"Nyatanya, redup di binarnya kembali menghilang setelah redup itu kemudian sirna."
Jalanan yang sepi pada hari ini membuat seorang remaja dengan riang berjalan dengan berloncat-loncat ria, di belakangnya. Satu remaja lagi dengan binar indah namun redupnya senantiasa terkekeh akan tingkah sosok di depannya.
Justin menghentikan gerakannya, ia membalikkan badannya mendapati Haruto yang terkekeh sampai membungkukkan badannya. Apakah ia sedang melawak sampai sahabatnya itu tertawa? Tapi dirinya tidak merasa sedang melawak. Ia melangkah mendekat, lalu merangkul Haruto yang sudah menghenyikan kekehannya.
"Jam segini enaknya ngapain, Zie?" Ia bertanya, mereka berdua kini melanjutkan langkahnya.
"Enaknya sih makan ya nggak sih? Dingin gini enaknya makan Tin, nyeblak kuy?" Justin menoleh dengan cepat, lalu menepuk pelan pundak sahabatnya dengan raut wajah yang sumringah.
"Mantep itu mah, Zie. Ayoklah, gue tahu tempat jualan seblak yang enak." Kedua melanjutkan perjalanan mereka, sesekali menunjuk apa saja yang menurut mereka patut dijadikan bahan obrolan.
Jadi jangan salahkan Haruto yang sudah mulai bisa membicarakan apa saja, itu Justin yang mengajarkan.
Cukup lama mereka berjalan, akhirnya mereka sampai pada kedai yang salah satu menunya menyajikan makanan yang keduanya inginkan. Justin segera memesannya, sedangkan Haruto hanya menunggu di meja yang sudah di siapkan. Pandangannya menatap keluar kedai, menatap bagaimana jalanan yang begitu lenggang. Entah mengapa, ia jadi merindukan kakaknya yang sudah beberapa hari ini tidak terlihat batang hidungnya. Jujur saja, Haruto merindukannya.
Ia memainkan ponselnya, niatnya hanya ingin bermain game. Tapi tiba-tiba saja, ibu jarinya menekan ikon seperti gagang ponsel. Aplikasi bertukar pesan yang hampir seluruh dunia memakainya.
Pandangannya menatap layar ponselnya dengan tatapan rindu, ia menekan ruang percakapannya dengan kakaknya. Lalu mengirimkan beberapa pesan pada kakaknya, berharap beliau membalasnya.
Kak^
|Kakak, lo apa kabar?
|kak, lo di mana? Di rumah gue sendiri, ayah sama bunda lagi pergi keluar kota.
|Justin juga nggak selamanya bisa sama gue, dia masih punya keluarga.
| dia cuma sahabat gue, bukan bodyground gue
|lo pulang ya kak, Kenzie butuh kakak.
13:45Setelahnya ia kembali menaruh ponselnya di atas meja karena Justin sudah datang dengan dua mangkok di kedua tangannya. Ia tersenyum, ketika melihat hidangan di depannya. Lalu dengan segera ia mengambil sendok dan garpu sebelum menyantapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle Haruto
Teen FictionDaksa yang ringkih mampu menopang beban yang besar. Minimnya mengetahui warna, membuat sejuta kerapuhan hinggap begitu lama. Kokohnya berdiri tegak, karena adanya dorongan. Senyumnya yang mengembang karena tipu daya mereka untuk menguatkannya. Binar...