BAGIAN 9 : Mungkin Sekarang Saatnya.

348 54 9
                                    

"Mungkin sekarang saatnya untuk mengungkapkan sebuah fakta yang sesungguhnya."

           Setelah dirinya menginjak tempat ini, dan berhasil membawa tubuh penuh luka adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


           Setelah dirinya menginjak tempat ini, dan berhasil membawa tubuh penuh luka adiknya. Areska tidak pernah tidak merasa cemas, beberapa menit lalu ia baru saja mengabari kedua orang tuanya. Dan mereka terkejut tentunya, tapi ia tidak bisa menjelaskan dengan rinci. Hanya mengatakan jika adiknya dilarikan ke Rumah Sakit yang sama seperti tiga hari yang lalu.

           Ini yang sangat Areska benci, harus kembali lagi ke tempat yang di penuhi aroma obat. Tempat semua orang menaruh harapan dan tempatnya kecemasan, Areska benci itu. Suara langkah kaki yang tergesa membuatnya sadar dari lamunan panjangnya, pasti itu kedua orang tuanya.

            Dan benar, kedua orang dewasa itu berdiri di hadapannya. Membuatnya tubuhnya bergetar karena ketakutan.

            "Gimana bisa kayak gini Res?" Itu suara pertama Thallar setelah sampai di hadapan sang anak sulung.

            "Ma-maafin Reska yah, Reska nggak becus jagain Kenzie. Reska salah, maaf." Dengan tiba-tiba, Areska berlutut di hadapan ayahnya. Menangis karena bersalah atas kecerobohannya.

            Thallar dan Hany terkejut melihat sang sulung berlutut seperti itu, dengan segera keduanya mencoba membuat Areska kembali bangkit. "Jangan kayak gini sayang," dengan suara paraunya Hany berucap.

            Areska masih menangis, membuat dadanya sesak karena terlalu lama menangis. Thallar mendekat, duduk di samping anaknya yang beberapa menit tadi duduk di kursi tunggu. Memeluknya dari samping, mengusap punggung bergetar itu dengan hangat. "Udah-udah, Reska bisa jelasin ke ayah sama bunda kenapa adek bisa kayak gitu?" Reska mengangguk, menghapus jejak air matanya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan sang ayah.

           "Jadi pas pulang sekolah Areska pulang sendiri, karena kan Reska nggak bawa motor atau mobil. Reska pikir, Kenzie udah pulang karena tahu Reska nggak bawa kendaraan. Tapi pas nyampe rumah, inget kalau Kenzie belum pulang. Itu juga karena lihat ayah lagi nyantai di ruang tengah. Makannya Reska langsung lari kenceng banget, buat cepat-cepat sampai ke sekolah. Pas nyampe di sekolah, Reska langsung cari ke kelas Kenzie. Ternyata nggak ada, terus Reska ingat kalau Kenzie hari biasanya ke perpus dulu bareng Justin." Ia menghentikan kalimatnya, menatap bundanya yang kini asyik mengusap punggung tangannya.

           "Tetap aja nggak ada di sana, akhirnya Reska tanya sama murid yang masih ada di sekolah. Kata dia, dia lihat Kenzie di bawa sama kakak kelas ke arah gudang. Areska emosi dong, terus Areska lari lagi ke sana. Benar pas Areska coba masuk ternyata pintunya di kunci di dalam, Areska dobrak aja. Selanjutnya ayah sama bunda pasti tahu kayak gimana, hiks."

            Thallar mengangguk, ia kembali membawa anaknya ke dalam pelukannya. "Iya ayah ngarti, udah ya. Jangan nangis lagi, kalau kamu nangis ayah makin khawatir. Udah ya," Thallar membawa ibu jarinya ke wajah anaknya, menghapus jejak air mata yang terus mengalir dari kedua mata indah itu.

Twinkle Haruto Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang