'Jeon Jungkook.'
☘️
Bocah itu terduduk, dengan tangan yang masih saja mengengam jari panjang pucat milik seorang pemuda. Menunggu akan suara berat yang sempat ia dengar beberapa jam yang lalu.
Dirinya sudah bersih dengan pakaian baru yang melekat. Piyama berwarna merah dengan Iron men sebagai coraknya. Taehyung yang membersihkan anak itu tadi, sebenarnya iya ingin bertanya tentang siapa bocah yang sedang kakak tertua itu genggam saat pulang. Tetapi ia urungkan saat melihat wajah panik Seokjin yang membopong tubuh Yoongi di punggungnya.
Anak itu tak bicara sama sekali, matanya terlihat kosong sekarang berbeda saat pertama kali Yoongi menatapnya. Kamar yang mereka tepati pun senyap, tak ada suara apapun selain suara jarum jam setiap detik.
Beberapa saat sunyi menyelimuti ruangan, pintu bilik itu terbuka menampakkan Seokjin yang membawa semangkuk bubur dengan susu rasa vanila di atas nampan.
Pemuda berusia 25 tahun itu mendekat, mendudukan dirinya pada sisi ranjang.
Menatap bocah yang kira-kira berumur 10 tahun nampak bisu karena tak ingin bicara."Hai." suara lembut itu mengalun, menyapa bocah yang Seokjin akui sangat manis.
"Kau ingin makan?" tawarnya.
Bocah itu bergerak pelan ke arah sumber suara, kepalanya menoleh random dengan gerakan kecil. Seokjin melihatnya, merasa bingung akan respon yang ia dapatkan. Penasaran dengan pikirannya, Seokjin mencoba melambaikan tangannya pelan di hadapan si bocah.
Tak ada gerakan apapun mata itu kosong, tidak mengikuti lambaian tangan Seokjin atau merasa terusik karenanya.
Pikiran Seokjin beekecamuk, ia tercengang kala menyadari bahwa sebenarnya anak ini buta. Dengan cepat ia menangkupkan kedua telapak tangannya pada masing-masing pipi anak itu.
Melihat tepat pada retina sewarna malam yang indah. Jari telunjuknyaa ia gerakan kembali di depan kedua mata itu— tak ada respon.
Ibu jarinya memberikan stimulus pada sekitar kelopak mata dan lagi-lagi hasilnya nihil. Mata anak itu hanya bergerak random lalu terpejam seakan menikmati usapan yang Seokjin berikan.
Tangannya lemas, perutnya bergejolak karena terkejut. Sesaat setelah mengatur nafasnya dengan perlahan, Seokjin mencoba untuk berbicara kembali pada bocah di depannya.
"Kau ingin makan?" ajaknya kembali.
Bocah itu mengangguk pelan, perutnya memang terasa lapar dan sedikit perih karena ia sendiri tak ingat kapan terakhir kali mengisinya. Masalah anak itu siapa dan dari mana asalnya akan ia tanyakan saja saat Yoongi sadar nanti. Dengan lembut Seokjin mengengam satu tangan munggil yang terasa dingin.
Mengusapnya perlahan menyalurkan kehangatan disana. Lalu satu tangannya lagi meraih mangkuk bubur yang masih hangat, menyendoknya dengan sedikit meniup asapnya agar lidah anak itu tak terluka nanti.
Bocah itu menerima saat ujung sendok menyentuh bibir bawahnya, menyuruhnya untuk membuka mulut. Lalu rasa gurih menyambut lidahnya dari bubur abalone buatan Seokjin membuat anak itu sedikit tersenyum.
"Kau menyukainya?"
Mengangguk pelan, Seokjin tersenyum puas kala melihatnya. Mata itu sedikit memancarkan rasa senang disana.
Beberapa suapan berlalu hingga tinggal satu sendok bubur terakhir, anak itu memakannya dengan lahap. Diiringi dengan senyum manis kala sendok kecil itu berhasil melakukan tugasnya.
Dengan cepat Seokjin memberikan susu hangat di tangan anak itu lalu menuntunnya untuk diminum perlahan. Hingga tenggakan terakhir, Seokjin tersenyum puas saat usahanya tak sia-sia.
Seokjin berdiri dari duduknya, meninggalkan anak itu untuk merapihkan kembali mangkuk dan gelas yang ia bawa. Beberapa menit setelahnya, pemuda itu kembali pada kamar Yoongi. Mendudukan badannya pada posisi yang sama, Seokjin mencoba membuka suara.
"Boleh aku bertanya sesuatu?"
Mata itu menoleh kesumber suara, walau percuma karena mata itu sama sekali tak menatap Seokjin. Mengangguk pelan sebagai penanda bahwa ia akan menjawab pertanyaan yang akan di berikan, Seokjin yang mendapatkan reaksi pun tersenyum puas.
"Siapa namamu manis?"
Hening, tak ada jawaban sama sekali. Anak itu bungkam, tetapi tangan mungilnya bergetar kecil tanda akan ketakutan. Bibirnya bergerak tanpa suara, tapi Seokjin tahu bahwa anak itu tak bisu. Karena saat ia menemukannya di bawah hujan bersama Yoongi yang tak sadarkan diri, anak ini meminta tolong dengan suara yang terbata-bata.
Seokjin mengulurkan tangannya pada pinggang kecil bocah tersebut, mengampitnya lalu mengangkatnya perlahan. Dibawanya tubuh mungil itu agar terduduk di atas kedua pahanya, mengusap rambut yang memiliki warna sama dengan matanya. Seokjin memeluknya hangat memberitahukan bahwa tak ada yang perlu di takuti.
Usapan-usapan penenang seperti seorang ayah pada anaknya. Tubuh bocah itu perlahan bergetar seiring dengan kedua tangannya meremas kemeja hitam yang sedang dikenakan Seokjin malam ini.
Anak itu menangis kembali, dengan suara dan rintihan yang mampu menyayat hati siapapun pendengarnya. Seokjin Mencoba untuk menenangkan dengan memberikan bisikan-bisikan lembut kasih sayang yang ia punya.
Lama dengan suara tangis yang memenuhi ruangan. Anak itu mulai tenang saat ini, Seokjin yang masih setia memeluk tubuh ringkih tersebut ditambah dengan mengelus punggung sempit miliknya.
"J... Jung—kook." ucapan lirih hampir tak terdengar itu menyapa di dalam ruangan.
"Heum?" Seokjin berguman pelan, sebenarnya ia mendengar apa yang Jungkook gumankan. Hanya saja ia ingin anak itu lebih mengeluarkan sedikit lagi suaranya.
"Na—namaku Jeon Jung...kook." ulangnya lagi dengan wajah yang masih tenggelam dalam dada bidang milik Kim Seokjin.
"Jadi namamu Jeon Jungkook? Sangat cantik sayang, berapa umurmu?"Seokjin tersenyum lembut, tangannya terulur untuk mengelus kembali surai hitam milik Jungkook.
Jungkook mengangkat kepalanya, seolah-olah ia melihat lawan bicaranya. Pipi gembil miliknya dikit memerah karena cuaca dingin saat ini, di tambah hidung yang sama merahnya dan matanya yang semakin sembap. Sungguh mengemaskan.
"Sepuluh?" kalimatnya ragu. Karena itulah yang ia ketahui dari mereka.
Seokjin terkekeh mendengar kalimat yang keluar, suara itu sungguh manis terdengar oleh telinganya.
"Perkenalkan namaku Kim Seokjin, kau bisa memanggilku dengan sebutan Seokjin hyung."
Jungkook mengangguk sebagai jawaban, dengan ragu ia kembali memeluk tubuh Seokjin dengan erat. Terasa nyaman dan hangat, ia merasa sangat terlindungi. Seokjin pun menerimanya dengan senang hati, masih memikirkan dari mana asalnya Jungkook dan kenapa bisa anak umur 10 tahun di dalam hutan gelap dan sendirian.
Ketukan ringan terdengar dengan suara decitan pintu setelahnya. Dua orang remaja masuk perlahan untuk melihat keadaan disana, salah satunya adalah Kim Taehyung yang sempat memandikan Jungkook saat pertama kali datang ke kediaman mereka.
"Anak ini yang kau maksud Tae?" suara lain terdengar membuat Jungkook kembali mengeratkan pelukannya pada Seokjin. Saat merasakan remasan pada bajunya, dengan lembut dan hati-hati Seokjin mengusap kembali punggung Jungkook.
"Kau membuatnya takut Park Jimin."
༺༻
TBC'IndahHyera
30092020'
KAMU SEDANG MEMBACA
Day By Day [BTS BROTHERSHIP]
Fanfiction[ON GOING!] SLOW UPDATE Genre : Brothership, Fiksi Penggemar, Crime, AU. Kala itu pinggiran Kota Seoul dibasahi oleh hujan. Seorang anak yang tidak menyadari, bahwa dirinya sudah terhempas di atas aspal basah tanpa alas kaki membuatnya menangis dal...