Enam

1.5K 179 5
                                    

Rintik hujan masih menetes di langit ibu kota. Agaknya mendung masih betah menyelubungi Jakarta pagi ini.

Di lantai lima belas, wakil direktur D&C Med, Abimana Rakha, sedang membuka kotak bekal sesaat setelah menyelesaikan pengecekan dan penandatanganan beberapa dokumen tim marketing.

Saat sang asisten, Juna, kembali mengetuk dan masuk ke ruanganya. Ia mendapati atasanya sedang menyendok bekal pada sebuah kotak berwarna biru bergambar batman. Ia tidak bisa tidak untuk berkomentar. Mulutnya gatal.

"Tumben bos bawa bekal."

Itu bukan pertanyaan, tapi sebuah nyinyiran pada atasan yang biasa sarapan hanya dengan secangkir kopi instan renceng buatan chef Juna.

Sambil meletakan secangkir kopi buatanya di samping tangan atasanya, ia menambahi lagi. "Wow, brokoli sama daging. Itu definisi truly healthy breakfast bos." Tanggap Juna sewaktu menengok menu sarapan atasanya.

Pak Abi tidak merespon. Ia tetap menunduk khusuk dengan sarapanya. Tanpa berniat sekedar basa-basi menawari Juna. Ia sengaja tidak mau membagi sarapan spesialnya itu pada siapapun.

"Kotak bekalnya lucu juga bos?" Komentar Juna random.

Menyadari sang atasan enggan merespon perkataanya, Juna berniat segera kembali ke kursinya di depan ruangan atasanya. Bertumpuk tugas telah menantinya di luar sana. Namun, baru saja ia melangkah.

"Juna, better get married to be better our breakfast, right? Beli sarapan di kantin sana!" Ucap pak Abi tak kalah random diakhiri dengan senyum tipis di bibirnya.

Hah?

Juna seakan pendengaranya berhenti sejenak. Kemasukan malaikat apa sehingga pagi-pagi bosnya sudah berkata serandom itu.

***

Jika orang bilang hari terhectic adalah hari Senin. Maka lain lagi bagi Ayu.

Hari minggu adalah hari di mana saat ia membuka mata, ia lantas bergegas shalat subuh sambil menyalakan kompor untuk memasak air. Seusai shalat, ia melanjutkan berkutat di dapur. Memotong sayur sambil menggoreng bakwan jagung, dan juga mencuci baju di mesin cuci. Sesekali ia mengecek nasi yang ia tanak di magic jar, diselingi mengaduk bubur buat ibu, juga tak lupa berdebat dengan Zizi yang selalu merecokinya di dapur. Sesekali juga Zizi merengek minta susu ataupun minta main hape.

Beruntungnya ia tidak tertukar memasukan antara garam dan gula ke masakanya. Kalau iya, bisa runyam seluruh hasilnya.

Selesai urusan masak memasak di dapur, kemudian ia lanjut dengan sesi menyuapi ibu dan juga Zizi. Memandikan, menjemur baju, menyapu, mengepel, menyetrika. Itu adalah hal rutin kegiatanya setiap akhir pekan seperti ini.

Berleha sejenak, ia menghembuskan nafas perlahan. Tubuhnya ia sandarkan pada kursi depan TV sambil menikmati hembusan semilir angin dari kipas yang ia pencet asal tadi. Belum sempat ia bebersih diri, dirinya sudah dikejutkan dengan teriakan Zizi secara tiba-tiba.

"Ommm....." teriak riang Zizi dari depan rumah.

Ayu segera berlari menghampiri Zizi yang berada di teras rumah. Ia takut Zizi berantem ataupun berebut mainan dengan temanya.

Namun, saat didapatinya Zizi malah sedang menggelendot manja pada gendongan seorang laki-laki, raut Ayu berubah kesal.

"Bunda, lihat Zizi dibeliin om Abi mainan tembakan." Teriak Zizi pada Ayu yang masih dalam gendongan pak Abi yang berdiri di ambang pintu.

"Zizi suka?" Itu bukan Ayu, melainkan pak Abi yang bertanya dengan tersenyum jahil. Sementata Zizi langsung mengangguk gembira.

Mengenakan kerudung serut sejuta umat warna ungu, Ayu menggeleng sambil memberengut. Ia enggan menimpali ocehan anaknya.

SEPARUH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang