Ayu perempuan berhijab, berbulu mata lentik itu kesal luar biasa.
Bagaimana tidak. Saat masih di pantai tadi ia sudah berkata akan turun di pintu luar tol saja. Tapi apatah daya ia yang hanya penumpang. Sang pengemudi malah melajukan mobil memasuki kawasan apartemen elit di bilangan Jakarta Selatan. Pasrah, akhirnya Ayu berniat tetap akan duduk di mobil milik pak Abi suaminya yang sudah terparkir rapi di parkiran apartemen itu tanpa berniat masuk ke unit apartemenya.
Tanganya bersedekap memeluk tubuhnya erat, sedang wajahnya ia hadapkan ke jendela mobil, jangan lewatkan juga mulutnya mengerucut layaknya anak kecil yang merengek dibelikan permen. Membuat pak Abi makin gemas pada perempuan di sampingnya ini.
"Bethari pliss." Geram pak Abi setelah sepuluh menit mencoba memberi waktu untuk berpikir. Jari-jarinya ia ketukan pada roda setir. "We need to talk. Ini sudah malam anyway. Hujan juga makin deras. Aku tadi sudah nelpon mbak Pur untuk jangan pulang dulu. Jadi Zizi dan ibu aman."
Masih di posisi menghadap jendela Ayu menjawab. Tanganya disanggakan pada dagunya. "Bicara di sini saja."
"Oh, cmon Bethari, baju kamu basah."
"Saya hanya mau pulang saja."
"Bethari. Sebentar saja."
Ayu menengok ke pengemudi. "Akhiri saja. Kita sama bebasnya. Selesai semua. Gampang kan?"
Pak Abi menggeleng. "No. We need to talk to discuss it. Just a while. Promise." Tanganya mengambil tangan Ayu. "Cmon." Ucapnya mengajak Ayu.
Mendesah, akhirnya Ayu melunakan sikapnya. "Okay. Sepuluh menit."
Mereka menaiki gedung apartemen dan sampai di lantai tiga puluh. Menempelkan kartu akses, lantas pak Abi masuk diikuti Ayu.
Ayu langsung duduk di sofa depan tv sebelum sang empunya rumah mempersilahkan.
Ini adalah kali kedua Ayu masuk ke apartemen ini. Setelah kali pertama dulu pas waktu hijabnya terkena kuah soto, ia mengganti hijab untuk makan siang dengan kakak ipar dan ibu mertua. Ya, alih-alih bertemu klien pak Abi malah mengajak Ayu makan bersama kakak dan ibunya yang kembali dari Singapura. Yang berakhir dengan hati dongkol karena sikap mertua yang tetep tak rela anaknya menikah dengan janda.
Kali pertama Ayu kaget mendapati sebuah lemari di kamar unit ini yang berisi penuh dengan pakaian perempuan lengkap dengan hijab dan underwear masih ada labelnya semua. Ya, meski nggak penuh-penuh amat sih. Ujung bibirnya terangkat, tanpa sadar ia tersenyum. Ia akui, ia sedikit blow di dadanya. Sedikit saja sih.
"Mandi dan ganti baju dulu, Bethari." Peringat pak Abi yang berdiri dekat pintu masuk kamarnya.
"Ayolah pak, waktu kita nggak banyak. Tadi kan udah janji sepuluh menit." Jawab Ayu yang masih setia duduk di sofa.
"Aku memang janji. Tapi nggak ada sebut sepuluh menit. Aku bilang kan sebentar. Mandi dulu lah."
"Enggak."
"Bethari." Pak Abi menghampiri Ayu sambil mengulurkan tangan kananya." Ayo!"
Ayu mendongak. Lalu berkata. "Enggak mau, kita langsung bicara saja."
Perdebatan tadi berakhir dengan Ayu yang ikhlas tidak ikhlas segera menuruti kemauan pak Abi untuk mandi dan shalat serta dilanjut makan malam yang sudah pak Abi pesan lewat aplikasi. Sebenarnya Ayu juga ngeri jika ia dicap oleh malaikat sebagai istri yang tak taat pada suami. Bagaimanapun, ia masih tetap manusia waras yang takut akan adzab durhaka pada suami.
Mengambil duduk di sofa panjang samping Ayu duduk, pak Abi berdehem. Rambutnya masih basah setelah keramas kilatnya tadi. Ia juga sudah berganti dengan kaos polos warna putih dan celana khaki. Jujur, ia grogi karena setelah menikah empat bulan baru kali ini bisa ngobrol serius berdua dengan Ayu. Bahkan langsung membahas hal terberat untuk keberlangsungan pernikahan mereka. Setelah ijab saja, mereka langsung berpisah tempat karena permintaan Ayu. Tapi untuk kali ini ia berharap bisa berbagi semuanya bersama istri yang sudah dinikahinya empat bulanan itu. Syukur-syukur bisa berbagi ranjang juga. Ups... ia segera menggeleng, menepis pemikiran ngawurnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/255920467-288-k194945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARUH (TAMAT)
Короткий рассказHidup sebagai ibu satu anak yang merangkap sebagai salah satu staff di perusahaan Ekspor Impor, Ayu hanya berpegang pada satu sisi hidupnya saja. Karena separuh hidupnya yang lain telah pergi bersama kematian suami yang ia cintai. Satu hidupnya terb...