BE - 08. Malaikat Penolong

8.8K 697 10
                                    

Hallo readers

Selamat membaca ya ;)

Vote dan comment darling

***

Lilyana mengetuk ruangan manager keuangan, setelah diberi izin dia masuk dengan senyum penuh arti ke arah Agra yang tengah sibuk dengan komputer.

"Hai,"

Agra melirik sekilas sebelum kembali fokus pada laptopnya, "Ada perlu apa Lily?"

"Gak ada, aku cuman mau liat kamu,"

Agra melepas kacamata kerja, menautkan kedua tangan sembari menatap serius pada gadis yang berdiri didepan meja kerja.

"Kalo tidak ada, kamu bisa kembali bekerja,"

Bukannya patuh, Liliyana malah memutari meja sampai berada tepat disamping Agra. Badan dia bungkuk dengan siku yang menumpu diatas sana.

"Kamu lupa ciuman kita kemarin, Agra?"

Nafas Agra berembus pelan melihat gadis dihadapan ia yang kini tersenyum manis menggoda.

"Ly, ciuman itu kamu yang mulai duluan. Aku hanya terbawa suasana,"

Secepat itu pula wajah Lilyana berubah marah, "Omong kosong, Agra. Aku tau kamu nikmatin itu semua,"

Agra menyugar rambut frustasi, mata dia mengarah pada gadis bersurai panjang itu, "Aku lelaki normal Ly, tentu saja aku menikmati ciuman itu!"

Lily mendengus sebal, "Agra, aku suka sama kamu,"

Mata Agra membelalak terkejut, dia menatap tidak percaya pada Lilyana yang sudah menampilkan senyum kecil.

Menggeleng pelan Agra berkata, "Nggak, Ly. Aku pikir kita cuman teman,"

"Aku kira kita sudah sangat dekat, Gra," sahut Lilyana tidak terima.

Agra bangkit, dia bawa gadis itu duduk di sofa ruangan, menatap lurus pada gadis itu sejenak seraya berpikir.

"Lily, jangan salah paham. Ya kita memang dekat, tapi aku merasa gak pernah memperlakukan kamu lebih dari teman," jawab Agra terdengar ragu.

"Gak pernah kamu bilang?! lalu sikap manis kamu selama ini apa? kamu selalu perlakukan aku seolah aku adalah orang yang spesial,"

Agra bungkam sejenak, "Ly, aku udah anggap kamu seperti adik sendiri,"

Lilyana makin marah, gadis itu menatap nyalang pada lelaki didepannya, "Bullshit, kamu memang brengsek, Gra."

Buru-buru Lilyana bangkit berdiri, dia tinggalkan Agra keluar tanpa menghiraukan panggilan dari lelaki itu.

Dengan wajah basah, Lilyana berjalan cepat ke ruang divisi tanpa memperhatikan jalan.

Bruk

"Auwh, sakit,"

Lilyana meringis memegangi pergelangan kaki yang terasa nyeri. Dia tidak melihat ada papan yang bertuliskan 'lantai ini basah' di tengah koridor kantor.

"Hei, gak apa?"

Guntur jongkok melihat Lilyana yang kacau berlinang air mata dengan wajah sembab dan hidung memerah.

Tadi Guntur baru saja keluar dari lift, niatnya ingin menuju ruangan Agra karena ada yang ingin lelaki itu bahas soal pekerjaan.

Namun ditengah jalan dia mendapati gadis yang sedang terduduk dilantai dengan papan pemberitahuan yang juga jatuh disana.

Metamorfosa Si Buruk Rupa / Beautiful Ending (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang