.Awal mula.

15 3 0
                                    

"Bro... gue balik ya!" Teriakan Satya yang telah berada di ambang pintu supermarket mendapat jawaban berupa decakan dari temannya yang saat ini menggantikan jam kerjanya yang telah usai beberapa menit lalu. Sambil bersiul, Satya berjalan,  memasukkan tangan ke dalam saku celana. Berjalan santai, tanpa ada beban di hidupnya. Pada kenyataannya dia ada. Harus membayar listrik, membayar sewa apartemen, membayar air. Tapi... bukankah itu sudah biasa, beban semua orang tentunya. Sampai ia harus menghentikan langkah menuju apartemen ketika melihat pemandangan yang sebenarnya sudah biasa terjadi di kota, tapi ini sungguh tidak biasa bagi Satya Elearnod. Seorang wanita-- tidak. Maksudnya remaja hamil di rampas barangnya oleh beberapa orang memiliki perawakan preman.

Pikir Satya, apakah mereka tidak malu?

"Serahin uang lo, cepet!"

"A-aku nggak punya uang, B-bang."

Akhh!!!

"Alesan aja lo! Cepet serahin!"

Satya membolakan mata, apa yang ia lihat ini sungguh memantik emosi.
Bagaimana bisa pria tua itu tega memelintir tangan sang gadis sampai memekik kesakitan, dimana hati nuraninya.

Tentu tidak punya, mereka kan berandal jalanan.

Tanpa basa-basi Satya langsung mendekati segerombolan pria tua dan muda, mengambil dompet yang telah mereka ambil paksa tadi lalu menyerahkan pada si pemilik, Satya juga menyembunyikan remaja hamil itu di balik punggung. Menatap santai para preman yang nampak tak suka akan kehadirannya.

"Siapa lo?! Nggak usah ikut-ikutan kalau nggak mau celaka!" Seharusnya Satya gentar ketika suara menggelegar itu menginterupsi namun tidak. Dia malah menaikkan sebelah alis, seakan menantang.

"Om, inget umur udah tua. Jangan suka ngerampas barang hak orang lain," tuturnya pada pria yang memiliki usia tak jauh berbeda dari sang ayah, lantas menunjuk lelaki muda yang seharusnya masih berstatus sebagai pelajar ini, " lo juga. Harusnya sekolah bukan jadi preman kek gini."

Lelaki yang tengah di nasihati hanya terdiam, mengeryitkan dahinya. Berbeda dengan pria lebih tua, ketaran sekali dari ekspresinya jika dia emosi, tangannya terkepal seakan siap menghajar.

"Banyak omong lo!"

Bugkhh!!!!

Satu pukulan mengenai ujung bibirnya hingga membekas biru, pukulan yang tidak main-main, sangat lah nyeri namun tidak apa, dia masih bisa menahan.

Lagipula tidak sampai membuat ujung bibirnya sobek dan berdarah kan?

"Ya udah deh, Om yang mulai kan. Aku jabanin."

Bugkhh!!!

!!!!

Satya meregangkan otot lehernya sesaat setelah memukul preman tua yang saat ini terjerembab ke aspal. Anak buahnya nampak terkejut lalu membantu untuk bangkit. Sambil membersihkan jaket kulit hitamnya yang berdebu, si preman menatap nyalang Satya. Melirik lelaki yang baru saja di nasihati Satya tadi, ia menggulirkan netranya memberi perintah untuk menyerang. Tau akan isyarat bosnya, mereka semua bukan hanya lelaki muda melangkah maju untuk menyerang Satya dengan mengeroyok. Mereka berdiri di berbagai sisi, membentuk lingkaran mengelilingi Satya dan remaja hamil.

Bugkhh!!!

Satya terjatuh ketika salah satu di antara mereka menyerang tanpa persiapan, dia belum berdiri namun semua preman malah memukulinya secara membabibuta, tidak memberinya kesempatan untuk bangkit dan menyerang balik. Si remaja hamil ketakutan menyaksikan kejadian ini di depan matanya langsung, tubuhnya bergetar hebat, air mata tidak mau berhenti untuk menyeruak keluar. Dia tidak tega namun tidak bisa apa-apa.

Ksatria✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang