BAGIAN 4: Warna?

436 71 8
                                    

"Minim dalam mengenal warna dalam hidupnya sudah hal yang lumbrah, tapi memiliki banyak warna dari sekitarnya itulah hal yang harus di syukuri."

      Justin terus mengitari lorong koridor dengan perasaan khawatir, ia cemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Justin terus mengitari lorong koridor dengan perasaan khawatir, ia cemas. Sahabatnya yang satu itu tidak lagi masuk ke dalam kelas, mengingat kondisi Haruto yang seperti pagi tadi. Ia takut anak itu akan jatuh sakit karena baju yang basah. Sudah seluruh tempat ia cari, dari mulai toilet laki-laki di lantai satu, sampai di lantai kelasnya berada. Tapi anak itu tidak ada, atau apa mungkin sahabatnya itu sudah pulang? Tapi tidak mungkin. Haruto bukan seorang yang seperti itu.

      Justin menghentikan langkahnya, ketika ia rasa mengingat sesuatu. Roftoof, iya Justin belum pergi ke sana. Mungkin saja bukan Sahabatnya itu di sana?

      Justin kembali melanjutkan langkahnya dengan tergesa, berlari seperti orang kesetanan. Langkahnya lagi-lagi terhenti ketika ia sampai di tangga menuju roftoof, sekitar jauh di sana. Ia melihat remaja dengan jaket hitam dan topi beserta maskernya. Menatap tepat di kedua maniknyaa, orang itu nampak tidak asing. Tapi ia lupa siapa. Tunggu, sepertinya ia mengingatnya sekarang. Ia tersenyum miring menatap remaja itu yang juga nampaknya tersenyum di balik maskernya. Tidak ingin berlama-lama, ia lantas melanjutkan langkahnya.

      "Udah di mulai ya," gumam Justin di sela langkahnya.

      Justin menghembuskan napasnya pelan, lega ketika melihat sahabatnya dalam keadaan yang baik-baik saja sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


      Justin menghembuskan napasnya pelan, lega ketika melihat sahabatnya dalam keadaan yang baik-baik saja sekarang. Di depannya, di sana Haruto sedang asik bercanda gurau dengan Areska. Tanpa sadar ia tersenyum, bahagia rasanya melihat sahabatnya tersenyum lebar seperti ini. Apalagi suara tawa yang membuatnya candu bukan main, mengalun indah bagai irama merdu. Seakan ada suara piano yang melangalun syahdu dengan nada suara tawa dari Haruto. Menenangkan, juga menyejukkan.

      Justin melangkah mendekat, ia berdeham setelah sampai di belakang dua remaja yang saling bercengrama itu.

     "Kalian di sini toh, gue nyariin juga." Setelahnya ia mengambil tempat di samping Haruto, duduk di sana.

Twinkle Haruto Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang