuat Minji tak tahan untuk tidak mengedarkan pandangannya keseantero restaurant glamor tersebut, dengan warna putih dan emas yang mendominasi semakin menambahkan kesan mahal.

Begitu kentara bahkan sejak pertama kali ia mempijakkan kedua pengampunya diatas parasan marmer mewah tersebut. Oh astaga, Minji menjadi sibuk menerka-nerka didalam sanubarinya. Duda kaya seperti apa yang berhasil Ibunya gaet itu?

Well, Gangnam jeongduk international food's. Siapa yang tidak tahu restaurant mewah tersebut? Salah satu tempat makan yang paling mahal nan mewah didalam negaranya, harga yang tidak konvensional dan mencekat kerongkongan bagi beberapa kaum bawah tatkala mendengar angka-angka harga dilonjarkan.

Tetapi rasanya tidak perlu diragukan lagi, bahkan tidak jarang banyak artis dan penjabat tinggi negara yang memilih untuk mengisi perut kosong mereka di restaurant mahal ini. Karena memang ada harga, ada kualitas. Worth it bagi beberapa kaum atas, tetapi beda dengan Song Minji—yang jelas-jelas baru pertama kali berpijak ditempat mahal itu.

Sebenarnya Minji pernah ikut sang Ibu ke beberapa tempat mewah, tetapi tidak semewah tempat makan Jeongduk ini. Benar-benar jauh, karena tempat ini memang sebesar dan se-glamor itu. Pantas saja wanita itu tadi—Ibu Minji, memerintahkan dirinya untuk mengenakan pakaian terbagus dan termahal yang ia miliki. Ternyata ini sebabnya?

Tidak salah juga Minji meluangkan satu setengah jam waktunya untuk membongkar isi lemari pakaiannya, sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk mengenakan gaun brokat keluaran brand ternama Eropa.

Warna merah maroonnya nampak begitu serasi dengan kulit putih bersih sang gadis. Belahannya tertutup, tetapi modelnya yang pas mengetat dibutuh—spontan membuat setiap lekukan indahnya terpentang jelas. Garis panjang disisi kanannya pun turut menambahkan kesan yang begitu anggun dan juga seksi, jelas sekali kaki-kaki jenjangnya pegari ayu.

Bahkan beberapa insan kian tengah memandang vertikal kearah dirinya, entah dengan roman kagum, terpesona, ataupun iri yang berpedar. Tetapi yang jelas, sang gadis menyadari itu. Ia sadar bahwa dirinya kian tengah menjadi sorot perhatian bagi beberapa pengunjung maupun pelayan yang berada disekitarnya.

Melirik kearah sang Ibu dengan datar, pun sang gadis memutuskan untuk membuka celah bibirnya—setelah termangu sejak tadi. Minji kian tengah berujar, melantai prosais kearah sang Ibu.

"Dimana pria itu?" Tanyanya, to the point. Minji adalah gadis yang paling benci menunggu, ia tentu tidak senang dibuat berdiri—tanpa tujuan seperti yang sekarang tengah ia lakukan bersama dengan sang Ibu. "Apakah dia telat datang?" Mengangkat salah satu alisnya keatas, Minji nampak tengah mengintimidasi sang Ibu.

Hyeji mengerling kearah layar ponselnya sekelebat, sebelum pada akhirnya menolehkan wajahnya guna bersemuka dengan sang putri. "Dia sudah tiba, kita hanya sedang menunggu pelayan untuk mengantar kita saja." Kilah wanita berparuh baya dengan polesan riasan wajah yang begitu eksentrik, Ibunya nampak seperti wanita pembawa acara hiburan malam. Cantik, tetapi rabung sekali.

Scandal Of The SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang