Seketika tubuhku mematung. Aku kaget bukan main ketika melihat terdapat tiga pemberitahuan pesan masuk dari aplikasi hangout, pesan tersebut berasal dari tiga wanita berbeda. Dengan segera aku membaca beberapa pesan tersebut satu persatu. Aku masih tidak menyangka kalau Papa dapat bersikap seperti ini. Hal tersebut membuat aku menganggap bahwa Papa yang sekarang tidak sama seperti Papa selama ini, bukan Papa yang setia terhadap Mama. Tanpa aku sadari, air mataku mulai jatuh membasahi pipi. Di antara ketiga pesan tersebut, terdapat satu pesan telah menarik pandanganku, yaitu pesan antara Papa dengan wanita beralamat gmail Aurora.1@gmail.com dan nama penggunanya ialah Aura.
Mataku dengan sigap membaca baris demi baris dari pesan tersebut, memerhatikan kata demi kata dalam percakapan mereka berdua.
Aura, Aura adalah teman yang selalu aku anggap sangat baik. Tetapi mengapa ia bisa melakukan semua ini? Hebat ... aku akui Aura sangat hebat, hebat karena bisa memikat perhatian Papa dengan pesan yang sangat panjang seperti ini. Terlihat sekali kalau mereka sudah memiliki komunikasi intim hingga obrolan mereka menyambung, ucapku dalam batin.
Kembali lagi pandanganku terhenti oleh salah satu percakapan antara Papa dengan wanita lainnya. Isi pesan kali ini sama panjangnya dengan pesan Aura. Aku membaca seluruhnya di sertai perasaan tidak menyangka.
07/02/2030
Vincent : Iya, Aku janji bakal tinggalin mereka buat nikah sama kamu
Nara : Bener, ya Be?
Vincent : Iya, Nara sayang. Aku janji kok
Nara : Yey, makasih ...
Vincent : Yaudah, aku mau ngobrol-ngobrol sama Ille dulu, ya, sayang
Nara : Yah ... aku masih kangen, Be. Ya udah, deh, dari pada nanti curiga
Vincent : Bentar doank, kok. Habis itu kita chattingan lagi. Bye, sayang.
20/03/2030
Nara : Sayang, angkat teleponnya. Be ... ke rumah, donk. Anakku lagi pergi, aku sendirian, takut.
Missed Voice Call At 19.35
Missed Voice Call At 19.44
Nara : Ih ... kamu mah, angkat dong. Kebiasaan nih pasti di silent hangoutnya
Missed Voice Call At 19.59
Nara : Vincent ....
Voice Call 6 min 50 sec
Vincent : Iya, iya aku kesana sekarang
Nara : Ya, cepetan
Pesan tersebut merupakan percakapan terakhir antara Papa dengan wanita itu. Pukul delapan malam, tepat di mana sedang makan malam bersama kemudian Papa menerima panggilan lalu setelah itu pergi dengan alasan meeting. Karena terburu-buru mungkin Papa jadi lupa membawa laptop ini. Lalu mengapa Papa memiliki pikiran seperti ini? Mengapa Papa sangat tega untuk menyakiti hati Mama? Desisku dalam hati dengan seribu satu hipotesis yang belum tentu kebenarannya. Hal ini berhasil membuatku kembali meneteskan air mata.
Belum sempat selesai aku membaca seluruhnya karena terhenti setelah mendengar suara langkah kaki dari kamar Mama. Dengan cepat aku langsung menghapus air mataku. Mama datang dari kamarnya untuk menghampiriku. Aku bergegas langsung menutup hangout dan mematikan laptop Papa.
"Ille, kamu habis ngapain? Oh iya, Ille nanti tolong bantu Mama masak hari ini." Pinta Mama kepadaku.
"Ille? Kamu melamun? Kamu dengar Mama atau nggak?" Mama menepuk bahuku untuk menyadarkanku kembali.
"Eh iya, aku dengar kok, Ma. Maaf Ma, aku nggak sadar kalau lagi melamun. Mungkin efek abis bangun tidur kali, ya, hehehe," kataku dengan sedikit kebohongan tentang alasan melamun.
"Oh ... ya sudah, nanti nyusul aja. Mama ke dapur duluan kalau gitu," sahut Mama dibalas dengan anggukan kecil dariku.
Aku masih terpaku akan apa yang telah dilakukan oleh Papa. Rasanya sangat kecewa tak terkalahkan. Aku ingin memberitahu Mama atas semua ini, tetapi sepertinya nanti saja. Aku hanya tidak ingin menyakiti hati Mama di saat tengah ditinggal oleh Papa. Saat ini aku harus bersikap biasa saja di depan Mama walau emosiku sudah memuncak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ill(n)e(ss)
أدب المراهقينMenceritakan seorang anak remaja perempuan bernama Ille yang sudah memiliki kesibukannya dalam dunia perkuliahan sebagai seorang mahasiswi jurusan arsitektur. Keluarga dan teman-teman di tambah kehidupannya yang selalu memenuhi keinginannya membuat...