Liam dan Aileen mulai menjalankan rencananya agar Ille mau bertemu dan berbicara dengan mereka berdua sebelum Ille dibawa ke psikiater. Mereka harus membujuk Ille dengan cara yang pelan-pelan agar Ille tidak tersinggung hingga dapat menyebabkan Ille marah kembali.
Pada suatu pagi, Aileen dan juga Liam mulai melancarkan aksi mereka. Aileen meminta pihak apartmen Ille untuk sementara memadamkan listrik serta airnya sehingga peralatan di apartmen Ille tidak dapat digunakan. Jikalau semua peralatan di apartmen Ille tidak dapat digunakan terutama air maka ia tidak dapat melakukan rutinitasnya di bawah shower dengan air yang mengalir. Kemudian dengan begitu Ille akan menghubungi Aileen dan meminta bantuannya.
Dalam keadaan seperti ini, Ille hanya akan ingin menghubungi orang-orang terdekatnya saja. Hal itu karena Ille takut bertemu dengan orang lain atau orang yang tidak terlalu dekat dengan dirinya. Semua itu sudah terencana sangat baik oleh Aileen dan Liam, mereka sudah diam berada tepat di basement apartemennya. Menunggu hingga Ille melakukan panggilan untuk meminta tolong. Bagai sulap yang terjadi, tepat belum ada 10 menit mereka menunggu, layar ponsel Aileen menyala berisikan panggilan masuk dari Ille.
"Ma, Mama di mana?" ucap Ille seperti orang kebakarang jenggot.
"Kamu kenapa? Kok panik? Mama ada di rumah." Aileen benar-benar berbohong sekaligus menahan tawa.
"Mama ... ke sini, donk. Air sama listrik di sini mati, Ma. Ille takut kalau memanggil orang lain, cuman Mama yang bisa selalu ada kali ini," jelas Ille dengan tetap panik.
Aileen yang mendengar ucapan Ille merasa senang dan sedih.
"Iya, sayang. Mama ke sana sekarang, jangan takut, ya. Sekarang kamu tenangin diri dulu sebentar. Ini Mama udah mau jalan, bye," kata Aileen dan memutuskan sambungan teleponnya.
Kemudian Aileen dan Liam menunggu beberapa menit lalu mulai menaiki lift dan pergi ke tempat di mana Ille berada. Tiba di depan pintu apartmen Ille, Aileen segera mengetuknya. Tidak perlu menunggu lama, Ille langsung membuka pintu dan melihat Aileen bersama dengan Liam.
"Loh, kok, kenapa Mama ajak-ajak cowo ini?" ketus Ille.
Liam hanya diam memperhatikan Ille.
"Iya, Mama ajak Liam untuk membantu Mama memeriksa dan menghubungi pihak apartmen karena Mama kurang paham mengenai hal seperti ini. Kan kamu takut untuk bertemu orang lain, jadi Mama mengajak Liam juga," jelas Aileen.
Ille mengangguk pelan kemudian mempersilakan mereka masuk, "hm, kalau gitu silakan masuk."
Aileen dan Liam saling tersenyum dengan tatapan senang karena rencananya berhasil untuk dapat menemui Ille. Aileen bersama Liam memasuki apartmen Ille kemudian mereka melihat kondisi tempat tinggal Ille yang bersih, rapih, dan sangat sunyi.
***
Ille
Mama bersama Liam datang mengunjungi apartemenku. Setelah beberapa hari ini aku mengabaikan mereka akibat merasa takut, kini mereka berhasil bertemu denganku. Sejujurnya aku sangat merindukan mereka. Namun apalah daya ini, diriku terus saja menolak mereka. Aku tidak ingin mereka melihat diriku dengan keadaan yang seperti ini. Oh iya, untuk menutupi luka sayatan di kedua tanganku ini, aku menggunakan baju lengan panjang lengkap dengan celana tidur panjang. Tentu saja karena aku tidak mau mereka mengetahui diriku yang sudah mencoba beberapa kali ingin menghilangkan nyawaku. Bahkan aku telah membuat rekaman bunuh diriku sendiri.
***
Author
Aileen duduk di sofa yang berada di ruang tamu, sementara Liam pergi menelusuri apartmen Ille berpura-pura seperti mengecek keadaan listriknya. Kemudian, Liam berpura-pura menelpon pihak apartmen dan berkata kepada Ille bahwa akan ada perbaikan sebentar sekitar 10-20 menit. Ille yang mendengar itu pun mengangguk sebagai tanda bahwa dirinya mengerti. Aileen memilih untuk beranjak dari sofa kemudian membuka semua gorden yang berada di ruang tamu agar cahaya dapat menyinari ruangan itu. Cahaya itu menyilaukan pandangan Ille. Seketika tempat itu menjadi tempat yang hidup kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ill(n)e(ss)
Teen FictionMenceritakan seorang anak remaja perempuan bernama Ille yang sudah memiliki kesibukannya dalam dunia perkuliahan sebagai seorang mahasiswi jurusan arsitektur. Keluarga dan teman-teman di tambah kehidupannya yang selalu memenuhi keinginannya membuat...