Empat

1.8K 191 9
                                    

Taehyung terdiam, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Perlahan bahunya gemetar lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang lebar.

Ia kesal, hanya kesal. Ketakutan akan gurauan Hoseok membuatnya membenci Jungkook. Padahal tak ada yang berubah dari sikap mereka padanya, semua sama.

Kasih sayang yang ia dan juga Jimin dapat setiap harinya tak ada yang berkurang. Ia hanya takut jika Jungkook merebut posisinya, karena anak itu buta membuat Taehyung berfikir jika Jungkook akan mendapat perhatian lebih dan ia akan dilupakan.

Jimin yang melihatnya pun prihatin, di tariknya tangan Taehyung dan membawanya untuk duduk di salah bangku meja makan.

Seokjin pun memutar tubuhnya menghadap Taehyung, di elusnya rambut berwarna madu yang sangat tebal.

"Tak seharusnya kau seperti itu, adikku."

"Apakah kau merasakan kasih sayang kita berkurang untukmu?" tanya Seokjin lembut, ia mengangkat wajah Taehyung. Mengusap pipi basah remaja 17 tahun itu dengan kedua ibu jarinya.

Taehyung menggeleng sebagai jawaban, tubunya bergetar. Melirik Yoongi yang menatapnya dengan kilatan marah membuat tangisan Taehyung kembali pecah. Ia ketakutan.

"Tatap aku..." pinta Yoongi.

Kembali menggelengkan kepalanya tanda ia menolak, Taehyung memaut kemeja Seokjin dengan kasar hingga kusut. Jimin yang memperhatikannya pun ikut mengeluarkan air matanya dalam diam. Entahlah, Jimin dan Taehyung seperti anak kembar walau nyatanya tidak demikian.

"Kim Taehyung, aku tak akan meminta dua kali." tekannya.

"Hyung... Jangan seperti itu kau terlalu keras padanya." cicit Jimin pelan, menatap Yoongi dengan sedih membuat pemuda pucat itu lagi-lagi mengehela nafasnya.

"Kalian sudah berumur 17 tahun, seharusnya kau sadar jika sikapmu terlalu kekanakan Taehyung. Aku membawanya kemari tanpa alasan apapun, sama seperti aku menyanyangimu. Aku hanya mengikuti hatiku. Masalah ia buta atau tidak tak ada yang berubah. Kau hanya belum bisa menerimanya sebagaimana ia menerimamu menjadi sosok kakak yang akan melindunginya." jelas Yoongi panjang lebar.

"T—Tapi..."

"Hei, mengapa kau tak mencoba dekat dengannya? Dia cukup menggemaskan kau tahu?" saran Seokjin memotong pembicaraan Taehyung. Akan panjang urusannya jika perdebatan ini tak kunjung usai.

Lagi pula makanan yang ia buat sudah mulai mendingin.

Di tatapnya wajah Seokjin, kakak tertuanya yang selalu berbicara dengan lembut. Seokjin bagaikan sosok Ibu bagi mereka. Selalu tahu apa yang terbaik dan memiliki pelukan hangat yang menenangkan. Berbeda dengan Yoongi yang tegas dan berwajah datar, walau sebenarnya Yoongi lah yang lebih peduli di antara mereka.

Taehyung mengangguk sebagai jawaban, mengusap wajah basah dengan punggung tangannya. Ia merasa bersalah, padahal sejak pertama kali pertemuannya dengan Jungkook, Taehyung merasa amat sedih mengingat luka-luka lembam yang nampak sekali di kulit putih bocah itu.

"Kau maukan menerima Jungkook?"

"Aku... mau." seraknya sebagai jawaban.

"Nah... Sekarang minta maaflah pada Yoongi dan jemput adikmu di kamar." pinta Seokjin melirik Yoongi yang masih diam menatap mereka berdua.

"H—Hyung... Aku... Aku minta maaf. Maafkan aku."ia menyesal sekali dan merasa bersalah karena sangat tidak sopan meninggikan suaranya di hadapan Yoongi dan berkata kasar.

Tatapan Yoongi pun melembut, ia mendeham sebagai jawaban. Membuat Taehyung mengembangkan senyum kotak miliknya. Terlihat lucu dan Jimin ikut-ikutan tersenyum melihatnya.

Day By Day [BTS BROTHERSHIP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang