Delapan Belas

647 83 18
                                    

"Dimana aku melihat dirimu tidak lagi sama seperti sebelumnya"

☘️

Ketukan lemah dari sebuah bilik pada lantai atas mansion miliknya tak henti-hentinya terdengar. Kouru hanya natap bagaimana raugan kecil yang semakin menghilang di telinga.

"Ku mohon..."

Deru napas yang memburu, dan tanggisan kecil tidak sekalipun meluluhkan hati Kouru, bahkan hanya untuk sekedar menerima permintaan kecil yang sedang digaungkan.

"Hiks... aku takut... Biarkan aku keluar. Aku berjanji tidak akan kabur lagi..."

Surai panjangnya ia lepas. Membiarkan kelabunya terjatuh saat ia menunduk demi mematikan cigarette miliknya pada asbak yang telah penuh oleh banyaknya putung rokok.

Kouru melangkah, menaiki satu demi satu anak tangga demi membawa tubuhnya pada ruangan tertutup di sudut lantai atas.

Ia menyandarkan satu pundaknya pada pintu, kedua tangannya ia sila di depan dada dan kini ia membiarkan kedua matanya terpenjam. Menikmati setiap kata demi kata yang terlontar dari bibir kering seseorang di dalam.

"Aku akan membukanya jika kau beejanji tidak memberontak Jeon Jungkook." ucap Kouru melembutkan suaranya.

Remaja berusia 18 tahun yang sebelumnya jatuh terduduk, kini ia mulai bangkit dengan lututnya yang berusaha menumpu.

"Aku berjaji... Hiksss..."

"Lalu bagaimana dengan perjanjian kita sebelumnya? Apa kau tidak ingin mengabulkan yang satu itu?"

Jungkook terdiam di buatnya. Pada dasarnya pemintaan yang Kouru layangkan sangatlah mudah jika di lakukan oleh siapapun. Tetapi Jungkook tidak ingin, ia tidak terbiasa dengan hal itu.

Pemuda bersurai kelabu panjang begitu menyadari, perbuatan yang ia lakukan saat ini sama saja dengan membuat seoraang Jeon Jungkook semakin membancinya lagi dan lagi.

Bisa saja rasa kebencian anak itu semakin membesar jika Jungkook tahu bahwa kini dirinya tidak lagi di negara asalnya.

"Aku menunggu adik kecil..."

Sudah tiga hari sejak dimana Jungkook sadar dari tidurnya, dan sejak saat itulah Kouru tidak mengistirahatkan tubuhnya sama sekali.

Ia begitu khawatir melihat Jungkook yang terus menangis, memberontak, dan berteriak meraung di dalam ruangan sejak Dokter membuka perban di matanya.

Keadaan mata anak itu sangat baik. Tidak ada kecacatan bahkan gangguan pasca operasi. Anak itu bisa melihat dengan jelas bersama dengan retina malamnya yang indah.

"H—hyu...ng...."

Sial...

Sialan...

Suara itu hampir tidak terdengar olehnya. Pengucapannya sungguh sangat berantakan dan terbata-bata, tetapi Kouru tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Kedua matanya memanas, air mata miliknya sukses terbendung dengan cuma-cuma.

Kouru hanya ingin di cintai.

Ia hanya ingin memiliki keluarga yang mencintainya.

Ia hanya ingin menjadi sebuah sandaran, menjadi sebuah tujuan dan rumah bagi seorang anak laki-laki yang sering ia lihat saat dirinya berkunjung bersama ibunya.

"Aku Mohon... Buka h—hyung..."

Tepat di ujung kalimat yang terucap, suara bantingan keras membuat Kouru tersadar dari lamunnya. Ia meraba kantung celana bahan miliknya, mengambil satu buah kunci perak dan membuka pintu dengan tergesa-gesa.

Day By Day [BTS BROTHERSHIP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang