"Dari mana aja sih, Yu? Rumah Sakit Wijaya baru saja telphon. Komplain, katanya injeksi yang kemarin kualitasnya buruk semua. Mereka maunya yang dari Korea kaya yang dulu."Baru saja Ayu masuk ke ruangan tim 1-3 pak Sapta langsung memberondong Ayu.
Ayu yang berdiri, diam mematung tanpa kata sedikitpun. Ia baru kembali dari rooftop. Wajahnya tampak lesu. Dan hijab yang ia kenakan tampak tak rapi sama sekali dikarenakan terpaan angin kencang rooftop. Ditambah suasana hatinya yang masih buruk.
"Coba kamu telphon balik maunya gimana. Diretur atau gimana?" Ucap pak sapta lagi.
"Mereka mintanya yang harga di bawah Korea pak, kita datangkan yang murah. Eh, malah komplain. Lah maunya mereka gimana sih?"
Itu Qila yang menyahut ucapan pak Sapta. Sementara Ayu berjalan ke sudut ruangan di mana telphon kantor berada.
"Makanya." Sahut pak Sapta pada Qila.
Ayu hendak meraih gagang telphon. Ketika pak Sapta yang duduk di kursinya berucap lagi.
"Eh Yu, sama vaksin katanya sudah sampai di gudang. Kamu telphon orang gudang ya, Yu. Suruh cek kondisinya. Soalnya distributornya yang nunjuk pemerintah."
"Lah, kenapa nggak kita sekalian yang ngirim pak. Kan lebih praktis." Qila menimpali lagi ucapan pak Sapta yang ditujukan ke Ayu.
"Nggak tahu itu proyek pemerintah. BPOM dan MUI semuanya sudah diurus pemerintah. Tugas kita cuma pure impor aja." Terang pak Sapta dengan kalimat panjang.
***
Sekembali dari rooftop, bukanya bertambah, mood Ayu malah semakin anjlok. Kepalanya ia tumpukan ke meja sambil mencetak-cetik bolpoint di tanganya. Ia sampai tidak mendengar ketika pak Sapta berulang memanggil namanya.
"Yu!" Tegur pak Sapta dari balik kursinya sambil menilik wajah Ayu dari balik kaca mata yang ia naikan sedikit ke atas.
Mendengar teguran pak Sapta, Ayu segera menegakan posisi duduknya. Bolpoint yang ia cetak-cetik, ia letakan asal saja di meja.
"Serius Yu? Itu seperti bukan Sri Ayu Bethari kru tim 1-3 yang gigih, cekatan dan tahan banting. Hanya karna gosip kaya gitu buat kamu berpasrah loyo seperti itu, Yu?" Sarkas pak Sapta ke Ayu. Kemudian melanjutkan lagi,
"Dari pada orang-orang nuduh kamu yang enggak-enggak dan bikin mood kamu berantakan gini, mending jujur aja ke semuanya kalo sebenarnya kamu dan pak Abi sudah men_"
"Pak!" Potong Ayu cepat dan Pak Sapta seketika terdiam."Tolong, itu privasi saya pak." Mohon Ayu ke pak Sapta.
Qila langsung menoleh tak kalah cepat. Menjeda kegiatan mengetiknya. Ia berkata dengan raut wajah keponya.
"Maksud pak Sapta mbak Ayu dan pak Abi...." Dua jari telunjuknya saling didekatkan ke depan dagunya. "men-nikah? Gitu?" Tanya Qila hati-hati, matanya sedikit melotot ke pak Sapta karena kaget dengan ucapan pak Sapta yang dipotong Ayu.
Tatapan Qila ia alihkan ke Ayu. "Iya mbak?" Tanya Qila memastikan.
Pak Sapta diam memandang ke Ayu. Sementara Ayu langsung berdiri berjalan cepat ke luar ruangan tim 1-3.
***
Empat bulan lalu..
Perdebatan sengit itu terhenti ketika permintaan anak bungsu bak petir menyambar di siang bolong. Mengagetkan seluruh anggota keluarga saat makan malam di kediaman Lukita.
"Okay, Abi will be in D&C as long as you marry me to Bethari."
Abi mencengkeram erat sendok dan garpu di kedua tanganya. Menghentikan perdebatan alot antara ia dengan orang tuanya, tentang dirinya yang enggan untuk ikut mengurus D&C setelah kepulanganya dari New York sebulan lalu.
![](https://img.wattpad.com/cover/255920467-288-k194945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARUH (TAMAT)
NouvellesHidup sebagai ibu satu anak yang merangkap sebagai salah satu staff di perusahaan Ekspor Impor, Ayu hanya berpegang pada satu sisi hidupnya saja. Karena separuh hidupnya yang lain telah pergi bersama kematian suami yang ia cintai. Satu hidupnya terb...