Apa hal terhoror jika terjebak dalam situasi ngumpet dari musuh? Takut kepergok? Tentu. Dan itu yang Ayu alami saat ini. Yap, bertemu dengan suami sendiri bagi Ayu bagai dalam medan peperangan. Apalagi situasi terakhir kali bertemu yang sangat tidak mengenakan. Baginya suami bagaikan musuh yang perlu dihindari. Tentu yang dimaksud bukan musuh dalam selimut.
Setelah tadi sempat turun tangga dengan santai karena merasa aman. Kini panggilan suara yang menyebutkan namanya dengan lengkap menjadi terasa amat horor di telinganya.
"Sri Ayu Bethari!" Panggil Abimana dari depan pintu resto dengan wajah datar andalanya.
"Eh, uh.. hee.. " gagap Ayu bingung, tertawa sambil garuk-garuk kepala. Persis kayak orang gila yang tertangkap basah oleh dokternya.
Abimana menghampiri Ayu, sementara Ayu masih memasang senyum yang awkward. Kini, Abimana sampai di hadapan Ayu.
"Aku udah feeling tadi, bahwa itu kamu. Dan memang benar itu kamu."
"Eh? Gimana? apa kabar.... pak?" Ayu salah tingkah. Rasanya canggung sekali apa yang diucapkan Ayu. Dan itu sangat kentara. Sebenarnya Ayu bingung mau menyapa apa dan bagaimana.
"Mbak, gue duluan ya! bye!" Ucap Qila yang tiba-tiba nyembul dari jendela mobilnya lalu menancap gas.
"Eh, Qi...! Tunggu! gue ditinggal gitu? Qila!" Teriak Ayu kesal, berusaha mengejar Qila dibalik kemudi yang melenggang pergi dari parkiran resto.
Abimana menahan tangan Ayu. "Aku antar." Ucapnya singkat.
Di tengah perjalanan kembali ke kantor, hanya keheningan yang mendominasi.
Ayu duduk tak nyaman di kursi penumpang depan sebuah mobil sedan klasik keluaran tahun 90'n berwarna hitam. Ayu mengamati interior mobil yang tampak sangat terawat dan sangat bersih. Namun, Ayu juga bertanya-tanya dalam hati kemana perginya sedan silver yang selama ini biasa dikendarai? Apa setelah keluar dari D&C Abimana jadi pailit dan menjual aset-asetnya? Ayu menggeleng-geleng sendiri dari pikiranya yang kelewat su'udhon.
"Kenapa?" Abi menoleh sebentar karena melihat Ayu yang menggeleng-geleng dari ekor matanya.
"Ah, enggak kox."
"Tadi kamu nggak lihat aku?"
"Hah?" Ayu gagap, pikiran sedang melanglang buana pada mobil. "Oh.. em.. enggak." Elak Ayu berbohong.
"Kox jawab enggaknya mikir gitu?"
"Hehe.. enggak kox. Beneran."
"Tadi aku lagi bahas projek sama temenku. Kapan-kapan aku kenalin."
"Hah?"
"Biar kamu nggak nethink ke aku."
"Ah, siapa juga yang nethink." Ayu menutup mulutnya, merutuki dirinya sendiri. Sadar, telah masuk jebakan pertanyaan suaminya. Sedangkan Abi hanya mengulas senyuman.
***
"Napa Bi, dari tadi misuh-misuh nggak jelas. Apa Gara-gara nggak pernah disepuh tuh pedang?" Sambil mengedikan mata, Aldrian tersenyum mengejek pada sahabatnya.
Mereka sedang berada di kantor bengkel mobil klasik di lantai dua yang mereka dirikan bersama.
Abi melempar bolpoint yang dipegangnya ke Aldrian. "Bangsat!"
Aldrian menghindar, ia terbahak.
"Dari pada lo Dri, yang hubunganya jalan di tempat nggak kemana-kemana sama si siapa tuh? Malah terikat hubungan nggak jelas sama si Laura."
"Heh.. nggak lagi ya.. nih" Aldrian memamerkan cincin kawinya pada Abi. "Etapi, yang kemarin beneran bini lo? Sowri to say nih, bukanya kata lo "udah punya anak"?" Sambil memberi tanda petik lewat dua jari di kedua tanganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARUH (TAMAT)
Short StoryHidup sebagai ibu satu anak yang merangkap sebagai salah satu staff di perusahaan Ekspor Impor, Ayu hanya berpegang pada satu sisi hidupnya saja. Karena separuh hidupnya yang lain telah pergi bersama kematian suami yang ia cintai. Satu hidupnya terb...