BAGIAN 1: Binar Redup Haruto

865 92 4
                                    

"Binar yang mereka lihat, tidaklah sama dengan binar yang Reska lihat. Binar redup, yang kapan saja akan tertutup."

    Remaja enam belas tahun ini masih terus memandang sang kakak yang masih asik dengan kuasnya, ia hanya memerhatikan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Remaja enam belas tahun ini masih terus memandang sang kakak yang masih asik dengan kuasnya, ia hanya memerhatikan saja. Tidak minat untuk ikut serta. Di kedua tangannya, terdapat kacamata yang sering ia pakai jika di luar rumah. Hanya kacamata biasa, namun berbeda jika ia yang memakainnya.

   Entah sudah berapa lama Haruto terus memandang kakaknya-Areska seperti ini. Bisa saja ia minta izin untuk pergi keluar untuk cari angin? Tapi sekali lagi ia tegaskan. Haruto tidak minat melakukan apapun.

   "Zie, besok berangkat sekolahnya sama ayah aja ya? Kakak ada perlu dulu sebelum berangkat sekolah, nggak apa-apakan?" Areska menatap manik adiknya, binar itu sangat redup jika di perhatikan. Bahkan ia tidak tahan hanya melihat binarnya saja.

   Haruto berdeham, "Kenzie nggak apa-apa, lagian juga besok ayah libur. Bisalah pasti," ia memainkan alisnya yang membuat kakaknya itu terkekeh.

   "Okelah, sekarang kita makan. Itu kacamata di taruh di kotaknya nanti ilang, nyalahinnya kakak!" Haruto terkekeh, sambil mengangguk.

   Setelahnya, mereka bangkit dan melangkah keluar kamar menuju ruang makan. Hari ini bisa di bilang, hari yang menyenangkan. Walau terasa biasa saja, tapi bagi Haruto tidak. Karena hari ini adalah harinya untuk berkumpul bersama keluarga kecilnya. Siang tadi, sang kepala keluarga baru saja pulang dari luar kota.

   Dan kita si pemilik marga Thalla itu bisa berkumpul lagi dengan istri juga kedua anak tampannya.

   Thallar tersenyum ketika melihat kedua putranya yang juga tersenyum padanya. Haruto dan Areska mendudukkan diri di samping kursi masing-masing. Haruto yang posisinya memang berada di ujung berhadapan dengan sang bunda, dan Areska duduk di samping sang bunda.

   Haruto berdeham, mengalihkan atensi mereka yang kini asik memandang hidangan yang ada.

  "Ada apa dek?" Sang kepala keluarga bertanya, tangan kanannya ia daratkan di puncak kepala sang anak.

  "Ayah nggak lupa sama pesanan Kenzie'kan?" Thallar mengangguk.

  "Nanti ayah kasih kalau sudah selesai makan, oh ya. Kenzie rutin minum vitaminnya kan?" Kenzie mengangguk antusias, kini pandangannya sibuk melihat beberapa hidangan.

  "Kok warnanya abu-abu semua?" Mendengar itu, mereka yang berada di meja makan menatapnya sendu. Mereka menunduk, merasa tidak tega dengan si bungsu yang hanya bisa melihat tiga warna saja.

  "Ke-Kenzie mau bunda ambilin kacamatanya?" Haruto menggeleng, tatapannya masih menatap hidangan di atas meja.

  "Bunda suapin aja ya? Adek nggak usah liatin warna apa aja di sini, oke?" Haruto mengangguk. Dengan sabar Hany menyuapi sang bungsu.

Twinkle Haruto Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang