Dua Puluh

675 78 8
                                    

'I don't know, why?'

☘️

Jungkook mengusap wajahnya perlahan, merasakan bagaimana air hangat yang jatuh membasahi seluruh tubuhnya. Ia menunduk, menatap kakinya yang tertutup embun air di dalam bilik mandi.

Matanya tertuju pada kaca yang mengelilingi dirinya. Goresan-goresan luka yang terlukis indah di hampir seluruh tubuhnya nampak jelas ia rasakan saat jari-jarinya menyentuh mereka.

Rasa sakit yang membuat dirinya gemetar kala mengingat bagaimana cambuk dan katana menebas kulit putih susu miliknya hampir setiap waktu.

Ia tidak mampu mengingatnya lagi, kala itu, apakah keadaan di luar sedang siang hari atau malam hari.

Apakah sedang musim semi atau musim gugur.

Atau apakah ada yang mencarinya tau tidak.

Kouru. Kakak laki-lakinya, memerintahkan anak buahnya untuk melatih dirinya agar mampu mengunakan berbagai macam senjata dan keterampilan katana yang indah.

Jeon Kouru berkata bahwa dirinya memiliki banyak sekali musuh, dan Jungkook adalah satu-satunya target mereka yang sangat mudah karena Jungkook adalah kelemahan terbesar Kouru sampai kapan pun.

Mereka tahu, dunia bawah tanah Eropa yang di pimpim Kouru seorang diri adalah salah satu dari banyaknya pemimpin besar yang di takuti.

Apakah Tuan Jeon Sungha dan Istrinya mengetahui hal ini?

Tentu saja tidak.

Maka dari itu, tanpa harta Tuan Jeon yang di bawa oleh Kouru, ia masih mampu membesarkan Jungkook seorang diri.

Jungkook menatap jari-jari tangannya yang gemetar, "Mengapa perasaan ini lagi?" ucapnya lirih.

Kosong.

Entah bagaimana perasannya sangat kosong setiap kali Jungkook sedang sendirian.

Dadanya begitu sakit tanpa alasan, dan di saat hujan begitu deras setiap kali membasahi kota Durham, Jungkook meraung dan menangis tanpa sebab.

TOK! TOK!

Suara ketukan membuat Jungkook tersadar dari lamunnya. Ia merapihkan piyama panjangnya, membiarkan handuk kecil masih bertengger di atas kepala miliknya.

"Kookie?" seru seseorang memanggil.

"Aku datang," si bungsu membuka pintu besar kamarnya. Lalu retina malamnya melihat Kouru yang menunggunya dengan senyuman.

Kakaknya masih menggunakan suit hitam yang sangat kontras dengan rambutnya. Membuat penampilannya terlihat elegan karena surai panjang tersebut di rangkai rapih pada bagian kiri dan sisanya di biarkan tergerai menutupi punggung.

"Mari makan malam. Aku baru saja kembali dan rumah begitu sepi. Aku bertanya kepada Nanny, mengapa kau mengurung dirimu seharian di kamar?"

"Hanya merasa sedikit lelah hyung, aku baik-baik saja." ucapnya menatap iris hijau Kouru.

"Kau sakit?" Kouru meletakan telapak tangannya pada kening Jungkook. Meraba, merasakan suhu si adik lalu mengusap surai hitamnya yang masih setengah kering.

"Kau tidak demam," Kouru melangkah memasuki kamar Jungkook. Ia bawa tubuhnya pada tepi ranjang, "Kemari lah, aku akan membantumu mengeringkan rambut."

Jungkook menurut.

Day By Day [BTS BROTHERSHIP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang